Bola.com, Solo - Suasana berbeda dirasakan asisten pelatih Sriwijaya FC, Hartono Ruslan, menjelang datangnya hari Idul Fitri tahun 1436 H. Sebelumnya, perayaan Idul Fitri selalu dirasakan keluarganya dengan penuh suka cita.
Namun, sekarang pembekuan PSSI, penghentian kompetisi serta jatuhnya sanksi FIFA diakui Hartono membawa banyak perubahan sehingga harus lebih bijak dalam mempersiapkan segala sesuatu untuk merayakan hari kemenangan umat Islam ini. "Lebaran kali seperti dirampas oleh Menpora,” ujar Hartono.
Menurut mantan pelatih Persik Kediri itu, dengan kondisi sepak bola yang tidak menentu, ia praktis sudah kehilangan sumber pencaharian dan membuatnya hanya bisa terus bersabar menunggu kepastian bergulirnya kompetisi kembali.
"Yang jelas tetap harus bersyukur, walau sedang prihatin, jangan sampai mengurangi makna peringatan Idul Fitri. Memang sangat disayangkan momen bulan puasa yang tadinya saya harapkan dapat menjadi islah kedua pihak, nyatanya persoalan sepak bola ini terus berkepanjangan. Apalagi sebelumnya Menpora mengatakan akan bertanggung jawab terhadap nasib pemain bila kompetisi terhenti," keluhnya.
Lantaran sudah di titik jenuh melihat kegaduhan sepak bola nasional, Hartono mengaku tidak lagi menonton tayangan televisi yang membahas mengenai permasalahan kulit bundar di negeri ini.
"Saya sedih karena sebelumnya ada pihak yang menganggap enteng sanksi FIFA dan tidak memikirkan nasib pelaku sepak bola, karena selain para pemain, pelatih seperti saya pun terkena dampak sangat besar dari kisruh ini," tuturnya.
Kepedihan asisten pelatih asal Solo itu makin dalam lantaran dalam waktu dekat menyiapkan hajatan, yakni menikahkan puteri bungsunya pada awal bulan Oktober. Awalnya, ia sudah merencanakan menyisihkan gaji sebagai tim pelatih SFC untuk resepsi pernikahan itu.
"Kami memilih tanggal tersebut pada Februari lalu,saat kondisi sepakbola masih normal dan pembayaran gaji di SFC sangat lancar. Namun sekarang setelah kompetisi dihentikan, saya memahami kondisi klub yang harus melakukan rasionalisasi gaji. Tapi, tentu acara pernikahan anak saya harus tetap berlangsung dan tidak mungkin ditunda. Ini tanggung jawab saya selaku orangtua," ungkap ayah dari dua putri ini.
Mantan pelatih Persis Solo ini mengungkapkan resepsi pernikahan putrinya menyedot biaya yang cukup besar. "Namanya orangtua buat anak, pasti menginginkan yang terbaik. Apalagi di adat Jawa, pihak perempuan juga punya kewajiban dan tanggung jawab yang cukup besar. Jadi, walau tidak ada harus tetap diada-adain," jelas pemilik lisensi A AFC ini.
Sebagai jalan keluar, mantan pemain Persis Solo ini terpaksa menyiapkan "rencana dadakan" untuk menutupi kebutuhan persiapan acara tersebut.
"Saya tetap berharap kompetisi secepatnya segera digelar. Bila sampai masa Lebaran berakhir belum ada kepastian, mungkin harus menggadaikan surat sertifikat tanah sebagai dana talangan," jelas Hartono.
Pada momen Idul Fitri, Hartono tidak punya harapan lain selain kompetisi segera kembali bergulir.
"Dalam kondisi normal dan sebelum pembekuan kemarin, saya bersyukur seluruh hak gaji dibayarkan seluruhnya oleh Sriwijaya FC dengan tepat waktu. Kini semuanya jauh berbeda. Pemain dan pelatih serta masyarakat pelaku sepak bola jadi korban," tambahnya.
Harapan Hartono semoga saja segera jadi kenyataan menyusul putusan sidang PTUN yang mewajibkan Kemenpora mencabut SK Pembekuan PSSI, Selasa (14/7/2015). Kondisi sepak bola nasional pun diharapkan segera kondusif.
Baca Juga :
Hasil Sidang PTUN Pengaruhi Keikutsertaan Sriwijaya FC di PIS