Bola.com, Jakarta - Cedera merupakan satu kata yang paling dihindari pesepak bola manapun di belahan dunia ini. Pasalnya, cedera kerap membuat performa seorang pemain mengalami penurunan. Bahkan, yang lebih parah, sang pemain bisa jadi harus pensiun dini lantaran tak kunjung pulih dari cedera yang membekapnya.
Sudah banyak cerita pemain yang harus gantung sepatu di usia muda karena digerogoti persoalan cedera. Namun, tidak sedikit pula pesepak bola baik lokal maupun luar negeri yang mampu bangkit usai dihantam cedera parah.
Baca Juga
Dari kompetisi Tanah Air, ada empat pesepak bola yang pantas diacungi jempol karena mampu kembali seperti sebelumnya setelah absen panjang akibat cedera. Ada yang mampu tampil stabil pasca pulih dari cedera atau malah bermain lebih hebat usai dinyatakan pulih. Siapa saja mereka? Berikut empat pemain yang mampu bangkit dari cedera dirangkum Bola.com:
Dian Agus Prasetyo
Penjaga gawang berusia 29 tahun ini sempat mengalami masa kelam dalam karier sepak bolanya. Ini lantaran Dian Agus harus dua kali menepi akibat diterpa cedera parah dalam kurun waktu dua tahun.
Cedera parah pertama didapat pemain kelahiran Ponorogo, Jawa Timur saat masih berkostum Pelita Jaya Karawang tahun 2010. Mantan kiper Persijap Jepara ini diterpa cedera tulang kering yang memaksanya selama enam bulan dan melewati sisa kompetisi ISL 2009-2010.
Hantu cedera belum mau pergi dari Dian saat memutuskan berkostum Arema di ISL musim 2011-12. Akibat berbenturan dengan pemain Persela Lamongan, Desember 2011, Dian Agus kembali mengalami cedera tulang kering.
Vonis dokter menyatakan Dian Agus harus menepi selama lima bulan akibat cederanya ini. Hebatnya, karier kiper berpostur 185 cm ini bukannya meredup setelah dua kali dihantam cedera parah.
Karier Dian Agus yang kerap bolak-balik masuk Timnas Indonesia justru terus melesat pasca cedera parah. Keputusannya hijrah ke Barito Putera musim 2012-2013 menjadi titik tolak kebangkitan kariernya.
Tampil apik bersama Barito, Dian Agus kemudian dipinang oleh Mitra Kukar. Ia tampil dalam 20 pertandingan dan meloloskan Naga Mekes hingga babak delapan besar ISL 2014.
Di akhir musim, Dian memutuskan hijrah dan kini bergabung dengan Sriwijaya FC. Selain sukses di klub, Dian Agus belakangan sering dipanggil masuk Timnas Indonesia. Saat ini DAP, inisial bekennya, bergabung dengan Pusamania Borneo FC.
Berikutnya
Boaz Solossa
Sama halnya dengan Dian Agus, karier pemain bernama lengkap Boaz Theofilus Salossa sangat jauh dari kata mulus. Berulang kali Bochi diterpa cedera, namun hebatnya berulang kali pula adik kandung dari Ortizans Solossa bisa bangkit dari keterpurukan.
Peraih gelar Top Scorer ISL (2008-2009, 2010-2011, dan 2013), sempat absen 10 bulan karena cedera patah kaki. Cedera parah itu didapat Boaz akibat tekel sembrono pemain Hong Kong dalam sebuah laga uji coba di Stadion Utama Gelora Bung Karno, tahun 2007.
Berhasil pulih dari cedera menakutkan tersebut, Boaz harus mengalami lagi mimpi buruk yang sama; cedera patah kaki. Kali ini gara-gara tekel keras bek jangkung Persiwa Wamena, Onorionde Kughebe John. Boaz pun dipaksa menepi selama empat bulan.
Bukannya menyerah, salah satu bakat terbaik yang dimiliki tanah Papua itu justru tampil menggila. Persipura berhasil diantarkan Boaz empat kali meraih gelar kompetisi kasta tertinggi di Tanah Air.
