Pelatih Persip: Sepak Bola Nasional Tak Boleh Mati!

oleh Gatot Susetyo diperbarui 12 Mei 2015, 13:17 WIB
SEMANGAT, Gatot Barnowo mengajak seluruh elemen untuk menjaga sepak bola nasional agar tak mati suri. (Robby Firly/Bola.com)

Bola.com, Pekalongan - Kompetisi sepak bola nasional di semua kasta telah resmi dihentikan PSSI sebagai buntut gesekan dengan Menpora. Namun, Pelatih Persip Pekalongan, Gatot Barnowo, bertekad sepak bola nasional tak boleh mati. Meski, situasi saat ini tak berpihak pada pelatih dan pesepak bola baik yang berstatus profesional maupun amatir.

Denyut nadi mereka bisa disalurkan lewat pelatihan anak-anak usia dini atau main di turnamen antarkampung (tarkam) agar kehidupan tetap berjalan normal. Hal itu telah dibuktikan saat para pemain Persip tampil pada Turnamen GP Ansor yang digelar di Desa Pandansari, Kecamatan Warungasem, Batang, Jateng, pekan lalu.

Advertisement

Yang menarik, beberapa legiuner asing seperti Ronald Fagundez, Roberto Kwateh, Julio Alcorse, Diego Costa, dan El Hadji tak segan unjuk kebolehan.

"Sepak bola sudah jadi mendarah daging buat masyarakat Indonesia. Baik itu penonton, penjual asongan, pelatih, pemain, hingga pengusaha lokal yang memang gila olah raga ini. Tarkam GP Ansor ini juga berkat kepedulian semua elemen itu," ungkap Gatot.

Mantan pelatih PSCS Cilacap yang berkompetisi di level itu menambahkan semua pihak harus bersama-sama memiliki tekad agar sepak bola nasional tidak mati suri. "Biarlah petinggi-petinggi di Jakarta yang berseteru karena sebenarnya kami yang jadi pelaku di lapangan," imbuhnya.

Tarkam GP Ansor ini dijuarai PS Bahurekso yang diasuh Gatot Barnowo. Walau berskala lokal, animo yang ditunjukkan warga sekitar membuat Gatot tercengang.

“Info dari panpel tiap pertandingan disaksikan sekitar 10 ribu orang dengan harga tiket masuk Rp 10 ribu. Jadi bisa dikalkulasi tiap partai bisa menghasilkan pemasukan kotor rata-rata Rp 100 juta. Uang sebanyak itu sangat bermanfaat bagi orang banyak," ucap Gatot.

Lantaran penyelenggara tarkam GP Ansor, dana itu bisa untuk menambah kas organisasi. Turnamen itu disebut Gatot juga bisa menghidupi warga sekitar seperti tukang parkir, pedagang asongan, hingga penjual pernik-pernik klub.

"Bila hajatan tarkam saja bisa membantu ekonomi seperti itu, bayangkan berapa kontribusi klub-klub profesional di Indonesia," ujar Gatot.

Baca Juga :

Kompetisi Dihentikan, Pemain Arema Akan Nyambi Jadi Pelatih

Samsul Arif Belum Kenal Karakter Huistra

Menpora: Tim Transisi Siap Bertemu FIFA dan Dibantu Tim Teknis