Bola.com, Jakarta- Bintang muda Korea Selatan, Son Heung-min tampil kurang maksimal saat menjalani laga perdana bersama Tottenham Hotspur pada Minggu (14/9/2015) malam WIB di Stadium of Light, Sunderland. Meski Spurs sukses mengalahkan Sunderland 1-0, Son gagal mencetak gol.
Pemain berusia 23 tahun itu hanya main selama 62 menit dan digantikan Andros Townsend. Pada laga itu, Son melewatkan satu kesempatan mencetak gol, setelah dihadang Jordi Gomez. Tendangan dari jarak 20 yard yang dilancarkan Son ke gawang Sunderland di babak kedua juga melebar.
Gol tunggal Spurs dicetak Ryan Mason pada menit ke-82. Hasil itu membuat posisi Spurs naik ke peringkat 12 klasemen sementara, sedangkan Sunderland makin terpuruk di dasar klasemen.
Dalam sesi wawancara, seperti dilansir dari Daily Mail, Manajer Spurs, Mauricio Pochettino, tak berkomentar soal penampilan Son. Tapi ia mengakui ada perubahan signifikan di babak kedua, setelah Andros Townsend dan Eric Lamela masuk menggantikan Dele Alli dan Son.
“Saya senang dengan kemenangan ini. Kemenangan ini penting bagi pemain untuk meningkatkan rasa percaya diri. Kami akui di babak kedua kami tampil lebih efektif dan berhasil mencetak gol,” ucap Pochettino.
Son dibeli dari Bayer Leverkusen seharga 22 juta pound atau sekitar Rp 477 miliar. Banderol ini menjadikan Son sebagai pemain termahal dari Asia, mengalahkan Shinji Kagawa (17 juta pound saat dibeli Manchester United). Bagi Spurs, Son merupakan pemain ketiga termahal dalam sejarah transfer mereka. Sebelumnya, ada Erik Lamela (30 juta pound) dan Roberto Soldado (26 juta pound).
Faktor Sponsor dan Promosi?
Ekspektasi Spurs sangat tinggi terhadap pemain asal Chuncheon, Provinsi Gangwon itu. Sejak umur 16 tahun, Son berkarier di Jerman dan sukses. Setelah memperkuat Hamburg SV (2008-2013) dengan torehan 20 gol, ia melanjutkan kiprahnya bersama Bayer Leverkusen (2013-2015). Di situlah Son meraih sukses besar, ia membukukan 29 gol dalam dua musim terakhirnya di Bundesliga. Ia bahkan dijuluki sebagai suksesor Park Ji-sung.
"Saya masih terlalu jauh bila dibandingkan prestasi Park Ji-sung," kata Son.
Investasi Spurs melalui Son selama lima tahun juga mulai dikaitkan dengan kewajiban militer sebagaimana layaknya pria Korsel sebelum usia 30 tahun. Meski ada pengecualian khusus untuk atlet, seperti yang dilaporkan Hani, sejauh ini Son belum membuat laporan atau dokumen permintaan keringanan wajib militer. Tapi, bila Son tetap ingin seperti warga biasa, ia bisa masuk militer selepas kontraknya di Spurs berakhir pada 2020, saat usianya 28 tahun.
Selepas laga itu, para penggemar Spurs pun mulai berspekulasi. Meski memiliki rekam bagus di Bundesliga, Son dinilai belum tentu cocok dengan Premier League. Namun, ada juga fan yang membela karena Son baru menjalani satu laga dari durasi kontrak lima tahun. Ada pula yang menyebut upaya Spurs mendatangkan Son karena faktor promosi dan usaha klub mencari sponsor dari perusahaan Korsel.
Pasalnya, Leverkusen juga melakukan hal yang sama, yakni karena faktor kerja sama dengan produk elektronik terkemuka asal Korsel, LG. Tapi, Son mampu membuktikan prestasi di Bundesliga.
Bagaimana di Premier League? Kita nantikan saja kelanjutan kiprah pesepak bola terbaik Korsel 2014 itu.
Sumber: Dailymail, http://hani.co.kr/
Baca Juga:
FA Izinkan Chelsea dan Tottenham Gunakan Stadion Wembley