Bola.com, Semarang- Denny Rumba menjadi salah satu andalan Persepam Madura Utama selama tiga musim terakhir. Tak banyak yang tahu, penyerang sayap kiri dan kanan itu justru mengawali karier sebagai atlet bola basket.
Rumba lahir di Semarang, 16 Mei 1985. Ia lahir dan tumbuh di lingkungan pecinan Semarang, Kebon Dalem, yang terletak di wilayah Semarang Tengah. Seperti kebiasaan anak-anak keturunan Tionghoa di daerah itu, Rumba lebih mengenal basket ketimbang sepak bola.
“Sejak SD sudah ikut teman-teman sekitar rumah bermain basket. Awalnya hanya ikut-ikutan, tapi karena suka olah raga saya jadi serius,” kata Rumba.
Ayah dua anak itu bergabung dengan klub basket Kumala Jaya, saat duduk di bangku SMP. Ia berlatih di lapangan bernama Koiwe, Kebon Dalem. Menurut Rumba, lapangan itu masih ia kunjungi saat mudik ke Semarang. Tentu saja untuk bernostalgia.
Setelah mendalami basket, Rumba akhirnya merasa minder dengan postur tubuhnya. Untuk ukuran pemain basket, ia merasa posturnya kurang besar. Saat menjadi pebasket, Rumba mengisi posisi center. Saat itulah ia langsung berpikir pindah jalur ke sepak bola. Kebetulan, Rumba adalah salah satu penggemar PSIS Semarang.
Jadi Suporter
Sejak SD, Rumba sering menonton laga PSIS. Ada kejadian konyol saat masa kejayaan PSIS di Liga Indonesia 1998/99, Rumba sering nekat menerobos tembok stadion Jatidiri demi menonton aksi Tugiyo dkk.
“Ya, ikut-ikutan teman. Kadang seru juga kalau mengingat masa-masa itu. Saya sudah biasa manjat tembok stadion supaya tidak bayar tiket,” ucapnya sambil terkekeh.
Ibarat jodoh, Rumba dan PSIS telah ditakdirkan. Setelah berguru di SSB Tugu Muda, Rumba bergabung dengan PSIS Junior dan merasakan gelar juara Piala Soeratin 2004. Setelah itu, ia mencoba peruntungan di tim senior dan sempat merantau ke Bantul. Pada 2004, bakat Rumba tercium Badan Tim Nasional. Rumba dipanggil Timnas U-20 yang saat itu ditangani Peter White. Kariernya di timnas berlanjut hingga 2006, di Timnas U-23.
“Di timnas, saya seangkatan dengan Atep dan masih dekat sampai sekarang,” katanya.
Tinggalkan Kantor
Rumba bergabung dengan PSIS senior pada 2006-2011. Di musim 2006, ia merupakan pelapis pemain sayap lincah, Harry Salisbury. Loyalitasnya terhadap PSIS membuat pemerintah kota Semarang, yang saat itu dipimpin Sukawi Sutarip, memberikan dia pekerjaan di PDAM Kota Semarang pada 2008.
Pada 2011, Rumba membuat keputusan besar, yakni meninggalkan Semarang sekaligus mundur dari PDAM. Ia berlabuh ke PSMS Medan. Belum ada satu musim, PSMS mengalami krisis finansial, yang menyebabkan gaji pemain tersendat. Akhirnya datanglah penyesalan telah meninggalkan pekerjaan kantoran.
“Sempat sedih berlarut-larut, tapi hal itu sudah jadi risiko bila saya memutuskan tetap bermain sepak bola,” katanya.
Hanya satu musim di Medan, Rumba bergabung dengan Persepam Madura. Tepatnya saat Persepam promosi ke ISL pada musim 2012/13. Ia bertahan hingga sekarang, meski situasi sepak bola Indonesia masih belum normal.
“Beruntung Persepam tampil di Piala Kemerdekaan. Saya berharap kompetisi musim depan kembali normal supaya bisa terus bermain,” harap dia.
Baca Juga:
Prediksi PSMS vs Persepam: Final Dini Piala Kemerdekaan
Semifinalis Piala Kemerdekaan Kantongi Minimal Rp 500 Juta
Vladimir Vujovic: Sang Pengelana Bersiap Berpetualang ke Malaysia