Bola.com, Jakarta - Waktu persiapan yang amat pendek membuat klub-klub kontestan Piala Presiden 2015 terkesan buru-buru merekrut pemain asing. Bak membeli kucing dalam karung klub-klub berjudi saat mendatangkan pilar impor ke timnya masing-masing.
Bahkan ada juga pemain asing yang sebenarnya sudah lama bergabung gagal bersinar di turnamen yang diselenggarakan Mahaka tersebut.
Berikut pemain-pemain asing gagal bersinar menurut versi Bola.com:
1. Gaston Castano
Sejatinya Gaston Castano salah satu striker asing dengan rekor menterang di pentas kompetisi Indonesia. Di setiap klub yang disinggahi penyerang jangkung berusia 30 tahun itu punya rataan mencetak gol yang bagus. Di musim perdananya bersama Persipasi Bandung Raya pada musim 2013 mantan kekasih artis seksi, Julia Perez itu mengoleksi 15 gol.
Hanya prahara terjadi pada musim selanjutnya, Gaston dihantam cedera lutut parah di awal kompetisi ISL 2014. Kala itu ia sudah menyumbang tiga gol buat Tim Pasundan.
Setelah hampir enam bulan berjuang memulihkan cedera, bomber kelahiran 8 Juni 1985 tersebut kembali ke Indonesia di awal tahun ini. Ia kembali dkontrak PBR. Gaston belum unjuk produktivitas di ISL 2015, yang pada akhirnya terhenti imbas konflik PSSI vs Kemenpora.
Di ajang Piala Presiden, pelatih PBR, Dejan Antonic amat berharap Gaston jadi tulang punggung lini depan tim asuhannya sepeninggal Bambang Pamungkas. Sayangnya, di tiga pertandingan penyisihan Grup D sang striker seperti kartu mati bagi PBR.
Tak hanya gagal mencetak gol, Gaston juga jarang membuat peluang emas. Selain faktor terlalu lama menganggur karena ketiadaan kompetisi, mandulnya Gaston agaknya juga karena yang bersangkutan masih dibayangi trauma cedera lutut. Ia kurang bermain lepas di lapangan.
2. Alan Aciar
Alan Aciar, pemain asing, yang dikontrak Persija Jakarta untuk keperluan ISL 2015, masih bertahan di tim. Stopper asal Argentina tersebut diharapkan pelatih Macan Kemayoran, Rahmad Darmawan jadi tembok kokoh bagi tim asuhannya.
Nyatanya Aciar justru jadi sosok yang membawa malapetaka bagi Persija. Permainan kasarnya di laga perdana penyisihan Grup C kontra Bali United membuat bek kelahiran 26 Februari 1988 itu harus menepi karena hukuman kartu merah. Saat kembali tampil membela tim pada laga terakhir yang menentukan kontra Mitra Kukar, penampilan Aciar juga jauh di bawah harapan.
Tuntutan bermain agresif dengan lebih sering membantu serangan tak direspons maksimal. Aciar jarang jadi sosok membahayakan bagi pertahanan lawan saat Persija dihadapkan kemelut bola-bola udara ketika tim mendapat kesempatan tendangan pojok.
3. Morimakan Koita
Arema Cronus memang lolos ke perempat final Piala Presiden 2015, hanya saja keberhasilan terasa kurang maksimal. Tim Singo Edan yang jadi tuan rumah penyisihan Grup B hanya lolos dengan predikat sebagai runner-up.
Performa Kera-kera Ngalam kurang gereget disebut karena faktor kurang maksimalnya kinerja lini tengah. Morimakan Koita punya peran atas hal tersebut.
Gelandang serang asal Mali tersebut, yang didatangkan hanya beberapa hari menjelang kick-off Piala Presiden, diproyeksikan menjadi pelayan bagi Samsul Arif dan Cristian Gonzales. Pada faktanya jangankan Koita jadi sosok pengumpan ulung, ia seringkali kehilangan bola untuk hal-hal elementer.
Melihat penampilan sang pemain yang melempem, pelatih Arema, Joko Susilo, memutuskan mencadangkan Koita. Pangkal persoalan Koita yang sejatinya berstatus sebagai pemain Sriwijaya FC tersebut adalah dirinya tidak bisa berbahasa Indonesia.
Komunikasi dengan awak tim yang lain dilakukan dengan bantuan kompatriotnya, Lancine Kone. Hanya bantuan rekannya tidak cukup membantu. Koita lebih sering kikuk dan kebingungan mau berbuat apa.
4. Tassio Bako
Didik Ludiyanto mengaku amat menyesali keputusan menggaet Tassio Bako. Stopper asal Kamerun yang lebih sering menjalani karier di kompetisi kasta kedua Divisi Utama jadi cadangan abadi di Persela.
Selain kondisi fisiknya yang payah, Bako dinilai penampilannya kurang menyakinkan di sesi latihan Tim Laskar Joko Tingkir.
Padahal, selama ini tim pemandu bakat Persela dikenal paling jago mendeteksi pemain impor bagus. Gustavo Lopez, Srdan Lopicic, Fabiano Beltrame, dan terakhir Balsa Bolzovic, sederet legiun asing yang masuk jajaran elite.
5. James Koko Lomell
Persija kehilangan sosok penyerang haus gol Yevgeni Kabayev yang memilih mudik ke Rusia. Stok penyerang Tim Macan Kemayoran amat sedikit. Rahmad Darmawan hanya punya seorang Bambang Pamungkas yang diandalkan sebagai target man. Jadilah RD berjudi dengan mendatangkan striker asal Liberia, James Koko Lomell.
Lomell punya jam terbang tinggi di sepak bola nasional. Memulai karier di PSMS Medan pada 2007 dan terakhir bermain di Persiram Raja Ampat pada 2015, James diyakini bisa jadi solusi bagi Persija untuk menambah daya dobrak. Sayangnya striker berusia 29 tahun tampil di bawah ekspetasi.
James Koko Lomell bukan hanya tak produktif tapi ia jadi sosok yang terlihat kurang garang memenangi duel satu lawan satu di zona belakang lawan. Di tiga laga penyisihan Grup C, Persija jadi tim yang daya serangnya melempem.
Sang pemain berkilah kalau ia sulit mencetak gol karena Persija tidak punya gelandang serang pemasok umpan matang. Mbida Messi, gelandang asing Kamerun, tadinya diproyeksi mengisi pos itu. Sayang ia terkendala masalah administrasi KITAS.
Baca Juga:
Statistik Sriwijaya FC di Fase Grup Piala Presiden