Prediksi Man City vs Real Madrid: Benitez Mencari Keseimbangan

oleh Bola diperbarui 24 Jul 2015, 14:55 WIB
Pelatih Real Madrid Rafael Benitez bicara dalam konferensi pers, di Santiago Bernabeu, pada 3 Juni 2015. (AFP PHOTO / PIERRE-PHILIPPE MARCOU)

Oleh: Mohamad Kusnaeni
Penulis adalah pengamat dan komentator sepak bola Indosiar

Bola.com, Jakarta - Pengalaman pertama Rafael Benitez bersama Real Madrid ternyata kurang mengenakkan. Madrid dikalahkan AS Roma 7-6 melalui adu tendangan penalti yang mendebarkan dalam laga seru di Melbourne Cricket Ground, Sabtu (18/7) pekan lalu.

Advertisement

Benar, ini memang sekadar laga pramusim berlabel International Champions Cup (ICC) 2015. Tapi, bagi Madrid, kekalahan tetaplah sebuah kekalahan dan selalu sulit untuk diterima. Sialnya pula, kekalahan ini justru dialami saat pelatih baru mereka memulai kiprahnya bersama “Los Blancos”.

Hasil negatif ini segera mengingatkan publik kepada performa buruk Madrid musim lalu yang tak berbuah gelar apapun. Pada ICC 2014, Madrid juga memulainya dengan hasil imbang 1-1 lawan Inter Milan lalu kalah melalui adu penalti. Kegagalan itu ternyata berekor dua kekalahan beruntun 0-1 dari Roma dan 1-3 lawan Manchester United. Bahkan Madrid kembali kalah 1-2 dari Fiorentina dalam partai pemanasan selanjutnya usai ICC 2014.

Hasil-hasil mengecewakan itu seperti sebuah isyarat. Terbukti, memang, performa Madrid sepanjang musim 2014/2015 tak setangguh musim sebelumnya saat mereka menjuarai Liga Champions dan Copa del Rey sekaligus. Pelatih Carlo Ancelotti pun harus meletakkan jabatan yang disandangnya hanya dua musim.

Benitez kini datang sebagai penggantinya. Ia memang punya kedekatan emosional dengan “Los Merengues” karena pernah menjadi pemain Real Madrid Castilla. Bahkan pernah pula menangani Real Madrid B pada 1993-1995. Daftar riwayat hidup Benitez juga diwarnai deretan gelar bergengsi: Liga Champions 2004/2005 (Liverpool), Liga Europa 2012/2013 (Chelsea), La Liga 2001/2002 dan 2003/2004 (Valencia), hingga Coppa Italia 2013/2014 (Napoli).

Hanya saja, Madrid tak pernah cukup sabar memberi waktu bagi sang entrenador. Bahkan pelatih sekelas Ancelotti pun begitu saja didepak setelah hampa gelar pada musim 2014/2015. Senasib dengan koleganya, Manuel Pellegrini (musim 2009/2010), yang kini menangani Manchester City.

Ketidaksabaran serupa akan dirasakan Benitez. Bahkan sejak hari pertama ia menangani Cristiano Ronaldo dan kawan-kawan. Maklum, Benitez datang usai menjalani musim hampa gelar bersama Napoli. Otomatis tekanan –tepatnya keraguan—terhadap pria berumur 55 tahun itu pun jadi lebih besar.

Kegagalan mengalahkan Roma menjadi tamparan kecil bagi Benitez. Bisa dibayangkan betapa semakin keras tekanan yang bakal dia terima jika tak mampu pula menaklukkan City di Melbourne Cricket Ground, Jumat (24/7) petang ini. Apalagi sejumlah pemain senior, salah satunya Ronaldo, sejak awal konon tak begitu antusias menyambut kehadiran Benitez.

Di atas kertas, City tidaklah sekuat Roma. Maklum, dalam tur pramusim kali ini, Pellegrini tidak membawa sejumlah bintang andalannya: Sergio Aguero, Wilfried Bony, hingga Fernandinho. Absennya mereka sangat mengurangi daya dobrak lini depan City meski sudah kedatangan bintang baru Raheem Sterling dari Liverpool.

Ini kesempatan bagi Benitez untuk membawa Madrid menang dan mulai merebut hati suporter. Kuncinya, bagaimana menemukan cara memaksimalkan begitu banyak peluang yang didapat, seperti dialami saat menghadapi Roma. Tak cukup sekadar bermain ofensif, publik Madrid juga menuntut gol-gol dan kemenangan.

Di Napoli, Benitez diapreasiasi karena membuat “Partenopei” jadi tim yang atraktif dengan permainan menyerang. Mungkin itulah alasan yang membuatnya dipilih Presiden Florentino Perez sebagai pengganti Ancelotti.

Tapi Benitez tentunya juga paham, publik Bernabeu tak sesabar publik San Paolo dalam urusan gelar. Untuk itu, Benitez tak cukup sekadar menjaga dan melanjutkan permainan atraktif Madrid. Ia juga harus bisa menjadikannya lebih efisien dalam memanfaatkan peluang.

Itulah sebabnya, sejak awal kedatangannya, Benitez segera mendengungkan konsep keseimbangan dalam permainan Madrid. Seimbang antara agresivitas dalam menyerang dan soliditas dalam bertahan. Seimbang antara jumlah peluang yang didapat dan perolehan gol yang diraih.

Benitez harus segera membangun keseimbangan itu dalam permainan Madrid. Jika tidak, dialah yang pertama-tama akan limbung dan kehilangan kepercayaan dari Madridista.

Live Streaming ICC 2015: Manchester City vs real Madrid

Baca juga:

Rooney: Gara-gara Madrid La Decima, Barcelona Jadi Ganas

Benitez Tutup Peluang Manchester United Boyong Ramos

Manuel Pellegrini Antusias Menyambut Laga Melawan Real Madrid