"Sepak Bola Sangat Kuat, Bisa Jadi Solusi atas Isu-isu Sosial"

oleh Muhammad Ridwan diperbarui 27 Agu 2015, 15:35 WIB
CERITA - Pelatih CAC Brian berbagi cerita tentang kampanye sepak bolanya di beberapa negara. (Bola.com/Arief Bagus)

Bola.com, Jakarta - Sepak bola ternyata bukanlah sekadar permainan 11 melawan 11. Tetapi, olahraga tersebut bisa juga membantu memberikan jalan keluar atas sejumlah isu sosial, termasuk komunikasi dan lingkungan hidup. Olahraga, terutama sepak bola, juga diyakini sangat kuat sebagai sarana perubahan sosial.

Hal itulah yang dikatakan Chief Executive Strategist at Coaches Across Continents (CAC), Brian Suskiewicz. CAC adalah badan dunia yang bekerja sama dengan FIFA untuk mengembangkan sepak bola sosial di seluruh penjuru dunia.

Advertisement

Brian menyatakan sengaja berkampanye untuk masalah-masalah sosial lewat sepak bola. Sebab menurutnya, sepak bola dapat diterima oleh setiap orang di muka dunia ini. Dalam sepak bola, terdapat banyak nilai yang bisa jadi awal pembentukan karakter seseorang, terutama bila mulai dikenalkan sejak dini.

Itulah mengapa CAC menerima tawaran Uni Papua, komunitas yang menggunakan sepak bola untuk kegiatan sosial di Indonesia, fokus menangani anak-anak usia remaja dan belasan tahun dengan latar belakang sosial beragam. Ada yang berasal dari lingkungan keluarga tak harmonis, ketakutan akibat perang berkepanjangan, diskriminasi gender, hingga isu kesehatan seperti virus HIV, rokok, minuman keras, dan obat-obatan terlarang.

"Salah satu pengalaman yang tak bisa saya lupakan adalah ketika mendatangi Tanzania Barat. Sebelum saya datang ke sana, anak-anak perempuan tidak boleh bermain sepak bola sama sekali," kata Brian, saat berbincang dengan Bola.com di gedung SCTV Tower lantai 20, Jakarta, Kamis (27/8/2015).

"Kami terus berusaha di sana agar anak-anak perempuan dapat bermain sepak bola. Enam tahun kemudian, akhirnya anak-anak perempuan dibolehkan bermain sepak bola oleh orangtua, sekolah, dan lingkungan di mana mereka tinggal," kenangnya.

Brian sudah mengunjungi 26 negara untuk mengampanyekan peran sepak bola untuk perubahan sosial. Indonesia, khususnya Papua, dikunjunginya pada 2012. Setahun kemudian dia digandeng UNI Papua untuk lebih fokus berbagi pengalamannya selama ini ke komunitas-komunitas UNI Papua di Biak, Sentani, Jayapura, dan beberapa daerah lain.

"Kami menggunakan metode dan pendekatan berbeda dalam bermain sepak bola. Jadi, tidak seperti sepak bola "normal". Bila di sepak bola "normal', pemain menjalankan instruksi pelatih, di sini para pelatih justru memberikan kesempatan seluasnya bagi peserta didik untuk mencari dan mengembangkan solusi atas contoh kasus yang kami berikan. Mereka yang proaktif. Bola bisa merepresentasikan sesuatu. Dari situ kami berharap nilai-nilai di ambil di lapangan, bisa dibawa ke dalam kehidupan sehari-hari," beber Brian.

Lebih lanjut, CAC juga memiliki kurikulum khusus untuk pengembangan sepak bola sebagai sarana mengampanyekan pesan sosial dan membawa perubahan sosial.

"Kami menggunakan semacam role model untuk isu-isu sosial tertentu. Semisal untuk mengampanyekan hidup sehat, CAC mengambil Cristiano Ronaldo sebagai model. Kemudian ada Emmanuel Adebayor, yang jadi role model untuk kampanye anti HIV yang kami galakkan melalui sepak bola," ungkap Brian, yang berkecimpung di sepak bola sosial sejak 2008.

Sepak bola dan peranannya untuk perubahan sosial inilah yang akan dibahas lebih lanjut oleh Brian, bersama tiga pembicara lain dalam sebuah seminar yang digelar UNI Papua dan berlangsung di Prisma Sport Club Kedoya, Jakarta Barat, 28-29 Agustus 2015.

 

Baca Juga:

UNI Papua : Wajah Lain Sepak Bola Indonesia

UNI Papua : ketika Sepak Bola Tak Hanya Soal Menang Kalah

Wawancara Bola.com Dengan CEO Uni Papua Football Community