Tips Legenda Hidup PSM untuk Menyelesaikan Konflik Sepak Bola

oleh Abdi Satria diperbarui 26 Jul 2015, 08:30 WIB
BERSUARA - Lama tak berkecimpung di dunia sepak bola, Syamsuddin Umar legenda PSM Makassar bicara soal konflik PSSI vs Kemenpora. (Bola.com/Ahmad Latando)

Bola.com, Makassar - Kiprah Syamsuddin Umar (57) di pentas sepakbola nasional sangat kental dengan PSM Makassar. Sebagai pemain, Syam, sapaan akrab kakek empat cucu ini, pernah membawa Juku Eja juara Piala Soeharto pada tahun 1974.

Eks gelandang Timnas Indonesia ini kemudian mengecap berbagai sukses bersama Juku Eja ketika berstatus pelatih. Bersama PSM, Syam mengangkat trofi juara Perserikatan 1992 dan Liga Indonesia 2000. Di Tim Merah-Putih, Syam tercatat sebagai asisten pelatih di Piala Asia 2007.

Advertisement

Pasca Piala Asia 2007, Syam memilih fokus berkarier sebagai PNS di lingkungan Pemprov Sulawesi Selatan. Dan sejak 2014, Syam menjabat sebagai Kepala Dinas Pemuda dan Olahraga Sulsel. Sebagai mantan pemain yang kini jadi Kadispora, apa pandangannya terkait kisruh sepak bola nasional? Berikut penuturannya kepada Bola.com dalam berbagai kesempatan bertemu.

Belakangan Anda jarang terlihat di sejumlah kegiatan sepak bola?

Iya. Sebagai Kadispora, saya dan jajaran melakukan sejumlah terobosan diberbagai sektor. Kami  wajib mengayomi seluruh cabang olahraga dan kegiatan kepemudaan di Sulsel. Khusus olahraga, saat ini Dispora Sulsel  membenahi dan mengembangkan Diklat PPLP di kawasan Sudiang Makassar. Kami berharap, atlet binaan PPLP Sulsel dapat jadi andalan Sulsel dan Indonesia di masa depan.

Anda masih mengikuti perkembangan sepak bola nasional?

Tentu saja iya, meski tidak terlalu mendalam. Terus terang sebagai mantan pemain dan pelatih, saya ikut prihatin melihat kondisi sepak bola indonesia saat ini. Kita bukan lagi jalan ditempat tapi sudah berjalan mundur disaat negara lain bergerak maju.

Maksudnya?

Dalam sepak bola kan ada anggapan tanpa kompetisi reguler sulit membentuk timnas yang bagus. Kompetisi Indonesia sedang menuju ke era profesional. Pasti banyak kendala dalam perjalannya. Karena itu, butuh waktu dan perhatian semua pihak untuk membuat kompetisi lebih baik dari tahun ke tahun. Fakta saat ini, kompetisi Indonesia tidak mendapat izin dari kepolisian dan kemudian dihentikan oleh PSSI. Kalau kondisi ini dibiarkan berlarut-larut, mau dibawa ke mana sepakbola Indonesia?

Jadi sebaiknya bagaimana menurut Anda?

Sebagai orang yang dibesarkan sepakbola, saya berharap kisruh ini cepat selesai dan kompetisi cepat bergulir kembali. Penyelesaian kisruh ini akan lebih baik dengan memakai bahasa sepak bola yang selalu mengedepankan sportivitas dan fair play. Sepak bola saat ini sudah menjelma jadi industri dan mata pencaharian utama. Ribuan orang menggantungkan hidupnya dari sepak bola. Kalau 'alasan' ini dipakai sebagai acuan untuk menyelesaikan kisruh sepak bola Indonesia, saya yakin bisa.

Setelah menjadi Kadispora, apa kegiatan sehari-hari Anda di luar pekerjaan rutin?

Yang rutin, sepulang dari kantor, saya menyempatkan diri memukul bola golf di driving range Telkom Makassar yang kebetulan searah dengan jalan pulang ke rumah. Sesekali, saya menyaksikan anak-anak kecil berlatih di SSB Telkom Makassar.

Ada keinginan melatih lagi setelah pensiun sebagai PNS?

Ha..ha..ha..cukuplah. Saya merasa pencapaian dan kiprah saya di sepak bola sudah selesai. Kalau pensiun nanti, saya akan menghabiskan waktu bersama istri, anak dan cucu. Sesekali, saya akan menyempatkan waktu untuk kumpul  bersama teman-teman di warung kopi. Kegiatan inilah yang saya rindukan ditengah kesibukan sebagai Kadispora Sulsel.

Baca juga :

Soal Posisi Pelatih, Luciano Leandro Tunggu Kepastian PSM

PSM Respons Positif Wacana ISL 2015-2016 Bergulir Oktober

Suharno dan Dejan Antonic Ramaikan Bursa Kandidat Pelatih PSM