Bola.com, Jakarta - Usia 21 tahun, karier sedang menanjak, tapi dua kali menghadapi cedera yang jadi momok pesepak bola. Itulah yang dialami Antony Putro Nugroho. Antony, saat ini sedang memulihkan cedera PCL di lutut kanannya. Ia divonis tim dokter di Royal Sports Medicine Center Rumah Sakit Progres, Sunter, Jakarta Utara, untuk menepi dari ingar-bingar sepak bola, setidaknya selama setahun.
Antony menjalani operasi PCL pada 28 April 2015, hampir 20 hari setelah insiden tabrakan dengan kiper Arema Cronus, Kurnia Meiga, saat Arema menjamu Barito di QNB League 2015. Hampir dua bulan pasca operasi, Antony menjalani terapi. Untuk saat ini, dua-tiga kali terapi setiap minggu wajib dijalaninya.
Selasa (7/7/2015), Bola.com menemani Antony menjalani sesi terapi terakhir, sebelum ia mudik ke kampung halaman di Pleret, Bantul, DIY, untuk merayakan Lebaran bersama keluarga tercinta. Selama terapi, Antony lebih sering tertawa lepas, meski kadang mimiknya berubah menjadi serius karena menahan sakit. Di sela-sela terapi, Antony mengaku sangat bersyukur dengan kondisinya sekarang.
Jangan salah terka. Bukan bersyukur atas cedera parah yang dialaminya, melainkan ia memiliki pandangan lain atas apa yang terjadi padanya.
"Saya orangnya positif saja. Saya mengalami cedera berat lagi, harus istirahat panjang lagi. Melelahkan dan penuh perjuangan. Tapi, saya sangat bersyukur karena bisa menjalani perawatan di tempat terbaik, tidak perlu memikirkan biayanya yang besar. Ibaratnya, saya tinggal datang terapi, fokus menyembuhkan cedera ini hingga tuntas," ujarnya.
Bila dilihat dari sudut pandang itu, eks pilar timnas U-16 di Piala AFF 2010 itu memang beruntung. Di saat banyak klub "meninggalkan" pemainnya, Barito Putera hadir memberikan ketenangan pada Antony. Seluruh biaya perawatan Antony, yang tidak sedikit, ditanggung klub berjuluk Laskar Antasari ini. Mulai operasi hingga sesi terapi pasca operasi yang berlangsung sekian bulan lamanya.
"Dia masih muda. Perjalanan kariernya masih panjang. Dia aset kami dan juga aset nasional. Cederanya terjadi saat dia membela klub dan bersiap membela Timnas Indonesia. Kami wajib bertanggung jawab dan berkomitmen kepadanya," kata Syarifuddin, asisten manajer Barito Putera, mengungkapkan alasan Barito bersedia menanggung biaya perawatan Antony.
Berapa dana yang dikeluarkan Barito untuk perawatan Antony hingga sembuh? Syarifuddin enggan membeberkan angka pasti, hanya memberi ancar-ancar. "Sekitar Rp 150 juta," jawabnya. "Kami tak mau perhitungan, asal Antony bisa sembuh dan bermain lagi. Itulah keinginan kami. Tidak semua klub tak peduli pada pemain, karena kami sangat peduli pada kelanjutan karier dan masa depannya," imbuh sang asisten manajer.
Tak pelak, Antony diliputi ungkapan syukur. Ia berujar tak terbayang bila harus membiayai sendiri biaya perawatan selama berbulan-bulan lamanya. Dengan kondisi yang lebih serius dibanding cedera ACL di lutut kirinya pada 2012-2013, biaya yang dikeluarkan untuk perawatan kali ini jauh lebih besar.
"Ngeri membayangkan bila harus keluar uang sendiri untuk biaya kesembuhan cedera ini," timpal Antony.
Lantaran terbebas dari urusan duit, pemain yang kerap bermain di posisi penyerang sayap ini bisa "lepas", tenang, dan berkonsentrasi menyembuhkan cederanya.
"Mungkin kondisi seperti ini yang menjadikan saya lebih "santai" menghadapi cedera lutut kedua kalinya ini. Saya membangun kekuatan dalam diri untuk secepatnya pulih dan bermain lagi untuk Barito karena saya tidak diributkan persoalan biaya. Saya berutang budi pada Barito dan bila mereka masih bersedia menerima saya, saya akan kembali ke Banjarmasin dan membela Barito lagi saat sudah benar-benar sembuh nanti," ungkap pemain lulusan tim SAD Uruguay ini, terharu.
