Bola.com, Jakarta - Sebagai ungkapan terima kasih, penghargaan, dan untuk mengenang jasa-jasa para pahlawan nasional, pemerintah kerap mengabadikan nama-nama tokoh yang sudah berjuang bagi bangsa dan negara dalam berbagai cara dan periode waktu ini, menjadi nama jalan maupun bandar udara di Indonesia.
Baca Juga
Namun, tak hanya diabadikan menjadi nama jalan dan airport, para nama pahlawan nasional itu digunakan untuk menamai sejumlah stadion yang berdiri di Tanah Air. Dari 147 tokoh yang mendapatkan gelar pahlawan nasional sesuai surat keputusan (SK) Presiden per Januari 2010, yang dilansir bola.com dari situs Kementerian Sosial RI, setidaknya ada sembilan stadion yang diberi nama menggunakan nama pahlawan nasional RI.
Berikut sembilan stadion yang memiliki nama dari para pahlawan nasional RI itu:
1. Stadion Utama Gelora Bung Karno
Stadion yang terletak di Kompleks Gelora Bung Karno, kawasan Senayan, ini jelas mengingatkan kita pada Soekarno, proklamator sekaligus presiden pertama Indonesia. Soekarno ditetapkan jadi pahlawan nasional dengan SK Presiden 081/TK/1986 pada 23 Oktober 1986.
SUBGK jadi stadion nasional dan kebanggaan Indonesia karena stadion yang dibangun atas ide Soekarno mulai 1958 ini memiliki rekam jejak yang mewarnai sejarah khususnya olah raga negara ini.
2. Stadion H. Agus Salim
Stadion H. Agus Salim terletak di Padang, Sumatra Barat, dan jadi markas Semen Padang. Nama stadion ini diambil dari nama Agus Salim, yang merupakan aktivis kemerdekaan, politisi, dan pemimpin islam Minang.
Agus Salim ditetapkan jadi pahlawan nasional sesuai SK Presiden No. 657 Tahun 1961 pada 27 Desember 1961.
Stadion H. Agus Salim termasuk stadion yang berstandar AFC dan jadi yang terbaik di Pulau Sumatra. Berbagai pertandingan di Piala AFC yang dilakoni Semen Padang dimainkan di stadion ini.
Berikutnya
3. Stadion WR. Soepratman
Mungkin tak banyak yang mengetahui bila nama pencipta lagu kebangsaan Indonesia Raya ini diabadikan jadi nama stadion. Stadion WR Soepratman terletak di kota kecil di Jawa Tengah, tepatnya di Kabupaten Purworejo.
Penggunaan nama Wage Rudolf Soepratman di kabupaten yang kerap dijuluki sebagai kota pensiun itu lantaran komposer nasional itu diyakini lahir di Purworejo.
Stadion WR. Soepratman menjadi kandang Persekabpur Purworejo, yang berkiprah di Liga Nusantara Jateng. Selain jadi nama stadion, WR Soepratman juga jadi nama GOR yang letaknya berada di kompleks stadion.
WR. Soepratman ditetapkan jadi pahlawan nasional sesuai SK Presiden No 016/TK/1971 pada 20 Mei 1971.
4. Stadion Sultan Agung
Markas Persiba Bantul ini mengambil nama dari pahlawan nasional Sultan Agung Adi Prabu Hanyakrakusuma. Beliau adalah sultan ketiga dari Kesultanan Mataram yang berkuasa pada 1613-1645. Sultan Mataram ini berani melakukan perlawanan terhadap VOC.
Atas jasanya terhadap bangsa ini, pemerintah Indonesia menganugerahi Sultan Agung gelar pahlawan nasional pada 3 November 1975 dengan SK No. 106/TK/1975.
Berikutnya
5. Stadion Gelora Supriyadi
Nama pemimpin pemberontakan melawan pasukan pendudukan Jepang di Blitar ini diabadikan sebagai kompleks stadion di kota asalnya, Blitar. Supriyadi, pemimpin pasukan Pembela Tanah Air (PETA), ditetapkan jadi pahlawan nasional pada 9 Agustus 1975 sesuai SK Presiden No. 063/TK/1975.
