Bola.com, Jakarta - Tunggal putri Indonesia, Linda Wenifanetri, memang tengah naik daun. Nama Linda melejit di kalangan pecinta bulutangkis Tanah Air berkat prestasinya di Kejuaraan Dunia BWF 2015, yang berlangsung di Istora Senayan, Jakarta, 10-16 Agustus lalu.
Ya, Linda, yang berstatus non-unggulan, secara mengejutkan mampu menjejak semifinal. Menuju ke fase empat besar tersebut, Linda mengalahkan Juara Dunia 2013, Ratchanok Intanon, di babak ketiga, dengan skor 24-26, 21-10, dan 5-8 retired, dan kampiun BWF Super Series Finals 2014, Tai Tzu Ying, 14-21, 22-20, dan 21-12, di perempat final.
Meski akhirnya kalah dari unggulan kedua dari India, Saina Nehwal, di semifinal dengan skor 17-21, 17-21, Linda tetap berhasil mencatat sejarah baru bagi Indonesia. Dia menjadi tunggal putri Merah Putih pertama yang kembali meraih medali dari Kejuaraan Dunia BWF.
Sejarah mencatat, Indonesia terakhir kali mendapat medali Kejuaraan Dunia BWF pada 1995 silam, atas nama Susi Susanti. Kala itu, Susi meraih keping perunggu. Dua level lebih rendah dari pencapaian terbaiknya di 1993.
Dalam sebuah acara diskusi bulutangkis yang diadakan di Jakarta, Linda pun menceritakan awal mulanya ia mulai menekuni olah raga tepok bulu hingga akhirnya mampu meraih prestasi membanggakan di Kejuaraan Dunia BWF 2015.
Berikut petikan wawancara Linda Wenifanetri dengan sejumlah media, termasuk Bola.com.
Bagaimana awalnya sampai kamu masuk menekuni dunia bulutangkis?
Sebenarnya saya dulu tidak begitu menyukai bulutangkis. Sebelum akhirnya pegang raket, saya malah berlatih balet. Yang hobi bulutangkis waktu itu ayah saya. Lalu, karena sering melihat beliau main bulutangkis, saya jadi mengikuti.
Lalu, bagaimana akhirnya kamu bisa dipanggil ke pelatnas?
Semuanya dimulai dengan latihan keras. Setelah itu, ada proses pembinaan dan seleksi. Waktu itu, untuk bisa masuk ke pelatnas, saya harus memiliki poin cukup dengan mengikuti berbagai turnamen sirkuit nasional.
Saat itu, dalam pikiran saya, bagaimana pun caranya, saya harus bisa menang 10 kali. Setelah memenuhi target itu, saya akhirnya menempati peringkat pertama sirnas. Lalu, pada 2008 saya dipanggil PBSI dan sampai sekarang saya ada di pelatnas.
Linda, kamu akhirnya berhasil bangkit di perempat final dan kemudian meraih medali perunggu di Kejuaraan Dunia 2015. Apa yang menyemangati kamu hingga bisa sampai ke tahap itu? Apakah hasil perempat final yang kamu dapat di Indonesia Terbuka 2015, dua bulan lalu, turut memberi andil?
Setelah Indonesia Terbuka 2015, kepercayaan diri saya memang bertambah. Saya juga lebih sering berlatih. Peran pelatih sangat penting bagi saya. Kini, saya merasa enjoy tiap kali bermain. Selain itu, para pemain junior memberi saya banyak masukkan positif juga. Saya rasa, inilah kunci saya bisa tampil baik di kejuaraan dunia tahun ini.
Siapa atlet idola kamu?
Saya mengidolakan Susi Susanti. Dia pemain putri yang sangat hebat, jadi pantas untuk diidolakan.
Setelah sukses meraih kembali medali bagi tunggal putri Indonesia di kejuaraan dunia, apa target kamu di Olimpiade 2016?
Saya termotivasi untuk menang di setiap pertandingan. Target pribadi saya, meraih medali emas olimpiade. Amin.
Baca juga:
CEO Inter Milan Bicara Soal Bulutangkis Indonesia di Olimpiade