Bola.com, Bandung - Persaingan jadi juara di Piala Presiden 2015 memang keras. Meski hanya bertajuk turnamen, iming-iming hadiah yang besar serta gengsi jadi yang terbaik membuat kontestan berusaha menampilkan performa maksimal dalam setiap pertandingan.
Namun, sengitnya aroma persaingan di lapangan hijau tidak merembet hingga ke luar lapangan. Sebagai pelaku sepak bola profesional, pemain, tim pelatih maupun ofisial tim bisa menjaga relasi harmonis di antara sesamanya. Begitu peluit akhir tanda pertandingan selesai dibunyikan, mereka yang selama pertandingan adalah lawan, kembali jadi kawan.
Di Grup A, relasi semacam itu tergambar jelas. Apalagi, panpel Piala Presiden di Bandung menempatkan seluruh kontestan Grup A ke dalam hotel yang sama, Hotel Golden Flower, di Jalan Asia Afrika, Bandung. Meski menempati kamar di lantai yang berlainan, tetap saja kesempatan bertemu satu dengan yang lain sangat terbuka.
Bukannya saling menghindar, yang terjadi, seluruh pelaku sepak bola itu justru merasakan keakraban satu dengan yang lain. Maklum, sebagai pemain yang sudah berkiprah sekian lama di sepak bola Tanah Air, mereka sudah saling mengenal. Keakraban dan suasana jauh dari persaingan itu seperti terlihat kala jam makan tiba.
Bertempat di ruang makan hotel, para pemain, pelatih, ofisial tim Grup A melebur. Pemandangan pemain klub Persebaya United duduk dan makan bareng pemain Martapura FC, misalnya, jadi hal biasa.
Bentrokan di pertandingan perdana antara Persebaya United dengan Martapura FC seakan tak berbekas lagi saat memasuki restorasi hotel. Pemain dari kedua tim duduk satu meja, bertukar cerita dan pengalaman. Bahkan beberapa di antara mereka asyik bercanda.
"Kami harus menjunjung sportivitas. Kami boleh bermusuhan dan saling mengalahkan di lapangan, tapi setelah peluit panjang dibunyikan tanda berakhirnya pertandingan, kami tetap berkawan baik, bersahabat, dan saling menghormati," kata Jendry Pitoy, kapten Persebaya United.
"Benar, kami boleh membawa nama klub berbeda saat di lapangan, tapi tidak boleh menghilangkan persahabatan di antara kami. Bagaimana pun kami pernah bersama. Kalau pun tidak, kami sama-sama cari duit di bola," imbuh Isnan Ali, pemain senior Martapura FC.
Tak hanya di kalangan pemain, keakraban juga tampak di antara pelatih. Pelatih Persib, Djajang Nurdjaman, asisten pelatih Persebaya United Tony Ho, pelatih Martapura FC Frans Sinatra Huwae dan pelatih Persiba Balikpapan Eduard Tjong tak jarang duduk satu meja.
Layaknya para pemain yang kerap mengobrol dan bertukar cerita, di kalangan pelatih juga sama. Mereka kerap duduk satu meja untuk membicarakan pengalaman mereka atau sekadar bicara mengenai perkembangan sepak bola terkini.
"Mereka dulu juga sama seperti ini ketika masih jadi pemain. Tapi inilah sepak bola, tidak ada musuh sejati. Kami masih sering berjumpa di lain kesempatan. Bahkan satu kamar dan satu ruangan ketika menjalani kursus pelatih," kata Tony.
Baca Juga :
Feature: Cara Duo Bali United Cari Kepuasan di Luar Sesi Latihan
Feature: Patrich Wanggai, Rezeki Bintang Iklan di Piala Presiden
Libur Pertandingan Piala Presiden, Martapura Liburan ke Lembang