Oleh: Mohamad Kusnaeni
Penulis adalah pengamat dan komentator sepak bola Indosiar
Bola.com, Jakarta - Entah apa yang berkecamuk di dada Iker Casillas saat memasuki ruang jumpa pers Stadion Santiago Bernabeu, awal pekan ini. Wajahnya muram, hidungnya memerah, matanya basah. Dan ia sendirian duduk di podium. Tak satu pun pejabat klub mendampingi. Tidak juga orang paling berkuasa di Real Madrid saat ini, Florentino Perez.
Casillas sempat tak kuasa berkata-kata seraya berusaha keras menahan tangis. Toh, tetes air mata itu akhirnya jatuh juga saat ia dengan berat hati mengucap selamat tinggal kepada penggemar setia Real Madrid, “No voy a decir adios porque esto es un punto y seguido. Volveremos a vernos por aqui pronto y alla donde vaya seguire gritando hala Madrid.”
San Iker hanya sanggup mengucapkan salam perpisahan yang relatif singkat. Ia bahkan menolak sesi tanya-jawab dengan puluhan jurnalis yang menghadiri jumpa pers itu dengan segudang tanya tak terjawab.
Menyaksikan momen itu, sulit bagi siapapun untuk tak ikut merasakan haru. Betapa tidak, Casillas yang sudah 25 tahun berkarier di Santiago Bernabeu ternyata begitu saja terusir dari klub yang telahmembesarkan namanya. Bukan karena kemampuannya sudah habis atau kariernya terusik oleh cedera. Tidak, Casillas baru 34 tahun –masih muda untuk seorang kiper—dan ia masih penjaga gawang nomor satu bahkan di tim nasional Spanyol.
Casillas harus pergi karena ia bermain di Madrid. Ya, karena ia pemain Madrid. Bagi “Los Merengues”, tak ada istilah pemain tak tergantikan. Tak ada pula pemain yang lebih besar dibanding Madrid itu sendiri. Madrid itulah yang terbesar, melebihi siapapun bintang yang pernah mereka punya: Antonio Camacho, Fernando Hierro, Emilio Butragueno, Guti, Raul Gonzalez, Casillas, atau entah siapa lagi.
Sebelum Casillas, kita juga pernah melihat haru-biru perpisahan yang berurai air mata saat Raul pergi dari Santiago Bernabeu. Meski telah menyumbang total 323 gol dan 16 gelar, Raul tak bisa berkata tidak ketika klub menurunkan statusnya bukan lagi sebagai pemain utama. Ia pun terpaksa memilih hengkang ke Schalke, Al Sadd, dan kini terdampar di New York Cosmos.
Sebelum itu, kejadian serupa –meski tak persis sama—juga lebih dulu menimpa Hierro pada akhir musim 2002/2003. Salah satu bek tengah paling tangguh sepanjang sejarah itu secara mengejutkan juga dilepas Madrid tanpa upacara perpisahan yang layak setelah mengabdi 16 musim.
Tak ada “galacticos” yang abadi di Santiago Bernabeu. Ketika sinar sang bintang meredup dan bintang-bintang pendukung di sekitarnya tak cukup kuat menambah cahaya, itulah saatnya bagi Madrid memetik bintang baru yang lebih terang.
Tak ada sentimen atau persoalan emosi di sini. Ini murni soal bisnis dan demi nama besar Madrid itu sendiri. Madrid harus selalu menjadi pusat perhatian di panggung sepak bola sejagat. Untuk itu, seorang primadona “Los Blancos” haruslah seseorang yang bisa memukau dunia.
Casillas agaknya mulai kehilangan daya pukau itu. Dalam dua musim terakhir, tak terhitung sudah berapa kali ia meninggalkan lapangan Santiago Bernabeu diiringi siulan bernada kecewa atau kritik atas penampilannya. Julukan San Iker yang disandangnya tak membuatnya tabu atau kebal dari kritik.
Jangan salahkan Madrid –tepatnya sang presiden, Perez—jika merasa sudah tiba waktunya untuk mengucap perpisahan. Setelah kegagalan di Liga Champions dan La Liga musim lalu, Madrid butuh sinar terang baru. Dan itu mereka yakini bisa dihadirkan oleh kiper muda bernama David De Gea yang saat ini masih milik Manchester United. Anak muda berumur 24 tahun itu adalah permata yang butuh sedikit polesan saja untuk jadi sebesar Casillas, Andoni Zubizaretta, Ricardo Zamorra, dan kiper-kiper hebat lain yang pernah dipunyai Spanyol.
Nah, Madrid yang sedang berbenah itulah yang akan kita lihat dalam laga International Champions Cup 2015 saat menghadapi AS Roma di Melbourne Cricket Ground, Australia, Sabtu (18/7/2015) petang. Tak hanya Casillas, sejumlah pemain lain –Sergio Ramos, Asier Illarramendi, Isco, dan entah siapa lagi—pada akhirnya mungkin juga harus pergi sebagai bagian dari perubahan itu.
Tapi, yakinlah, sederet bintang lain dengan sinar yang lebih terang akan datang menuju arah sebaliknya. Madrid adalah kumpulan para bintang dan akan selalu seperti itu. Dan itu yang membuat Madrid terus bertahan menjadi salah satu tim terhebat sepanjang sejarah.
Baca juga:
Saksikan Live Streaming Real Madrid vs AS Roma di Bola.com
Prediksi ICC 2015 : Ujian Berat Pertama Benitez Bersama Madrid
Di Australia, Madrid Dapat Rp 2,5 Miliar Sekali Tampil
Madrid Sepakati Transfer Casilla dengan Rival Barcelona