Bola.com, Makassar - Sejak berkarier sebagai pelatih pada 1994, Assegaf Razak lebih banyak menghabiskan kariernya sebagai asisten pelatih sejumlah klub ISL seperti PSM Makassar, Pelita Jaya, Arema Indonesia, dan Persela Lamongan.
Eks striker PSM ini pernah bekerjasama dengan deretan pelatih beken macam M.Basri, Syamsuddin Umar, Danurwindo, Miroslav Janu, Henk Wullems, Alfred Riedl, dan Hans Peter Schaller.
Assegaf sempat jadi pelatih kepala sementara PSM saat berjuang melepaskan diri dari zona degradasi di ISL 2014. Kini, diri ajang Piala Presiden 2015, manajemen Juku Eja memercayakan pelatih berusia 52 tahun menangani Syamsul Chaeruddin dkk. Target pun tidak main-main, PSM wajib juara untuk kado ultah ke-100 yang jatuh pada 2 November mendatang.
Mampukah Assegaf merealisasikan target itu? Apa saja yang akan ia lakukan bersama PSM? Berikut penuturan Assegaf kepada Bola.com :
Dibanding tim lain, PSM termasuk paling cepat menggelar latihan. Anda yakin dengan cara ini PSM bisa juara di Piala Presiden?
Kalau dalam kondisi normal, seharusnya PSM tetap punya peluang juara. Tapi, kekuatan tim tidak semata diukur dari lama latihan. Banyak faktor lain seperti efektivitas latihan, materi pemain, kondisi tim, dan tentu saja keberuntungan.
Maksudnya?
Soal latihan misalnya, sampai latihan terakhir Jumat (7/7), pemain PSM belum komplet. Saya juga harus bekerja keras memadukan pemain senior dan junior yang komposisinya 60-40 persen. Setelah padu baru masuk ke penguasaan taktik dan strategi kemudian tahap uji coba.
Ini yang saya maksud dengan efektivitas latihan. Kalau dari sisi ini, saya tidak melihat PSM banyak dapat kelebihan meski lebih dulu menggelar latihan. Ambil contoh seperti Arema Cronus, meski timnya banyak libur, karena materi pemain mereka sudah senior dan 'jadi', mereka bisa juara di Banyuwangi meski tidak sampai sepekan berlatih bersama.
Kalau begitu, Anda terkesan tidak yakin dengan materi yang ada skrg?
Bukan begitu maksudnya. Saya ini adalah pribadi yang selalu optimistis. Kalau pesimistis tidak mungkin saya mau menangani PSM sebagai pelatih kepala. Saya pun tidak terbebani dengan target juara Piala Presiden yang diusung manajemen dan diimpikan oleh suporter.
Justru saya termotivasi untuk memberikan yang terbaik buat PSM. Semangat ini pula yang berusaha saya tularkan ke pemain. Karena secara teknis, level permainan PSM tidak beda jauh dengan klub favorit juara lainnya di Piala Presiden. Apalagi, mayoritas pemain PSM adalah pemain asli Makassar. Situasi ini mempermudah saya untuk mengembalikan karakter permainan PSM yakni cepat dan keras tapi tidak kasar.
Anda punya misi pribadi di Piala Presiden. Setidaknya ingin membuktikan diri pantas jadi pelatih kepala di PSM?
Ha.ha.ha..Soal ambisi jadi pelatih kepala permanen tidak mungkinlah karena saya masih terkendala lisensi. Sampai saat ini, saya hanya memegang sertifikasi lisensi A nasional yang belum bisa memegang tim ISL. Saya tentu punya misi pribadi di Piala Presiden. Sebagai putra asli Makassar, saya ingin mengembalikan pamor PSM sebagai klub tertua dan punya tradisi juara di Indonesia.
Ada yang lain?
Sebagai pelaku sepak bola, selain membawa PSM juara, saya berharap Piala Presiden berjalan sukses dan lancar. Hanya dengan cara itu, kepercayaan diri pemain dan manajemen klub bisa pulih pasca penghentian kompetisi. Dengan penyelenggaraan yang lancar, saya berharap sepak bola Indonesia kembali damai dan kompetisi ISL bisa bergulir.
Baca juga :
Jelang Piala Presiden 2015, PSM Masih Rawan di Lini Belakang
PSM Berburu Playmaker Andal demi Target Juara PIS
Turun di Piala Indonesia Satu, Gaji Pemain PSM Alami Penyesuaian