Simon Ikuti Jejak Tommy Mundur dari Cipayung

oleh Bola diperbarui 28 Mar 2015, 10:48 WIB
Simon Santoso, memilih jalan sulit karena terbebani terlalu berat.

Bola.com, Jakarta Setelah Tommy Sugiarto meninggalkan Pelatnas Cipayung pada 6 Januari 2015 lalu, kini giliran Simon Santoso yang mengundurkan diri. Simon mengajukan pengunduran diri dari pelatnas pada 16 Maret lalu. Dengan mundurnya Simon, dipastikan tunggal putra didominasi pemain muda. Mereka antara lain Jonatan Christie, Ihsan Maulana Mustofa, Anthony Sinisuka Ginting, Firman Abdul Kholik, Muhammad Bayu Pangisthu, dan Riyanto Subagja.

"Sebenarnya kami masih mengharapkan Tommy dan Simon tetap bersama kita di sini. Saat Tommy datang untuk mengajukan surat pengunduran dirinya, saya meminta dia untuk memikirkan kembali keputusannya," kata Rexy Mainaky, Kepala Bidang Pembinaan dan Prestasi PP PBSI, di Jakarta, baru-baru ini.

Advertisement

"Karena untuk di event seperti Sudirman Cup maupun Thomas Cup, di satu sisi PBSI harus berani untuk menurunkan para pemain muda. Namun di sisi lain, komposisi tim itu harus mix and match, kami butuh Tommy dan Simon untuk membantu menaikkan kepercayaan diri para pemain muda, khususnya di team event.

PBSI, tambah Rexy, masih membuka peluang bagi Simon dan Tommy untuk kembali bergabung. Namun, tentu saja harus ada kesepakatan bersama mengenai komitmen ke depannya. "Pada dasarnya kami tidak mengiyakan pernyataan pengunduran diri dari Tommy dan Simon. Kami tetap membuka peluang bagi mereka untuk ikut serta menjadi bagian dari tim Sudirman Cup," ucapnya.

2 dari 2 halaman

Simon Terbebani

Menurut Rexy, Simon merasa terbebani dengan menjadi satu-satunya atlet tunggal putra senior di pelatnas saat ini. “Yang saya dengar dari pelatihnya, Simon merasa tertekan karena kita memberikan satu target. Dia tertekan karena menjadi ujung tombak dan dia merasa menjadi role model bagi para pemain muda. Sedangkan untuk Tommy sendiri, dia merasa tidak ada kenyamanan batin," ujar Rexy.

Pelatih tunggal putra, Hendri Saputra menyatakan pendapatnya mengenai pengunduran diri anak asuhnya. "Saat saya masih melatih Simon di luar Pelatnas, saya melihat dia memiliki kebebasan. Disiplin dalam latihan tetap ada, mungkin karena di klub tidak ada target bagi pemain. Namun di PBSI pasti ada aturan, dalam latihan pasti ada jenjang untuk progres kemajuan pemain. Saya rasa itu normal," tutur Hendri.

"Untuk Simon, saya lihat dari latihan dan persiapan tidak bisa maksimal. Dari pikirannya, saya menangkap ada sesuatu yang menjadi beban. Dia merasa tidak boleh kalah karena hanya dia satu-satunya pemain senior. Itu bebannya dari dirinya sendiri. Sebagai pelatih, saya sudah mencoba terangkan bahwa target bukan segalanya. Karena target utama itu adalah Olimpiade,” tambah Hendri.

Dari dua turnamen yang sudah dijalani Simon di awal 2015, hasil yang didapat memang di luar ekspektasi sang pelatih. Di ajang German Open, Simon kalah di babak pertama dari pemain Hong Kong, Wong Wing Ki Vincent. Sedangkan di All England, Simon terhenti di final kualifikasi dari rekan senegaranya, Dionysius Hayom Rumbaka.

Ini menjadi pengunduran diri yang kedua kali bagi Simon Santoso. Simon pada 17 Januari 2014 mengundurkan diri dari pelatnas karena tidak dapat memenuhi target yang diberikan oleh Kepala Bidang Pembinaan dan Prestasi PP PBSI. Tetapi, kemudian ia dipanggil kembali untuk bergabung ke pelatnas pada 15 Juni 2014, setelah dirinya menjuarai Singapore Open Superseries.

 

Berita Terkait