Oleh: Binder Singh
Penulis adalah komentator Indosiar
Bola.com, Jakarta - Rafael Benitez sukses memulai debutnya di turnamen International Champions Cup 2015 sebagai pelatih Real Madrid dengan keberhasilan membawa timnya menjadi juara di ICC Zona Australia setelah kalah adu penalti dari AS Roma (hasil imbang 0-0 dalam 90 menit) dilanjutkan dengan meraih kemenangan telak atas Manchester City dengan skor 4-1, kemudian pada pertandingan perdana zona Tiongkok menang meyakinkan dengan skor 3-0 atas Inter Milan.
Dua kemenangan besar yang diraih Real Madrid dengan Rafa Benitez atas Manchester City dan Inter memberi sinyal waspada bagi para kontesten lainnya di kompetisi La Liga dan juga di UEFA Champions League pada musim mendatang karena sebagai Tim yang gagal meraih gelar La Liga dan mempertahankan Gelar Juara UEFA Champions League musim lalu, para pemain Madrid justru tidak menunjukan penurunan performa dalam tahap pra-musim bahkan mereka bermain dengan semangat membara, dari semangat juang para pemain juga tercermin mental juara yang hilang di tahap terakhir musim lalu yang menyebabkan Real Madrid kalah melawan Juventus di semifinal UEFA Champions League dan kalah tipis yakni dua point dari Barcelona dalam persiangan meraih gelar juara La Liga musim lalu.
Keberanian Rafa Benitez yang memberi kesempatan kepada para pemain muda dan juga pemain pelapis yang jarang mendapatkan kesempatan bermain musim lalu untuk menunjukan kualitas dan kapasitasnya di ICC 2015 ini adalah salah satu faktor yang menyebabkan Real Madrid bermain explosive sehingga mampu mencetak gol dan mempertahankan lini belakang sama baiknya, yang tercermin dari rekor memasukkan tujuh gol dan kemasukan satu kali dari tiga pertandingan.
Selain memberi kesempatan kepada semua pemain, formasi 4-2-3-1 yang diterapkan Benitez menjaga keseimbangan lini tengah dan belakang, double pivot (dua pemain gelandang bertahan depan lini pertahanan) yang selalu diturunkan justru sangat membantu lini pertahanan yang memang sering ceroboh musim lalu dalam formasi 4-3-3 Carlo Ancelotti, penempatan striker tunggal ternyata ampuh menghasilkan gol karena didukung tiga gelandang kreatif yang kerap membuka ruang dan memberikan assist, yang tampak dari catatan bahwa tidak semua gol Madrid diciptakan oleh penyerang pada ICC 2015 ini. Bahkan ada pemain dari lini pertahanan juga bisa mencetak gol karena tiga gelandang serang tersebut selalu bergerak di lini pertahanan lawan membuka ruang kosong bagi pemain lainnya.
Cristiano Ronaldo bermain sama baiknya, ketika dimainkan sebagai penyerang maupun sebagai gelandang serang. Gareth Bale juga tampak lebih aktif saat dimainkan di posisi gelandang serang. Luka Modric yang dipasang sebagai gelandang bertahan juga tidak menyurutkan kualitas playmaker ini karena dari posisi yang lebih dalam, ia sering melepaskan umpan-umpang panjang akurat ke lini depan.
Sama seperti Rafa Benitez, pelatih baru Rossoneri Sinisa Mihajlovic juga dipuji berkat keberaniannya mengubah formasi 4-3-3 yang diterapkan Filippo Inzaghi musim lalu ke formasi 4-3-1-2, dengan menempatkan seorang “playmaker” di belakang dua striker dan tiga gelandang penuh energi yang mampu membantu penyerangan dan pertahanan sama baiknya. Mihajlovic juga bermurah hati menurunkan beberapa pemain muda sebagai starter pada pertandingan Derby della Madoninna yakni Rodrigo Ely (18 tahun) dan Davide Calabria (18 tahun). Kedua pemain ini bermain impresif dan tidak banyak melakukan kesalahan. Formasi baru ini mentransformasi lini pertahanan AC Milan menjadi lebih solid karena tiga gelandang di depan lini pertahanan sangat membantu kinerja lini belakang sehingga Inter tidak mampu mencetak gol.
Dua pemain baru di lini depan AC Milan untuk musim mendatang, Carlos Bacca dan Luiz Adriano juga bermain sempurna pada debut mereka. Bahkan, dengan masuknya dua pemain ini AC Milan menyusahkan Inter, sehingga bisa mendapatkan gol, meski gol itu diciptakan Philippe Mexes yang notabene adalah centre-back.
Keputusan Mihajlovic mempertahankan para pemain senior dari musim lalu juga pantas diapresiasi karena para pemain senior ini bermain agresif dengan determinasi tinggi. Semangat itu juga menular ke para pemain baru dan muda dalam skuat. Mengingat AC Milan dalam tahap perombakan skuat, beredarnya para pemain Senior akan sangat membantu kerja Mihajlovic sebagai pelatih baru.
Melihat materi pemain, tentu saja di atas kertas Real Madrid lebih berpeluang untuk melanjutkan tren kemenangan, namun mempertimbangkan organisasi pertahanan AC Milan yang rapi serta determinasi para pemain seniornya, belum tentu Real Madrid bisa menang lagi. AC Milan berpotensi menciptakan kejutan, meski itu tak selalu berarti menang.
Baca juga:
Nilai Nol buat Florentino Perez yang Membuang Casillas!