Bola.com, Singapura - Rasa bangga dan puas terpancar dari Marjuki. Atlet kano kelahiran Wangi-Wangi, 4 September 1991 itu berhasil mempersembahkan medali emas pertama untuk kontingen Indonesia.
Marjuki, nelayan dari gugusan pulau indah di Tanah Air itu, mewujudkan harapan semua pihak yang sudah memberikan tanggung jawab besar kepadanya. Pasalnya, baru pada 2015 ini ia turun di nomor C1-1000 meter putra. Pada dua edisi SEA Games sebelumnya, Marjuki turun di kelas perahu naga.
Selamat atas raihan emasnya, Marjuki
Terima kasih. Ini semua berkat semua yang mendukung dan mendoakan saya selama ini. Saya persembahkan emas ini untuk keluarga dan kerabat, tim, juga bangsa Indonesia.
Bisa diceritakan bagaimana usaha Anda untuk memenangi emas tadi?
Sejak awal saya sudah memimpin dan saya hanya terus bertahan mempertahankan jarak dengan lawan. Fokus ke depan, tidak tengok kanan dan kiri, dan terus mengayuh.
Seberapa puas dengan hasil emas ini?
Sebenarnya ini emas individu pertama saya karena sebelumnya saya turun di kelas perahu naga. Tentu ada perbedaan antara dua kelas itu meski sama-sama berinduk di dayung. Bila di perahu naga, tanggung jawab seolah dipikul bersama, senang-suka bersama-sama. Tapi, di kano khususnya nomor C1, tanggung jawab ada di diri sendiri. Itu dari sisi psikologis.
Bila dari sisi teknis, bila perahu naga kan kami semua duduk, tetapi di kano posisi mengayuh seperti jongkok. Sementara saya baru turun di nomor ini pada 2015 ini. Jadi, bisa mendapat emas tentu sangat saya syukuri.
Sudah mengabari keluarga atas raihan emas ini?
Hingga saat ini belum (Bola.com mewawancarai Marjuki sebelum seremoni penyerahan medali). Tapi, mereka pasti senang.
Bonus emas kira-kira digunakan untuk apa?
Saya ingin sekali memberangkatkan orangtua naik haji. Semoga saja kesampaian.
Anda berasal dari Wangi-Wangi, pulau utama di gugusan Wakatobi. Apakah asal Anda mempengaruhi profesi saat ini sebagai pedayung?
Bisa dibilang begitu, tapi bisa juga tidak. Yang jelas, sejak kecil saya nelayan. Mencari ikan menggunakan sampan sehingga dekat dengan air. Kebetulan ada saudara yang pernah tampil di Pra Olimpiade Barcelona 1992 (saudara yang dimaksud Marjuki adalah Abdul Razak, atlet nasional kayak). Jadi, boleh dibilang beliau mentor yang "menjerumuskan" saya ke dayung.
Susah mana mendayung di lautan lepas dengan di tempat pelatnas selama ini?
Lebih enak di lautan, kayuhannya lebih ringan (Marjuki menjawab sambil tertawa)
Sampai sekarang masih suka mencari ikan?
Ha ha ha tentu saja. Saya nelayan, jadi kalau pulang kampung ya kadang masih melaut.
Apa rencana selepas SEA Games ini?
Mungkin saya akan pulang ke Wangi-Wangi selama sepekan. Setelah itu saya akan berlatih lagi untuk persiapan kejuaraan dunia di Milan pada Agustus nanti.
Baca Juga:
Indonesia Raya Berkumandang Pertama Kali di Venue SEA Games 2015