Oleh: Anton Sanjoyo
Penulis adalah pengamat dan komentator sepak bola Indosiar
Bola.com, Jakarta - Musim lalu, kedatangan Louis van Gaal ke Old Trafford mencuatkan harapan yang luar biasa pada hati pencinta [Manchester United](2275043 ""Gara-gara" Paulinho, Legenda Liverpool Bakal Pakai Kostum MU") setelah musim yang menyedihkan bersama David Moyes. Sukses menjadi juara International Champions Cups di tanah Paman Sam setelah mengalahkan Liverpool pada laga puncak, semakin meluapkan harapan itu. Apalagi kehadiran Van Gaal yang dibarengi dengan hadirnya bintang-bintang muda terutama Ander Herrera, membuat suasana penuh optimisme menjadi dominan di Carrington, markas latihan yang telah melahirkan pemain-pemain terbaik MU dengan lebih dari separuh gelar liga Inggris dari total 20 gelar mereka.
Namun harapan itu runtuh sejak pertama. Kekalahan demi kekalahan mereka telan. Sempat terseok-seok di papan tengah, pasukan Van Gaal mulai bangkit selepas Natal dan Periode Festival, dan mampu lolos ke Liga Champions dengan menyeruduk ke posisi empat besar. Meski posisi ini bukanlah tempat yang semestinya menurut pendukung fanatik mereka, namun sukses finis di zona Liga Champions adalah berkah mengingat musim yang buruk di tahun pertama Van Gaal.
Musim berlalu, juga harapan yang sirna untuk kembali menjadi yang terbaik di Inggris. Chelsea yang ditangani pelatih oportunis namun jenius, Jose Mourinho terlalu perkasa untuk didepak dari pemuncak klasemen. Sang juara bertahan, tetangga yang berisik Manchester City pun menyerah bahkan beberapa pekan sebelum musim berakhir, pun demikian dengan Arsenal melaju kencang sejak Boxing Day, tertinggal jauh oleh Si Biru yang perkasa. Namun bagi skuad United, tetap mereka bersyukur kembali ke jajaran elite Liga Champions. Paling tidak, nasib mereka tidak setragis seteru abadi, Liverpool, runners up 2013-2014 yang terseok-seok pasca perginya Luis Suarez.
Musim berakhir dan United menjalani liburan yang pendek. Van Gaal praktis tidak berlibur. Pikiran dan hatinya di lapangan hijau, menganalisa setiap kelemahan United yang membuat mereka gagal di musim lalu. Apa yang salah pada skuad ini? Van Gaal punya sekumpulan pemain terbaik di Eropa, tidak kalah kualitas individunya dengan Chelsea sekalipun. Mereka punya kipper terbaik, striker andalan timnas, barisan gelandang paling agresif dan back staff yang solid. Namun tentu paling menentukan adalah ramuan sang pelatih, untuk menentukan formasi dan strategi permainan yang paling pas, paling fit dengan sekumpulan pemain andal yang dia miliki.
Lubang-lubang kelemahan itu telah dipelajari. Boleh dibilang, United kehilangan kepribadian, gamang dan limbung di setegah musim pertama. Namun setengah musim berikutnya mereka bangkit dengan kepala tegak. Memang belum sempurna, masih jauh bahkan, namun proyeksi kembali menjadi klub hebat mulai kembali mencuat, tanpa Robin van Persie sekalipun, tanpa Radamel Falcao sekalipun, tanpa tambahan striker sekalipun. Sepanjang Wayne Rooney masih mau berlaga dengan kostum United, harapan itu selalu ada.
Dilepasnya Van Persie dan Falcao yang batal dipermanenkan, membuat United memang kekeringan opsi di lini depan. Kondisi pasar yang gaduh membuat mereka juga sulit mendapatkan alternative striker kelas dunia yang terjangkau anggaran. Namun Van Gaal bertekad membangun tim yang kuat dengan fondasi lini belakang solid dan lini tengah agresif untuk menutup kekurangan opsi di lini depan. Untuk itu dia mendatangkan Matteo Darmian untuk menopang pertahanan serta tiga pemain tengah kualitas bintang; Morgan Schneiderlin, Memphis Depay dan tentu saja jenderal lapangan tengah timnas Jerman, Bastian Schweinsteiger.
Tentu kesalahan musim lalu tidak lantas tertutup dengan kehadiran empat pemain hebat ini. Kuncinya tetap ada pada bagaimana Van Gaal meramu karakter permainan United sehingga bukan saja agresif dan mematikan tapi juga konsistensi, factor kunci hal yang menjadi kegagalan pada musim lalu.
Schweiny, tentu bukan orang baru bagi Van Gaal. Dia adalah jenderal lapangan tengah Bayern Muenchen saat meneer Belanda yang galak dan agak congkak ini mengarsiteki klub paling sukses di Bundesliga itu beberapa musim lalu. Kekasih petenis cantik Ana Ivanovic ini diplot untuk menggantikan peran dan posisi Michael Carrick, gelandang penyeimbang yang men-copas peran sentral Roy Keane di era kejayaan United tahun 1990-an. Bagaimanapun Carrick sudah menua dengan usia 33 tahun. United sangat bergantung pada visi dan daya analisa Carrick di lapangan tengah. Statistik musim lalu menunjukkan, tanpa Carrick, United hanya memenangi 36 persen laga, sementara jika mantan pemain Spurs itu menjadi starter, United memenangi 75 persen laga.
Jika Schweiny fit, dan memang dia selalu punya masalah dengan cedera, United akan menjajal sejauh mana bintang Jerman itu akan langsung tune in dengan tim. Dengan pengalamannya yang luar biasa, Schweiny akan diuji dalam laga ICC menghadapi jagoan Meksiko yang juga juara Liga Champions Concacaf, Club America. Schweiny akan bahu membahu dengan Schneiderlin yang akan lebih banyak membantu kuartet pertahanan.
Club America tentu bukan lawan sembarangan dan bagusnya, ini akan menjadi ujian kemampuan adaptasi kuartet United yang baru bergabung, termasuk Depay dan Darmian. Dengan sejarah hampir satu abad dan 35 gelar domestic dan internasional di antaranya, Club America akan menjadi lawan uji coba yang ideal bagi pasukan Van Gaal. Pertandingan ini akan digelar di Seattle, AS dan disiarkan secara lansung oleh Indosiar pada 18 Juli 2015, pukul 09.45 WIB.
Baca juga:
MU Siap Jual Jonny Evans ke Everton?
ICC 2015, MU Pamer Tiga Pemain Baru