Bola.com, Jakarta - Nama Ilham Udin Armaiyn mencuat saat membela Timnas U-19 era Indra Sjafri. Maklum, aksi pemain asal Lelei, Halmahera Selatan ini, membuat banyak pengamat berdecak kagum. Selain memiliki kecepatan di atas rata-rata, Ilham juga mempunyai kemampuan individu menawan. Tak heran, selama Piala AFF maupun Piala AFC U-19, posisi Ilham seolah tak tergantikan.
Namun, di SEA Games Singapura 2015 lalu jarang mendapat kesempatan. Akibatnya, tidak ada tim pemandu bakat dari klub luar negeri yang melirik sang pemain. Bahkan hanya untuk memberikan kesempatan trial sekali pun.
Ilham mengungkapkan isi hatinya dalam sebuah sesi wawancara dengan Bola.com.
Sebetulnya apa yang terjadi pada Anda usai memenangi Piala AFF U-19?
Secara pribadi tidak ada apa-apa. Semua berjalan normal dan baik-baik saja. Saya tetap berlatih keras untuk menjaga performa.
Apa yang membedakan Timnas U-19 di Piala AFF dengan Timnas U-23?
Di Timnas U-19 kami seperti keluarga, karena tim itu dibangun mulai dari nol. Berkumpul cukup lama, melewati suka duka bersama. Ada chemistry yang kuat antar pemain. Sudah saling mengerti keinginan masing-masing pemain. Di Timnas U-23 hal itu belum terbentuk.
Apakah itu membuat Anda kalah bersaing dengan pemain lain?
Saya rasa tidak, di Timnas U-23 saya tidak mendapat kesempatan sama sekali. Pelatih tidak memberikan kepercayaan pada saya untuk main sebagai starter. Padahal saya menunggu momentum itu.
Tanggapan Anda soal tidak adanya tawaran trial atau main dari klub luar negeri?
Nah, itu masalahnya. Padahal, saya berharap bisa main penuh di SEA Games meski sekali. Tapi, faktanya saya tidak mendapatkannya. Pelatih lebih percaya pada Wawan Febrianto dan Paulo Sitanggang.
Adakah tawaran dari klub Tanah Air kala itu?
Kalau usai SEA Games tidak ada, karena status saya pemain Persebaya, klub lain tahu itu. Tapi, saat libur setelah kompetisi dihentikan, banyak. Ada tiga klub yang menghubungi saya untuk gabung.
Klub apa saja?
Barito Putera, Pelita Bandung Raya, dan Semen Padang. Mereka menghubungi saya langsung dan mengajak saya gabung. Tapi saya tolak karena saya masih terikat kontrak dengan Persebaya sampai semusim ke depan.
Di PersebayaAnda juga berpotensi untuk menjadi cadangan lagi karena ada Siswanto, menurut Anda?
Tidak masalah, kami bersaing sehat. Saya yakin, pelatih akan memberi saya kesempatan lebih banyak. Terbukti, di kompetisi lalu saya main meski dari bangku cadangan. Tidak menutup kemungkinan kalau saya tampil lebih bagus, saya bisa jadi starter.
Lantas apa pendapat Anda tentang kondisi sepak bola Indonesia saat ini?
Sangat buruk, tidak baik untuk perkembangan sepak bola Indonesia. Kalau pun bersifat sementara, perseteruan antara Menpora dan PSSI ini sudah terlalu lama. Saya tidak melihat siapa yang salah dan benar, tapi kondisi ini sangat merugikan banyak orang.
Apa dampak paling terasa dari masalah ini?
Karier kami terhenti. Saya dan pemain lain hanya ingin main bola, dapat penghasilan untuk memenuhi kebutuhan dan tabungan masa depan. Saya hanya bisa main bola, kalau bola mandek seperti sekarang, saya tidak bisa berbuat apa-apa.
Harapan Anda pada sepak bola Indonesia?
Konflik ini dihentikan, dan sepak bola Indonesia ditata bersama-sama. Menpora dan PSSI bergandengan untuk memajukan sepak bola Indonesia. Tidak ada lagi konflik-konflik seperti ini ke depan. Kita bisa terus bermain bola, begitu pula generasi berikutnya.
Baca juga :
Wawancara Jacksen F. Tiago Usai Sukses Promosikan Penang FA (1)
Wawancara Dejan Antonic: Saya Kembali Diminta Langsung Bos PBR
Wawancara Zulfiandi: "Hati Bonek Sama meski Cara Pandang Beda"