Bola.com, Jakarta - Ganda putri andalan Indonesia, Greysia Polii/ Nitya Krishinda Maheswari, gagal menggenapi gelar China Taipei Terbuka yang dimenangi pada Juli dengan gelar Kejuaraan Dunia BWF 2015. Greysia/ Nitya harus puas menjadi semifinalis setelah takluk dari ganda putri Tiongkok, Tian Qing/ Zhao Yunlei, yang akhirnya menjadi juara.
Berikut ulasan perjalanan Greysia/ Nitya di Kejuaraan Dunia BWF 2015 dari sudut pandang statistik.
Baik Dalam Bertahan
Greysia/ Nitya punya catatan statistik cukup baik di Kejuaraan Dunia BWF 2015. Dari total 336 pukulan smash yang dihadapi Greysia/ Nitya, 304 di antaranya berhasil dikembalikan dengan baik. Persentase kesuksesan Greysia/ Nitya dalam mengembalikan smash lawan mencapai 90 %.
Angka tersebut lebih baik daripada Owi/ Butet (80 %), Praveen/ Debby (77 %), bahkan Ahsan/ Hendra (80 %). Namun, kurang apiknya statistik di parameter lain membuat pertahanan kokoh Greysia/ Nitya seolah sia-sia.
Banyak Smash, Minim Efektivitas
Turun sebagai unggulan ketujuh, Greysia/ Nitya mulai bertanding dari babak 32 besar menghadapi pasangan Malaysia, Lim Yin Loo/ Meng Yean Lee. Dalam pertandingan tersebut, Greysia/ Nitya butuh tiga gim sebelum menang 17-21, 21-13, dan 21-11. Selama pertandingan yang berlangsung lebih dari satu jam tersebut, Greysia/ Nitya melepaskan 124 pukulan smash. Dari angka tersebut, hanya 7 poin yang berhasil diraih. Berarti persentase sukses smash Greysia/ Nitya hanya 6 %.
Sadar rendahnya efektivitas pukulan smash mereka, Greysia/ Nitya mulai bermain lebih sabar di dua pertandingan babak 16 besar dan perempat final. Menghadapi Shizuka Matsuo/ Mami Naito di 16 besar, total smash Greysia/ Nitya menurun menjadi 85. Di babak ini, Greysia/ Nitya kembali harus bertarung tiga gim. Namun, efektivitas smash Greysia/ Nitya naik ke angka 15 %, yang berarti 13 dari total 85 pukulan smash mereka berhasil dikonversi menjadi poin.
Di babak perempat final, menghadapi ganda putri Malaysia, Amelia Anscelly/ Soong Fie Cho, Greysia/ Nitya kembali mampu mengatasi tekanan dan bermain taktis. Menang dua gim langsung, Greysia/ Nitya melepaskan 76 smash yang 19 di antaranya berbuah poin. Itu berarti, efektivitas smash mereka meningkat ke angka 25%.
Meladeni Tian Qing/ Zhao Yunlei di babak semifinal, Greysia/ Nitya tampak tampil di bawah kendali pasangan berpengalaman asal Tiongkok tersebut. Dari 89 pukulan smash, Greysia/ Nitya hanya berhasil memenangi 9 poin, yang artinya efektivitas smash mereka kembali turun ke angka 10%. Greysia/ Nitya akhirnya takluk 8-21, 16-21.
Jika ditotal, pasangan yang meraih medali emas di Asian Games 2014 ini melepaskan total 374 pukulan smash, yang hanya 48 di antaranya menghasilkan poin. Dari angka tersebut, didapat persentase kesuksesan smash hanya 13%.
Kerap Melakukan Unforced Error Di Bawah Tekanan
Dari empat pertandingan yang dimainkan di Kejuaraan Dunia BWF 2015, praktis hanya di pertandingan ketiga atau babak perempat final, Greysia-Nitya mampu bermain lepas. Di dua pertandingan pertama yang masing-masing berdurasi lebih dari 1 jam dan berlangsung selama tiga gim, Nitya/ Greysia banyak melakukan unforced error.
Di pertandingan pertama, ada 34 poin yang dihadiahkan Nitya/ Greysia kepada Lim/ Meng. Jika diperinci, Nitya/ Greysia melakukan 2 kali kesalahan dalam melakukan serve, 18 pukulan yang gagal melewati net, dan 14 kembalian yang keluar garis lapangan.
Di laga kedua, unforced error Nitya/ Greysia turun menjadi 24 (1 error serve, 10 net, 13 out). Angka tersebut mengalami penurunan signifikan di pertandingan ketiga. Mereka hanya melakukan 7 kesalahan elementer. Kemudian, di babak semifinal, angka tersebut kembali naik menjadi 17 sebelum akhirnya mereka takluk.
Nitya/ Greysia perlu mengatasi demam panggung di awal laga. Dari total 82 unforced error yang dilakukan keduanya, 38 (46%) di antaranya terjadi di gim pertama. Paling banyak, unforced error yang dilakukan Greysia/ Nitya muncul di gim pertama pertandingan pertama. Ada 14 unforced error yang dilakukan pasangan yang ditandemkan sejak 2013 ini.
Baca Juga:
Analisis Kemenangan Ahsan / Hendra dari Sisi Statistik
Wawancara Linda Wenifanetri: Balet dan Misi di Olimpiade 2016