Hebatnya lagi, Boaz selalu mampu mengawinkan gelar juara Persipura dengan gelar top scorer dan pemain terbaik miliknya. Meski kursi pelatih kerap berganti, mulai Rahmad Darmawan hingga kini Oswaldo Lessa, sosok Boaz selalu menjadi andalan.
Bukan hanya di klub, Boaz juga langganan dipanggilTimnas Indonesia. Jika tidak sedang mengalami cedera, nama pemain kelahiran Sorong ini sudah pasti masuk daftar panggil tim Merah-Putih, terlepas dari siapapun pelatihnya.
"Boaz Solossa sedikit dari pesepak bola Indonesia yang punya mentalitas tangguh. Berulangkali ia jatuh, tapi bisa bangkit ke level permainan terbaik," puji Jacksen F. Tiago, pelatih asal Brasil yang menangani Persipura periode 2008-2014.
Berikutnya
Bima Sakti
Siapa yang tidak kenal dengan Bima Sakti? Di masa jayanya tahun 2000-an, gelandang kelahiran Balikpapan, 39 tahun silam, ini merupakan salah satu yang terbaik di posisinya.
Pemain yang pernah merumput di Eropa bersama Helsinborg ini bukan saja cakap soal urusan mengontrol lini tengah. Tak seperti pemain kebanyakan, ia dibekali kelebihan yakni tendangan jarak jauh dan tendangan bebas yang kerap bikin ngeri penjaga gawang manapun.
Maka, wajar jika sosok Bima Sakti begitu disegani oleh pemain lain di klub maupun Timnas Indonesia. Kerendahan hati juga menjadi salah satu kelebihan lain dari jebolan PSSI Primavera.
Sayang, karier gemilangnya meredup gara-gara tekel brutal pemain India, Bai Chung Bhutia, di semifinal Piala Ho Chi Minh di Vietnam, tahun 2002. Pemain yang dipinjam oleh Petrokimia Putra mengalami cedera parah dan terpaksa menepi selama sembilan bulan akibat patah tulang fibula dan engkel kaki kirinya mengalami pergeseran.
Selepas pulih dari cedera, Bima Sakti mulai menata kembali kariernya dan kerap berpindah-pindah klub. Mulai PSPS Pekanbaru, Persiba Balikpapan hingga saat ini bersama Persiba Balikpapan.
Karier sepak bola pemain yang melakoni debut bersama Timnas Indonesia di usia 19 tahun juga terbilang awet. Tidak seperti pemain seangkatannya yang kebanyakan sudah gantung sepatu, Bima Sakti justru masih tetap mampu bermain di usianya yang kini 39 tahun.
Berikutnya
Rachmat Affandi
Striker Persija Jakarta ini pernah merasakan masa kelam dalam karier sepak bolanya. Tahun 2004 saat masih berkostum Pelita Krakatau Steel, Rachmat mengalami cedera patah tulang fibula yang hampir saja membuat karier sepak bolanya tamat.
Cedera itu didapat pemain yang gemar gonta-ganti klub akibat tekel brutal pemain PSIS Semarang, Fofee Camara. Cedera itu memaksa mantan pemain Persib Bandung dan Mitra Kukar ini menepi selama hampir dua tahun.
Beruntung, pemain yang kini berusia 31 tahun ini mampu bangkit dari cedera parah yang menimpanya. Selepas dari Pelita, Rachmat berpindah-pindah klub mulai dari Persibom, Persikabo, PSMS, hingga akhirnya meraih gelar ISL bersama Arema Indonesia musim 2009-2010.
Bersama Arema, ia disemati julukan supersub lantaran mampu memecah kebuntuan lewat pergerakannya dalam merusak pertahanan lawan. Di musim itu, ia mencetak dua gol dari 23 penampilan bersama Singo Edan.
Setelah itu, Rachmat memutuskan hijrah Persib hingga akhirnya memutuskan kembali ke Persija, sempat ke Mitra Kukar dan kini ke Persija lagi.