Pelatih SFC dan Persela Tak Khawatir Ada Main Mata

oleh Riskha Prasetya diperbarui 09 Sep 2015, 10:40 WIB
Benny Dollo vs Didik Ludianto (Bola.com/Samsul Hadi)

Bola.com, Malang - Meski dinilai belum sempurna, pelaksanaan turnamen Piala Presiden 2015 dianggap mampu menjawab kerinduan pelaku sepak bola di Tanah Air pasca pembekuan PSSI oleh Menpora. Walau sempat mendapat keluhan seperti aturan perekrutan pemain, Benny Dollo (pelatih Sriwijaya FC) dan Didik Ludiyanto (Persela Lamongan) menganggap gawean Mahaka Sports and Entertainment ini sudah cukup baik.

Selain aturan peminjaman pemain, aturan lain yang sempat menjadi perdebatan adalah aturan water break di pertandingan. Pasalnya, Persela di laga perdana sempat dianggap dirugikan mengingat gol balasan Arema Cronus tercipta di menit yang sudah melewati batas waktu tambahan.

Advertisement

"Saya memang tidak terlalu paham mengenai regulasinya. Namun saat melawan Arema, gol tercipta di menit ke-95, lebih dari satu menit dari injury time yang dikeluarkan wasit. Harus ada aturan yang lebih jelas, karena memang ada perbedaan antara waktu wasit dan televisi. Semestinya jika tidak distop, pemberitahuan mengenai waktu tambahan baru dikeluarkan pada menit ke-93," tutur Didik.

Didik juga mengharapkan agar saat menghentikan pertandingan dapat dilakukan dengan bijak. "Jangan saat tim sedang menyerang tiba-tiba dihentikan, tetap harus menunggu bola mati terlebih dulu," imbuhnya.

Di sisi lain, Benny menganggap aturan water break tetap perlu diterapkan di turnamen Piala Presiden.

"Saya pikir sudah tepat, karena hampir seluruh tim yang ikut di turnamen ini tidak punya persiapan yang cukup. Jadi di babak perempat final nanti harus terus diterapkan, cuma memang aturannya yang lebih diperbaiki dan jangan sampai merugikan tim yang sedang bermain di lapangan," ujarnya.

Baik Didik maupun Benny tidak mempermasalahkan mengenai laga ketiga di setiap grup yang dilaksanakan tidak secara bersamaan. Pasalnya, di turnamen-turnamen lain, laga terakhir yang menentukan kelolosan tim di sebuah grup biasanya digelar berbarengan untuk menghindari adanya main mata.

"Memang lebih bagus kalau tidak berbarengan, namun tidak masalah juga karena untuk Persela sebenarnya nasib berada di tangan kami sendiri dan tidak bergantung dengan tim lain. Jika ingin lolos, maka wajib menang sehingga apapun hasil di laga Arema melawan PSGC tidak akan berpengaruh lagi," jelasnya.

Keduanya berharap turnamen Piala Presiden dapat menjadi titik balik kebangkitan sepak bola nasional.

"Kalau berbicara kualitas turnamen, menurut saya seluruh tim yang ikut tidak dalam penampilan terbaik. Namun, ini lebih baik karena pelaku sepak bola butuh pertandingan untuk meneruskan hidupnya. Jadi secara umum saya menganggap pelaksanaan turnamen ini sudah tepat dan sangat baik," kata Benny.

Didik menambahkan melalui turnamen Piala Presiden ini dapat dilihat bagaimana besarnya animo masyarakat terhadap kebangkitan sepak bola nasional. "Semoga yang di atas dan pemangku kebijakan dapat melihat dan menyelesaikan konflik yang berkepanjangan ini. Dan setelah ini, jangan sampai ada kevakuman kompetisi lagi," harapnya.

Baca Juga :

Wawancara Didik Ludiyanto: "Ada Anomali di Persela"

Highlights Piala Presiden 2015: Persela vs PSG Ciamis 1-1

Penyesalan Terbesar Arif Suyono Usai Duel versus Sriwijaya FC