Bola.com, Surabaya - Saat Persebaya belum terbelah, Wisma Persebaya yang terletak di Jalan Karanggayam 1, Surabaya, bisa dibilang cukup representatif bagi sebuah klub sepak bola profesional di Indonesia.
Namun, nasib saksi bisu kejayaan tim berjulukan Bajul Ijo itu kini cukup mengenaskan. Sampah berserakan di mana-mana, begitu juga daun kering yang berjatuhan kini menjadi pemandangan di setiap sudut halaman bekas mes Persebaya itu.
Belum lagi timbunan debu dan lumut yang merayap di beberapa bagian tembok gedung yang dulu putih bersih itu.
Melangkah ke dalam ruang utama gedung yang juga dinamai Wisma Eri Irianto (diambil dari nama salah satu legenda Persebaya) tersebut, tepat di depan pintu masuk yang terbuat dari kaca dengan bingkai aluminium, puluhan tekel terlepas dari lantainya.
Geser ke lorong yang menghubungkan antara ruang utama dengan Lapangan Karanggayam yang berada di belakang gedung bersejarah itu, puluhan foto mantan pemain yang menepel di dinding terlihat lusuh.
Kondisi lebih parah terlihat di toilet pemain yang terletak di lantai dua bangunan tersebut. Tak hanya debu tebal yang melapisi dinding, lantai Dan beberapa perabotan tersisa, karena lama tak terurus, air di dalam bak mandinya terlihat coklat. Bau tak sedap bekas orang buang air kecil juga sangat menyengat.
Dari seluruh ruangan yang ada di dalam gedung tersebut, hanya ruang pertemuan dan satu ruangan yang dulu menjadi sekretariat klub-klub internal Pengcab PSSI Surabaya (sekarang Askot PSSI Surabaya) yang masih tampak bersih dan terawat. Ini karena kedua ruangan itu masih sering digunakan oleh beberapa pengurus lama Persebaya.
"Sejak Persebaya 1927 bubar, gedung ini sudah tidak dirawat. Dulu kalau masih ada pengurus, mereka yang bayar. Sekarang tidak ada, karena sebulan saja butuh jutaan rupiah untuk perawatan dan bayar listrik serta air," ujar Muhammad Ali, sekuriti bekas mes Persebaya itu.
Untung, kondisi memprihatinkan gedung tersebut tak tampak pada Lapangan Karanggayam. Bekas tempat latihan rutin Persebaya serta kompetisi internal itu masih layak pakai. Kondisi lapangan serta rumputnya pun masih hijau.
Kondisi lapangan bersejarah yang menghasilkan ratusan bintang sepak bola Indonesia ini memang berbeda, karena masih rutin digunakan untuk menggelar kompetisi usia dini Dan kelompok umur.
"Lapangan masih dapat pemasukan, makanya masih terawat. Kalau tidak, mungkin nasibnya akan sama," jelas Ali.
Harus diakui dampak perpecahan Persebaya membawa kerugian bagi semua. Persebaya versi ISL juga seperti tamu di rumah sendiri. Mereka tidak bermarkas di Wisma Eri Irianto karena mayoritas Bonek Mania menilai mereka Persebaya palsu. Ironisnya Persebaya 1927 yang diyakini sebagai Bajul Ijo yang asli pun sudah bubar jalan sejak kompetisi Indonesia Primer League terhenti 2013 silam.
Efeknya Wisma Eri Irianto yang selama ini jadi "rumah" buat para pemain Persebaya tak terurus karena tidak ada yang menempati. Saksi sejarah kejayaan Bajul Ijo seperti terlupakan.
Baca Juga:
Kisah Supangat, MC Pertandingan Saksi Sejarah Persebaya
"Persebaya United" Jadi Bahan Olok-Olok dan Hinaan Netizen
Minta Persebaya Dicoret, Bonek 1927 akan Turun ke Jalan