Mampukah Antony Bangkit Lagi?
Antony yakin akan sembuh, meski proses menuju ke sana berliku dan perlu kerja keras. Dokter yang mengoperasi dan merawat Antony di Rumah Sakit Royal Progress, Bobby Nelwan, mengungkapkan cedera Antony memang tergolong parah. Lebih berat ketimbang cedera ACL di lutut kirinya dulu. Angka kegagalan atas kesembuhan penderita PCL pun besar.
Namun, Bobby meminta Antony tak perlu khawatir. "Bila dia disiplin, bersabar, fokus, dan punya mental kuat menjalani setiap tahapan, dia pasti sembuh dan bisa bermain seperti sebelumnya. Ilmu kedokteraan saat ini pun sudah maju. Tinggal menuruti saja dengan arahan tim dokter," ungkapnya.
Tak hanya dukungan pembiayaan, Antony juga dibanjiri dukungan moral atas kesembuhannya. Keluarga jadi yang pertama berada di sampingnya dalam menghadapi masa sulit ini. Meski tinggal berjauhan, orang tua Antony selalu menjalin komunikasi dengan putra sulungnya itu.
Lantaran pesepak bola juga manusia biasa, Antony pernah didera keraguan: apakah ia bisa sembuh seperti sediakala? "Kadang terpikir, bila sampai tidak sembuh, apa yang harus saya lakukan kelak?" tanya Antony. Dia pun berandai-andai. "Mungkin saya akan membantu orang tua mengelola sapi-sapi di rumah," katanya.
Orangtua Antony dan kerabatnya yang tinggal di Pleret, Bantul, lekat dengan dunia peternakan dan pemotongan sapi, sama seperti profesi yang ditekuni mayoritas warga Pleret. Sang ayah, memelihara dan membeli sapi untuk selanjutnya disembelih menjadi daging konsumsi. Ibunda tercinta, menjual daging-daging itu di salah satu pasar di Yogyakarta.
"Tapi, saya tak mau memikirkan hal seperti itu dulu. Saya akan berusaha sembuh agar bisa bermain lagi. Meski saat ini kompetisi terhenti, rasanya tetap gatal ingin menggocek bola lagi. Hanya, dokter meminta saya bersabar. Saya sudah pernah mengalami momen seperti sekarang, jadi ya yakin sembuh saja," ia curcol (curhat colongan) dengan Bola.com.
Selain keluarga, manajemen Barito Putera kerap mengontaknya untuk menanyakan kondisi terkini.
"Sebelum berangkat ke SEA Games lalu, teman-teman di Barito yang berangkat ke SEA Games juga menyempatkan menemani ketika saya menjalani terapi, persis seperti yang Bola.com lakukan sekarang," kata Antony. Pelatih timnas U-23 di SEA Games 2015, Aji Santoso, ikut menyempatkan menengoknya. "Saya merasa tidak ditinggalkan," ucapnya.
Maklum, saat itu Antony tercatat masuk skuat nasional U-23 yang dipersiapkan untuk SEA Games 2015. Lantaran didera cedera, Aji terpaksa mencoretnya dari daftar pemain yang diberangkatkan ke Singapura.
Dengan dukungan dari banyak pihak yang peduli padanya, penggemar FC Barcelona itu makin memantapkan diri untuk memulihkan cederanya. Pengalamannya melewati cedera ACL di lutut kiri, dua tahun lalu, mengajari Antony dua hal penting: optimisme dan kesabaran.
Apalagi, melihat senior-seniornya seperti Boaz Solossa dan Bima Sakti, yang pernah pula dibekap cedera serius serta mampu bangkit dan bermain sepak bola lagi hingga detik ini, memberikan suntikan moral padanya.
Antony merupakan sosok pemuda tangguh dan pejuang. Ia bermental baja untuk melawan cedera yang kedua kalinya. Sang dokter ikut meyakini Antony bisa sembuh. "Dia masih muda dan saya lihat dia kuat. Bila dia bisa melewati cedera lutut pertamanya, kali ini dia pasti juga mampu," tutur Bobby Nelwan.
Jadi, selamat berjuang, Antony, sampai bertemu di lapangan hijau lagi!
Baca Juga:
Mental Baja Bintang Muda Timnas, Antony Putro Nugroho (1)