Bola.com, Jakarta - Empat figur pelatih klub-klub kontestan Grup D Piala Presiden 2015 punya gaya berbeda satu sama lain. Siapa di antara Assegaf Razak, Iwan Setiawan, Dejan Antonic, dan Liestiadi yang bisa sukses mengamankan langkah klubnya ke babak perempat final? Bola.com mencoba menyajikan profil mereka, silahkan disimak.
1. Assegaf Razak (PSM Makassar)
Terpilihnya Assegaf Razak sebagai pelatih PSM Makassar di Piala Presiden 2015 menjadi sebuah kejutan. Sebelumnya santer beredar isu di publik, manajemen Tim Juku Eja berniat mendatangkan nakhoda asal Brasil, Luciano Leandro.
Keputusan manajemen didasari fakta PSM hanya punya waktu persiapan kurang dari sebulan. Assegaf dianggap figur pas, karena ia mengenal betul karakter mayoritas pemain PSM saat ini.
Sebelumnya pelatih yang juga legenda hidup Tim Ayam Jantan dari Timur tersebut berstatus asisten Hans Peter Schaller. Sang mentor asing asal Austria memilih mengundurkan diri dari PSM seiring terhentinya kompetisi ISL 2015. Beberapa musim terakhir Assegaf mengisi pos asisten pelatih PSM.
Ia sempat jadi caretaker menggantikan Rudy Keltjes di ISL 2014. Rapor Assegaf bagus. Ia menyelamatkan PSM dari degradasi setelah Syamsul Chaeruddin dkk. terpuruk di jajaran papan bawah di paruh pertama kompetisi kasta elite.
Assegaf tipikal pelatih muda visioner. Ia berani merombak pakem permainan PSM yang terbiasa bermain 4-4-2 ke 4-3-3. Ia ingin Tim Juku Eja yang selama ini dikenal sebagai tim pengusung permainan keras, yang cenderung lebih suka bertahan, menjadi tim agresif dengan sisi ofensif kuat.
Perubahan ini belum berjalan mulus. PSM terlihat belum menemukan bentuk permainan terbaik di sejumlah laga uji coba menjelang Piala Presiden. Namun, bukan Assegaf namanya jika melembek. Ia tetap yakin konsep yang diusungnya akan menghadirkan prestasi buat PSM yang tahun ini merayakan HUT ke-100.
2. Iwan Setiawan (Pusamania Borneo FC)
Kembali bergabungnya Iwan Setiawan ke Pusamania Borneo FC memicu kontroversi. Pasalnya, sang mentor sempat didepak manajemen klub di pengujung 2014.
Padahal, Iwan yang sukses mengantar PBFC promosi ke ISL digantikan Arcan Iurie. Pelatih asal Aceh itu sempat kecewa karena terpinggirkan, namun memilih melupakan kejadian tak mengenakkan itu dengan sejumlah pertimbangan.
Salah satu alasan ia mau comeback ke Tim Pesut Etam karena merasa tugasnya di klub tersebut belum tuntas. Ia membangun tim ini dari nol sebelum kemudian mentas ke kompetisi level tertinggi.
Iwan memendam hasrat bisa membawa PBFC ke jajaran elite. Di level klub Iwan belum pernah berjaya. Ia bahkan pernah mengalami pengalaman tak mengenakkan terpinggirkan dari Persija Jakarta saat ISL 2013 tengah berjalan.
Rasa penasaran menghasilkan prestasi membuatnya selalu tertantang. Pemilik Borneo FC, Nabil Husein, juga menilai Iwan sosok yang paling pas memimpin klubnya. Banyak pemain PBFC saat ini pernah diasuh Iwan, baik di level junior atau senior.
Iwan terhitung pelatih matang pengalaman. Dengan bekal lisensi KNVB Belanda ia sempat didapuk sebagai pelatih Timnas Indonesia U-17 pada 2005. Pesepak bola top yang jadi andalan macam Ramdani Lestaluhu, Oktovianus Maniani, Syamsir Alam, merupakan didikan Iwan.