Stadion Gelora Supriyadi atau yang lebih dikenal dengan nama Stadion Supriyadi merupakan markas klub kontestan Divisi Utama, PSBK Blitar.
6. Stadion Gelora Bung Tomo
Stadion yang terletak di Surabaya, Jatim ini, dibuka pada 6 Agustus 2010. Dari namanya kita mengetahui bila stadion dengan kapasitas 50 ribu penonton mengambil nama dari nama pemimpin dalam Pertempuran Surabaya yang terjadi pada 10 November 1945.
Sutomo atau populer dengan panggilan Bung Tomo, begitu gagah berani membakar semangat pemuda Surabaya untuk melawan pasukan Belanda. Begitu sengitnya pertempuran itu, hari itu dikenang bangsa ini sebagai Hari Pahlawan.
Bung Tomo mendapat gelar pahlawan nasional sesuai SK Presiden RI No.041/TK/TH 2008 pada 6 November 2008.
Stadion Gelora Bung Tomo menjadi markas Persebaya Surabaya dan sempat pula jadi home base PSM Makassar di ISL 2014.
Terakhir
7. Stadion Abdurrahman Saleh
Abdurrahman Saleh merupakan pahlawan nasional yang aktif di bidang kedokteran dan militer. Selain itu Abdurrahman Saleh juga punya peran dalam pendirian Radio Republik Indonesia (RRI).
Abdurrahman Saleh gugur saat pesawat yang dikemudikannya dengan muatan obat-obatan ditembak jatuh pasukan Belanda pada 29 Juli 1947 di daerah Maguwo, Yogyakarta.
Selain diabadikan menjadi nama bandar udara di Malang, Jatim, Abdurrahman Saleh juga menjadi nama stadion markas PSSS Situbondo di Situbondo, Jatim.
Abdurrahman Saleh ditetapkan sebagai pahlawan nasional dengan SK Presiden No. 071/TK/1974 pada 9 November 1974.
8. Stadion Diponegoro
Stadion yang terletak di ujung barat Pulau Jawa ini, tepatnya di Kabupaten Banyuwangi, merupakan markas Persewangi Banyuwangi. Stadion Diponegoro, yang punya nama lain Stadion Jogopati, mengambil nama dari pahlawan nasional Pangeran Diponegoro.
Pangeran Diponegoro terkenal karena memimpin Perang Diponegoro/Perang Jawa pada 1825-1830 melawan kolonial Belanda. Atas jasanya pemerintah RI melalui SK Presiden No. 087/TK1973 pada 6 November 1973 menetapkan Pangeran Diponegoro sebagai pahlawan nasional.
Stadion Diponegoro termasuk salah satu stadion modern di Jatim setelah mengalami renovasi besar seiring keberadaan Banyuwangi sebagai tuan rumah Pekan Olahraga Provinsi (Porprov) Jatim 2015.
Di Kota Semarang juga ada Stadion Diponegoro. Stadion yang menjadi markas PSIS Semarang tahun 1940-1970-an itu dikelola Kodam IV Diponegoro.
9. Stadion Ahmad Yani
Setidaknya ada tiga stadion di Tanah Air yang menggunakan Ahmad Yani sebagai nama, yakni di Sumenep, Mojokerto, dan Sumedang. Nama stadion itu mengacu pada nama pahlawan revolusi sekaligus pahlawan nasional, Achmad Yani.
Achmad Yani merupakan Komandan Tentara Nasional Indonesia Angkatan Darat saat terjadi pemberontakan Gerakan 30 September. Achmad Yani gugur kala hendak diculik dari kediaman dinasnya di Jakarta.
Atas jasanya, Achmad Yani mendapat gelar pahlawan nasional pada 5 Oktober 1965 dengan SK Presiden No. 111/KOTI/1965.
Baca Juga