Bola.com, Surabaya - Stadion Gelora 10 November, Surabaya, merupakan salah satu stadion bersejarah di Indonesia. Tak terhitung event nasional maupun internasional pernah digelar di bekas markas Persebaya Surabaya ini.
Namun beberapa tahun terakhir, stadion ini tak difungsikan secara optimal. Sejak direnovasi tiga tahun lalu, stadion yang terletak di jalan Tambaksari Surabaya itu tidak lagi digunakan untuk menggelar pertandingan sepak bola profesional.
Ribuan suporter yang biasanya memadati depan stadion setiap kali ada pertandingan sepak bola kini tak tampak lagi. Ini terjadi karena Pemerintah Kota Surabaya mengalihkan semua pertandingan profesional ke Stadion Gelora Bung Tomo yang terletak di kawasan Benowo, Surabaya.
Akibatnya, hampir setiap hari stadion ini tampak lengang, karena selain hanya digunakan untuk sepak bola amatir yang bersifat pembinaan, Stadion Gelora 10 November, Surabaya, hanya disewakan untuk kegiatan kerohanian, konser musik, dan kegiatan instansi pemerintahan.
Kepala Sub Bagian (Kasubag) TU Dinas Pemuda dan Olahraga Surabaya, Yekti Widodo, menyebutkan sejak tidak difungsikan untuk pertandingan sepak bola profesional, pengunaan stadion ini relatif sepi. Pasalnya, dalam tiga tahun terakhir, setiap hari maksimal hanya ada empat penyewa.
"Empat jam di pagi hari, empat jam sore hari," katanya.
Tak sedikit yang menyayangkan kebijakan Pemkot Surabaya yang tidak memperbolehkan Stadion Gelora 10 November dipakai untuk menggelar laga sepak bola profesional, khususnya Persebaya. Sebab, dibanding Stadion Gelora Bung Tomo, yang letaknya di ujung barat Kota Surabaya, Stadion Gelora 10 November jauh lebih strategis.
Kemudahan akses menuju stadion yang terletak di pusat kota Surabaya itu sangat mudah dijangkau oleh masyarakat Surabaya yang berkantong pas-pasan. Berbeda dengan GBT yang relatif jauh dan terpencil.
Bisa dibuktikan, pertandingan yang digelar di GBT pun jauh lebih sedikit penontonnya ketimbang saat Persebaya ISL memakai Stadion Gelora 10 November, Surabaya, sebagai markas mereka kala masih di Divisi Utama pada 2010.
Saat itu, penonton Persebaya menembus angka 17.000 penonton. "Sayang, pada musim berikutnya Pemkot memugar stadion ini. Persebaya harus pindah ke GBT sampai sekarang," ujar Rahmad Sumanjaya, Sekretaris tim Persebaya.
Konon, stadion yang baru setahun lalu selesai direnovasi itu tidak boleh digunakan karena Wali Kota Surabaya kala yang baru saja demisioner, Tri Risma Harini, khawatir akan terjadi gesekan horizontal.
Ini menyusul konflik antara pendukung Persebaya ISL dengan Persebaya 1927 yang sama-sama merasa berhak menggunakan stadion tersebut. Lebih-lebih beberapa tahun terakhir Wali Kota Surabaya menerima ancaman dari suporter pendukung Persebaya 1927.
Seperti yang disuarakan mereka di beberapa kali aksi demonstrasi yang digelar di pusat Kota Surabaya, mereka meminta agar wali kota tak mengizinkan Persebaya ISL tampil di Stadion Gelora 10 November.
Jika tak digubris, mereka tak menjamin keamanan di Surabaya. Jika melihat perseteruan antara Persebaya 1927 dengan Persebaya ISL, serta kedua pendukungnya yang kunjung mereda, tampaknya kerinduan masyarakat Surabaya untuk menyaksikan pertandingan sepak bola kelas atas bakal sulit terwujud.
Namun, ada pengecualian jika ada kebijakan berani yang diambil oleh orang nomor satu di Surabaya. Tapi, langkah itu tetap riskan jika tidak dibarengi kesadaran suporter dari kedua kubu. Karena itu, bersatulah Bonek Mania demi sepak bola Surabaya tercinta!
Baca Juga:
Enam Pemain Izin Mengikuti Ujian, Stok Pemain Persebaya Menipis
PSM Ingin Persebaya Masuk Grup Makassar Piala Presiden 2015
Seriusi Piala Indonesia Satu, Menu Latihan Persebaya Makin Berat