Iwan yang memuja permainan ofensif ala Belanda diyakini akan menyulap gaya bermain PBFC menjadi tim agresif. Hanya ia punya kekurangan, yaitu kerap bersitegang dengan pemain senior di tim-tim yang dipegangnya.
Di PBFC ada beberapa pemain matang pengalaman macam Hamka Hamzah, M. Roby, Ponaryo Astaman, yang punya pengaruh besar ke rekan-rekannya di ruang ganti. Iwan bisa sukses bersama PBFC jika bisa menaklukkan mereka.
3. Dejan Antonic (Persipasi Bandung Raya)
Dejan Antonic jadi perhatian setelah mengantar Persipasi Bandung Raya (masih menggunakan nama Pelita Bandung Raya) lolos ke semifinal ISL 2014.
PBR bukan tim yang diprediksi bakal berprestasi, karena hanya dihuni banyak pemain kelas semenjana. Apalagi klub tersebut tidak memiliki basis pendukung kuat layaknya tim-tim lain yang mentas di ISL. Plus lagi pendanaan PBR hancur-hancuran musim lalu.
Namun, di sini hebatnya pelatih asal Serbia tersebut. Ia mampu mendongkrak semangat pasukannya untuk mengeluarkan kemampuan terbaik saat berlaga di lapangan.
Di tangan Dejan, performa Bambang Pamungkas yang sempat meredup kembali kinclong. Demikian pula dengan Kim Jeffrey, yang belakangan mulai kembali dipanggil Timnas Indonesia.
Dejan bukan pelatih kemarin sore. Ia sempat menjadi pelatih Timnas Hong Kong pada 2008-2009. Pada musim 2013 ia mengantar Arema IPL menembus perempat final Piala AFC dalam kondisi klub banjir konflik. Kala itu prestasi yang diraih Arema jadi pencapaian tertinggi klub Indonesia.
Dejan yang awalnya enggan kembali ke Indonesia karena kecewa dengan manajemen PBR yang tak juga membereskan tunggakan gaji ke pemainnya, kini bersiap menatap Piala Presiden dengan kepercayaan tinggi. Ia tidak perlu melakukan adaptasi karena sebagian besar pemain PBR yang tersisa saat ini rekrutannya di awal musim 2015.
4. Liestiadi (Gresik United)
Nama Liestiadi mulai dikenal setelah menjadi pendamping Robert Rene Albert di Arema pada ISL musim 2009-2010. Tim Singo Edan jadi juara kompetisi saat itu.
Sebelumnya ia mengawali karier profesional dengan menukangi PSMS Medan pada 2009. Sayang, prestasi klub jeblok dan akhirnya terdegradasi. Namun, karier pelatih kelahiran Medan, 14 Oktober 1968 itu tak lantas terkubur.
Bekal lisensi A AFC dan kemampuan berbahasa Inggris yang fasih membuat dirinya tetap berkibar. Setelah sukses ke Arema ia ikut mendampingi Robert Rene Albert menukangi PSM Makassar pada musim 2010-2011.
Liestiadi naik kelas menjadi asisten pelatih Timnas Indonesia pada 2011, mendampingi nakhoda asal Belanda, Wim Rijsbergen. Sayang kiprahnya di Tim Merah-Putih pendek. Performa buruk Tim Garuda di Kualifikasi Piala Dunia 2014 membuatnya ikut menepi bareng Wim.
Karier Liestiadi kembali menapak naik saat membesut Persiba Balikpapan pada 2014 dan kini singgah ke Gresik United. Pelatih yang dikenal amat text book ini memilik tantangan tersendiri di GU. Menghadapi Piala Presiden 2015, GU hanya punya waktu persiapan dua pekan.
Gresik United di ajang turnamen banyak diperkuat pemain muda minim jam terbang. Tentu mereka butuh injeksi motivasi dari sang pelatih agar bisa mengatasi laga-laga sarat tekanan di penyisihan Grup D.
Baca Juga: