Bola.com, Jakarta Pasca pembubaran tim oleh manajemen PSM Makassar, Syamsul Chaeruddin, sang kapten Juku Eja kebanjiran tawaran bermain turnamen antarkampung (tarkam) dari sejumlah klub amatir di Makassar.
Saat ini, Syamsul membela dua tim di ajang berbeda. Di Piala Pangdam, Syamsul membawa Barindo FC menembus final menghadapi Jaffa FC, Rabu (17/6). Sementara di Liga Ramadhan, Syamsul berjibaku bersama Putra Banca di Liga Ramadhan yang baru memasuki babak penyisihan grup. Syamsul punya alasan tersendiri kenapa dirinya mau bermain tarkam. Selain menjaga kebugaran dan dapur keluarganya. Eks gelandang jangkar kelahiran Gowa, 9 Januari 1983 ini mengaku butuh biaya untuk membiayai kegiatan sosialnya.
Berikut petikan wawancara Syamsul dengan Bola.com usai membawa Putra Banca menekuk Maesa FC pada Liga Ramadhan yang berlangsung di Lapangan Hasanuddin, Senin (15/6) petang:
Apa kabar Syamsul? Padat juga jadwal tarkamnya?
Iya. Dalam sepekan, saya empat kali tampil bersama dua klub di ajang berbeda. Capek juga. Tapi, saya menikmatinya
Maksudnya?
Bagi saya, bertanding dan berkompetisi membuat saya merasa bahagia. Selain untuk menjaga kebugaran dan bisa bertemu dengan sesama pemain, saya juga butuh tambahan dana untuk keluarga dan biaya kegiatan sosial.
Kegiatan sosial apa yang Anda lakukan?
Saya punya sekolah sepak bola dan klub otomatif. Semuanya dibawah naungan Syamsul Sport yang saya danai sendiri sejak dua tahun lalu. Khusus untuk SSB, saya harus menyediakan seragam dan fasilitas latihan seperti bola dan lapangan secara gratis untuk 50 pemain U-15 sampai U-18. Jadwal latihannya Selasa, Kamis dan Sabtu, Kalau tidak ada kegiatan, saya yang langsung turun melatih bersama teman saya, Zainuddin Umar.
SSB ini adalah warisan bapak (alm. Chaeruddin Daeng Tobo). Beliau berpesan, saya harus bisa melahirkan pemain yang bisa mengharumkan nama daerah dan negara. Sementara untuk klub otomatif, saya menyediakan sepeda motor untuk dipakai latihan dan balapan di ajang resmi. Untuk membiayai kegiatan ini, saya butuh dana yang tidak sedikit.
Anda bilang butuh dana tidak sedikit untuk kegiatan sosial. Apa anda mematok nilai khusus untuk uang tampil di turnamen tarkam?
Tidak juga. Semua pemilik klub amatir sudah tahu, saya tidak pernah meminta uang tampil dengan nilai tertentu. Terserah mereka saja. Karena yang terpenting buat saya adalah membantu sesama. Soal rezeki sudah ada yang mengatur.
Sebagai pemain, ada komentar terkait kisruh sepakbola nasional yang berdampak pada penghentian kompetisi?
Sebagai pemain, saya dan rekan-rekan hanya butuh kompetisi dihidupkan lagi. Bagi kami, sepakbola bukan sekadar mata pencaharian tapi juga indentitas dan kebanggaan kami. berlatih dan berkompetisi membela sebuah klub apalagi timnas adalah impian setiap pemain sepakbola.
Terkait timnas, apa komentar anda soal kegagalan timnas U-23 meraih medali di Sea Games 2015 Singapura?
Saya menilai, kegagalan itu wajar karena Indonesia memang kalah segalanya dari tiga negara semifinalis. Terutama kekompakan dan kecepatan tim.
Sebagai mantan pemain timnas, punya tips khusus buat pemain muda.
Prestasi itu butuh proses dan tidak instan. Kalimat itulah yang selalu memotivasi saya untuk selalu berlatih keras agar selalu tampil prima setiap kali bertanding baik saat membela klub atau negara. Khusus yang terakhir, setiap kali membela timnas, saya selalu merasa seluruh rakyat Indonesia menyaksikan saya bermain. Ini yang membuat saya berusaha tampil baik meski harus mati di lapangan.
Baca Juga:
(Wawancara) Adam Alis : Saya Tak Gentar Ladeni Tantangan Thailand
(Wawancara) Samsul Arif: Mohon Manusiakan Pesepak Bola
(Wawancara) Pieter Huistra: Misi ke Final, Bukan Kalahkan Kamboja