Bola.com, Doha - Terpilihnya Rusia dan Qatar sebagai tuan rumah Piala Dunia tengah menjadi sorotan dunia. Hal tersebut tak lepas dari dugaan suap yang dilakukan kedua negara itu kepada FIFA.
Kecurigaan bermula dari diringkusnya tujuh petinggi FIFA oleh pihak Kepolisian Swiss, yang bekerja sama dengan FBI karena dituduh korupsi, penyelewengan pajak, penyalahgunaan kekuasaan, hingga pengaturan bidding tuan rumah Piala Dunia 2018 dan 2022.
Selain itu, mereka juga masih ada tuduhan lainnya yakni pelanggaran pemasaran dan hak siar pertandingan dalam kurun waktu 20 tahun terakhir. Bahkan, Chuck Blazer yang merupakan mantan anggota komite eksekutif FIFA mengakui menerima suap di Piala Dunia 1998 dan 2010.
"Bagi sebagian besar orang, melihat negara islam Arab menjadi tuan rumah terbesar di dunia ini. Mereka tidak percaya sebuah negara di Arab bisa menggelar turnamen ini," kata Menteri Luar Negeri Qatar Khaled al-Attiyah dikutip dari Sport Mole.
"Saya percaya ini karena mereka mempunyai prasangka buruk kepada kami, dan ini merupakan salah satu bentuk rasisme yang menghina kami," ia menambahkan.
Sebelumnya Presiden Rusia, Vladimir Putin, menuduh Amerika Serikat ikut campur dalam kasus korupsi yang melibatkan FIFA. Itu Karena Amerika ingin menjadi tuan rumah Piala Dunia 2018 menggantikan Rusia.
"Kami menyadari tekanan yang disasarkan pada Blatter ada kaitannya dengan Rusia yang akan memegang Piala Dunia 2018," tuturnya.
Baca Juga:
Mantan Petinggi FIFA Mengaku Pernah Disuap untuk Piala Dunia