Bola.com, Jakarta - Babak penyisihan grup Piala Presiden telah berakhir. Persib Bandung, Persebaya United, Sriwijaya FC, Arema Cronus, Bali United, Mitra Kukar, PSM Makassar, dan Pusamania Borneo FC menjadi delapan tim yang berhak bertarung di babak perempat final mulai Sabtu (19/9/2015).
Banyak fakta menarik selama pergelaran babak penyisihan. Salah satu yang patut diketahui ialah eksistensi sejumlah pemain gaek di perhelatan Piala Presiden. Walau sudah berusia tua sejumlah pemain gaek tetap jadi pemain penting di timnya. Beberapa di antaranya jadi kartu as membantu kesuksesan klubnya melaju ke babak knock-out.
Bola.com memilih lima di antaranya. Siapa saja deretan pemai gaek itu dan bagaimana penampilan mereka di lapangan?
1. Bima Sakti (Gresik United, 39 Tahun)
Siapa yang tidak mengenal nama Bima Sakti? Gelandang tengah sarat pengalaman yang pernah patah kaki parah ini merupakan pemain tertua di Piala Presiden. Pemain kelahiran Balikpapan tersebut telah menginjak umur 39 tahun saat membela Gresik United (GU) di Piala Presiden.
Akan tetapi, bekal pengalaman gelandang lulusan proyek mercusuar Timnas Primavera pada pertengahan 1990-an tak cukup bisa membantu Laskar Joko Samudro melaju ke babak perempat final Piala Presiden. GU hanya menempati dasar klasemen Grup D dengan rekor tanpa poin. Bima Sakti dkk. harus mengakui keunggulan PSM Makassar dengan skor 0-3, Pusamania Borneo FC dengan skor 1-3, dan Persipasi Bandung Raya dengan skor 0-2.
Pencapaian ini terasa menyesakan karena saat Gresik United berlaga di ISL 2015, klub yang satu ini jadi pemuncak klasemen hingga kompetisi terhenti secara paksa karena konflik PSSI vs Menpora. Bima Sakti jadi salah satu figur penting di sektor tengah klub. Ia jadi penyeimbang dan pengatur tempo permainan. Tugas rutin yang dijalani sang pemain selama belasan tahun berkarier di dunia sepak bola nasional.
2. Choirul Huda (Persela Lamongan, 36 Tahun)
Pemain yang berposisi sebagai kiper jadi pemain paling senior di skuat Persela Lamongan dalam gelaran Piala Presiden. Penjaga gawang yang sudah membela Laskar Joko Tingkir selama 14 tahun itu telah menginjak umur 36 tahun dalam keikutsertaannya di turnamen gagasan Mahaka Sports and Entertaiment.
Persela hanya meraih dua poin di klasemen akhir Grup B, hasil dari dua kali seri dan satu kali kekalahan. Di laga pertama dan kedua, Choirul Huda bersama Persela hanya mampu bermain imbang dengan Arema Cronus serta PSGC Ciamis dengan skor sama, 1-1. Selanjutnya, kiper sarat pengalaman tersebut gagal menahan gempuran Sriwijaya FC, sehingga Persela harus menyerah dengan skor 0-2.
Walau Laskar Joko Tingkir gagal melaju ke babak perempat final, catatan statistik Khoirul Huda relatif mengilap. Ia jadi palang pintu yang sulit ditembus lawan. Persela yang bermodal banyak pemain belia hijau pengalaman terhindar dari kekalahan-kekalan skor telak berkat aksi penyelamatan sang penjaga gawang. Sesuai statistik yang dicatatkannya selama fase penyisihan grup lalu, Choirul dinobatkan oleh Labbola sebagai penjaga gawang terbaik di babak penyisihan lalu.
3. Lancine Kone (Arema Cronus, 36 Tahun)
Pemain asal Pantai Gading yang satu ini merupakan salah satu pemain dengan penampilan berkilau di Piala Presiden. Gelandang serang yang juga bisa difungsikan sebagai striker berumur 36 tahun itu membantu Arema Cronus keluar dari persaingan keras Grup B.
Meski uzur, Kone membuktikan kelasnya sebagai salah satu pemain asing terbaik di Indonesia. Ia telah mencetak tiga gol dan membawa Singo Edan melaju ke babak perempat final Piala Presiden dengan status sebagai runner-up Grup B.
Kone bersama Arema berhasil mengumpulkan lima poin. Hasil dari dua kali seri melawan Persela Lamongan dengan skor 1-1, dan PSGC Ciamis 1-1, serta satu kemenangan saat menghadapi Sriwijaya FC dengan skor 3-1.
Rapor sang pemain terhitung istimewa karena ia baru bergabung di Arema hanya beberapa hari sebelum kick-off Piala Presiden.
4. Bambang Pamungkas (Persija Jakarta, 35 Tahun)
Bambang Pamungkas bisa dibilang sedikit striker lokal yang bisa bisa mempertahankan level permainan di jajaran elite. Di usianya yang menginjak 35 tahun Bepe masih terlihat produktif. Di ISL 2015, Bambang sempat mencetak hattrick ke gawang klub kuat, Arema Cronus.
Hanya lama absen bermain karena ketiadaan kompetisi membuat taji Bepe meredup. Persija tampil mengecewakan di laga penyisihan Grup C.
Tim Macan Kemayoran menempati dasar klasemen akhir Grup C dengan raihan dua poin. Hasil dari dua kali imbang saat melawan Persita Tangerang 1-1 dan Mitra Kukar dengan skor 0-0, serta satu kali kekalahan saat menyerah di tangan Bali United dengan skor 0-3.
Prestasi yang mengecewakan mengingat Persija jadi salah satu klub unggulan dengan materi pemain yang relatif bagus. Mereka juga dilatih arsitek spesialis juara, Rahmad Darmawan. Tetapi, catatan di atas kertas berbanding terbalik dengan fakta di lapangan. Bepe, jadi salah satu pemain yang tampil mengecewakan. Tak hanya tak bisa unjuk ketajaman ia sering jadi kartu mati di sektor depan Persija.
5. Ponaryo Astaman (Pusamania Borneo FC, 35 Tahun)
Ponaryo Astaman membuktikan kalau dirinya belum habis. Walau usianya memasuki 35 tahun, Ponaryo membuktikan kapasitasnya sebagai salah satu gelandang bertahan terbaik yang dimiliki Indonesia.
Mantan kapten Timnas Indonesia tersebut membuat lini tengah Pusamania Borneo FC lebih solid. Tak hanya bertindak sebagai "tukang jagal", Ponaryo yang amat berpengalaman menghadapi laga-laga sarat tekanan jadi figur pengatur tempo permainan ulung di timnya.
Gelandang yang penampilannya meredup di PSM Makassar-Persija musim lalu terlihat seperti kembali menemukan jati dirinya. Ia selalu jadi starter di tiga laga penyisihan Grup D bersama Pesut Etam.
Popon, begitu Ponaryo Astaman biasa disapa, berhasil membawa Pesut Etam menjadi runner-up Grup D Piala Presiden, dengan raihan tujuh poin. Hasil dari dua kemenangan saat menghadapi Persipasi Bandung Raya dengan skor 2-0 dan Gresik United dengan skor 3-1. Serta, hasil imbang 0-0 saat menghadapi PSM Makassar.
Baca Juga:
5 Pemain Lokal Gagal Bersinar di Babak Penyisihan Piala Presiden