Bola.com, Madrid - Jika melihat koleksi trofi yang dimiliki Iker Casillas, tak ada yang menyangkal kehebatan kiper berusia 34 tahun itu. Cassilas sudah merengkuh semua trofi bergengsi, baik bersama klub Real Madrid maupun timnas Spanyol.
Total, ia mempersembahkan 18 gelar buat Real Madrid. Sebagian adalah trofi bergengsi seperti La Liga (5), Copa del Rey (2), Super Copa Espana (4), Liga Champions (3), UEFA Super Cup (2), Piala Intercontinental (1) dan Kejuaraan Dunia Antarklub (1).
Sementara kala memperkuat timnas Spanyol, Casillas merengkuh gelar Piala Dunia (2010) dan Piala Eropa (2008, 2012). Perannya sungguh spesial karena ia adalah kapten Spanyol kala memenangi Piala Dunia dan Piala Eropa.
Hanya ada tiga pemain di dunia, termasuk Casillas, yang menjadi kapten saat memenangi gelar paling prestisius bersama klub dan timnas, yaitu Liga Champions, Piala Eropa, dan Piala Dunia. Dua pemain lain adalah Didier Deschamps (Prancis) dan Franz Beckenbauer (Jerman Barat).
Dengan sederet gelar itu, jika kelak Cassilas pensiun, ia akan dikenang sebagai kiper legendaris. Sayang, pencapaian itu seakan tak dilihat oleh klub yang dicintai dan juga suporter di stadion Santiago Bernabeu. Setidaknya dalam dua musim terakhir.
Casillas adalah produk asli akademi Real Madrid yang bernama La Fabrica. Kiper yang sering dijuluki sebagai Saint Iker alias orang suci itu cinta mati pada klub yang identik dengan warna putih tersebut.
Tak cuma produk La Fabrica, Cassilas lahir di Mostoles, sebuah daerah pelosok di sudut kota Madrid. Lantaran asli orang Madrid, tak heran kalau ia begitu cinta dengan klub ibukota Spanyol ini.
“Jangan pernah tanyakan cinta saya pada Real Madrid. Sampai kapanpun saya akan mencintai klub ini,” kata Cassilas yang mulai masuk ke akademi Real Madrid pada usia sembilan tahun ini.
Ia mulai masuk tim utama sejak berusia 16 tahun. Tepatnya pada 27 November 1997. Altarnya tak sembarangan, yaitu laga di Liga Champions, meski hanya menghadapi pertandingan tandang di Rosenborg. Adalah pelatih Fabio Capello yang memercayai Casillas. Kala Casillas masuk tim utama, Martin Odegaard yang kini menjadi pemain Madrid bahkan belum lahir.
Kesempatan untuk tampil didapat 12 September 1999. Kala itu, ia dipercaya pelatih John Toschak buat menggantikan kiper Bodo Illgner yang cedera.
Sejak itu, Casillas meretas jalan menuju legenda. Ia kemudian menjadi kiper termuda, kala itu Casillas berumur 19 tahun, yang pernah tercatat tampil di final Liga Champions dan membawa Real Madrid menang 3-0 atas Valencia di tahun 2000.
Namun catatan panjang itu kini harus berakhir ketika Casillas menerima tawaran klub Portugal, FC Porto, pada Sabtu, 11 Juli. Melihat apa yang dialami Casillas belakangan ini di Real Madrid, keputusan itu sepertinya agak terlambat.
Kepergian Casillas rasanya tak akan semanis Raul Gonzales dan Zinedine Zidane, dua pemain yang juga pernah menjadi kesayangan publik Madrid. Bahkan bisa dibilang, dengan torehan trofi yang lebih mentereng ketimbang dua eks rekan setimnya itu, Casillas mungkin akan merasakan kepahitan saat pergi.
Masa suram Casillas dimulai pada saat Jose Mourinho menangani Real Madrid pada 2010. Pada akhir 2012, ia mulai kehilangan tempat utama karena Mou lebih memilih Diego Lopez.
Pada titik itu, Casillas masih bertahan meski ia lebih sering duduk di bangku cadangan. Pernah pada suatu ketika, ia dan Sergio Ramos menghadap presiden klub Florentino Perez untuk meminta Mou dipecat. Sebagian fans membelanya, yang lain mulai mencerca karena merasa Casillas telah menua dan tak sesigap dulu.
Kala kemudian Mou meninggalkan Real Madrid pada 2013, nasib Casillas tak juga membaik. Ia tak kunjung mendapat tempat sebagai kiper utama di bawah arahan Carlo Ancelotti.
Jasa terakhirnya buat Madrid bisa dibilang adalah ketika ia mengantar tim tersebut meraih La Decima, gelar ke-10 Liga Champions pada 2014. Namun keberhasilan tersebut tak berlanjut di Piala Dunia 2014 yang dihelat beberapa minggu setelah final Liga Champions. Casillas tampil buruk dan Spanyol sebagai juara bertahan langsung tersingkir dari penyisihan grup. Kalah bersaing dari Belanda dan Chile.
Musim lalu, Casillas menjadi bulan-bulanan fans Madrid yang gemas timnya tak mendapat gelar bergengsi. Sementara kubu rival abadi Barcelona meraih treble. Siulan dan ejekan kerap terdengar ketika ia tampil di bawah mistar. Tambah apes, beberapa kali blundernya membuat Madrid gagal meraih poin dan akhirnya harus merelakan gelar ke Barcelona.
"Saya melihatnya tersakiti dan menderita selama beberapa tahun. Ia ingin mengakhiri karir di Madrid, namun Florentino yang memaksanya pergi," kata ibu Casillas, Mari Carmen, saat diwawancara El Mundo.
Banyak yang menganggap Casillas terlambat meninggalkan Madrid. Ia pergi ketika namanya tak lagi seharum dulu. Mereka menilai seharusnya Casillas pergi usai mengantar Madrid meraih La Decima.
Sayang memang. Ia mungkin tak akan mendapatkan perpisahan yang manis seperti Xavi Hernadez di Barcelona atau Andrea Pirlo di Juventus. Setelah pengabdian selama 25 tahun, perpisahan yang terasa pahit mungkin akan dirasakan legenda macam Iker Casillas.
Baca Juga:
Madrid Kontrak Casilla, Buat Casillas Angkat Kaki ?
Casillas Tak Sabar Tinggalkan Madrid dan Gabung Porto
Xavi Memelas Casillas Bertahan di Real Madrid