Bola.com, Barcelona - Barcelona akan didepak dari La Liga jika Catalunya merdeka. Berikut lima kerugian yang akan Blaugrana derita andai kemerdekaan Catalunya benar-benar terealisasi.
Hanya berselang beberapa pekan setelah Skotlandia melakukan referendum, giliran Catalunya yang berupaya merdeka dari Spanyol. Namun, Skotlandia akhirnya gagal mertdeka karena hanya 44,7% yang ingin berpisah dari Inggris. Sementara, 55,3% menyatakan tetap ingin menyatu bersama Inggris.
Isu kemerdekaan Catalunya mencuat jelang pemilihan Anggota Parlemen Catalunya pada Sabtu (26/9/2015) waktu setempat. Dalam pemilu tersebut juga akan dilakukan referendum untuk memisahkan diri dari Spanyol pada 9 November nanti.
Isu terkait referendum Catalunya ini otomatis melibatkan Barcelona, tim terbesar wilayah tersebut sekaligus salah satu raksasa Spanyol. Jika nanti diputuskan merdeka, Barca secara otomatis tidak akan bisa ikut serta lagi di La Liga. Begitu pula tim sekotanya yakni Espanyol, sebagaimana dikatakan Presiden LFP Javier Tebas.
"Jika Catalunya merdeka, mempertimbangkan Undang-undang Olahraga yang diterapkan oleh seluruh Spanyol, Barcelona tidak akan bisa bermain (di Liga Spanyol)," kata Tebas dikutip Guardian.
Jika terjadi, Tebas menilai hal tersebut bakal menurunkan pamor dan kualitas La Liga, mengingat Barca selama ini menjadi 'komoditi' yang amat menjual dan populer. Bersama Real Madrid, Blaugrana selama ini membentuk duopoli di liga yang muaranya adalah El Clasico, salah satu laga terpanas di Spanyol. Jika Catalunya merdeka, maka bisa dibilang tak ada lagi partai sarat gengsi ini.
Sementara nilai kompetisi La Liga menurun, Barca juga sedikit banyak mengalami kerugian dengan kemerdekaan Catalunya. Di Catalunya belum ada tim yang bisa menyaingi kebesaran Los Cules, bahkan sebagian besar masih berstatus semi-profesional.
Itu merupakan sebagian kerugian yang akan dituai oleh La Liga andai kehilangan Barcelona. Berikut berbagai kerugian yang Barca alami andai Catalunya merdeka.
1. Kerugian Finansial
Barcelona merupakan klub kedua terkaya di dunia setelah Real Madrid. Bulan ini saja, Blaugrana mengumumkan ramalan keuntungan yang bakal mereka dapatkan pada musim 2015 - 2016 mencapai 633 juta euro (Rp 10 triliun).
Jose Maria Gay, Profesor Finansial Ekonomi-Akunting Universitas Barcelona dan pengamat finansial klub-klub La Liga, meramalkan Barca akan menderita kerugian sebesar Rp 8,185 trilun. Kerugian itu baru dihitung dari hilangnya pendapatan jika Barcelona tak lagi berpartisipasi di ajang La Liga.
"Saya rasa Barcelona akan menderita kerugian besar dalam hal pendapatan marketing. Hampir semua pendapatan Barca hadir melalui hak siar televisi. Juga, dari membership dan penjualan tiket," ujarnya seperti dilansir AP
"Jadi, saya rasa Barca akan kehilangan pendapatan 400 sampai 500 juta euro. Itu karena mereka tak lagi bermain di La Liga," Jose Maria Gay menambahkan.
Hak siar televisi merupakan salah satu pemasukan terbesar Barcelona. Setiap tahun, Blaugrana mendapatkan dana sebesar 155 juta euro (Rp 2,545 triliun) dari hak siar televisi.
Wajar rasanya mengingat Barcelona dan Real Madrid memiliki nilai jual yang tinggi tak hanya di Spanyol, tapi juga di seluruh dunia.
Hak siar televisi bagi Barcelona adalah 39% dari total income, dibanding Arsenal yang hanya 34%, MU yang 36% serta Chelsea yang hanya 38% dari total income. Jadi, bermain sore hari sangat krusial bagi Barca demi keuangan.
Menurut data dari perusahaan olah raga Repucom, Barcelona memiliki pendapatan sebesar 592 juta euro (Rp 9,719 triliun) dari penjuakan tiket pada musim 2014 - 2015.
2. Eksodus Bintang Besar-besaran
Setelah didepak dari La Liga, Barcelona kemungkinan besar akan membentuk Liga Catalunya yang diikuti oleh Espanyol, plus tim-tim asal Divisi Satu yakni Girona, Nastic, dan Llagostera.
Hanya Espanyol yang sekiranya mampu menjadi lawan cukup sepadan bagi Barcelona. Namun, tiga lawan lainnya tidaklah cukup mumpuni untuk meladeni kekuatan Blaugrana.
Dengan demikian, Barca kemungkinan besar bakal kehilangan para pemain bintangnya yang berasal dari negara lain. Barcelona musim ini memiliki 13 pemain yang berasal dari luar Spanyol.
Mereka adalah penjaga gawang Marc Ter Stegen, Douglas Pereira Dos Santos, Ivan Rakitic, Dani Alves, Luis Suarez, Lionel Messi, Neymar, Rafinha, Javier Mascherano, Jeremy Mathieu, Claudio Bravo, Thomas Vermaelen, dan Arda Turan.
Para pemain ini tentunya ingin terus mengasah kemampuan mereka dalam liga yang kompetitif dengan harapan terus mendapatkan kesempatan untuk membela timnas di negara mereka masing-masing.
Lionel Messi pastinya menjadi pemain yang paling diincar oleh berbagai klub raksasa di Eropa andai Barcelona 'terdepak' dari La Liga. Dalam beberapa musim terakhir, PSG dan Chelsea menjadi klub yang paling berminat menggunakan servis La Pulga.
3. Tak Kompetitif
Barca kemungkinan akan membentuk Liga Catalunya yang akan diikuti oleh Espanyol, plus tim-tim asal Divisi Satu yakni Girona, Nastic, dan Llagostera.
Hanya Espanyol yang sekiranya mampu menjadi lawan cukup sepadan bagi Barcelona. Namun, tiga lawan lainnya tidaklah cukup mumpuni untuk meladeni kekuatan Blaugrana.
Opsi kedua adalah bergabung ke Liga Prancis seperti AS Monaco. Barca sepertinya akan memilih opsi kedua karena selain Espanyol tak ada yang mampu menjadi lawan kompetitif bagi Blaugrana.
Bergabung bersama Liga Prancis belum tentu menjadi jawaban terbaik bagi Barca. Pasalnya, Liga Prancis saat ini dikenal sebagai 'liga kelas dua' di bawah Premier League, La Liga, dan Serie A.
Kerugian besar lainnya menimpa para pemain Barca yang berasal dari Catalunya. Mereka tak lagi punya kesempatan membela Timnas Spanyol dan tampil di berbagai even kompetitif seperti Piala Dunia, Piala Eropa, dan Olimpiade.
4. Tak Main di Liga Champions
Jika Catalunya merdeka, Barcelona otomatis tak lagi bisa mewakili Spanyol untuk berlaga di Liga Champions, yang menjanjikan banyak pundi-pundi uang bagi mereka.
Mengapa bakal terdepak dari Liga Champions? Alasannya Liga Catalunya harus menjalani penghitungan koefisien baru dari otoritas sepak bola Eropa, yakni UEFA.
Dengan demikian, para penghuni liga ini tak bisa lagi langsung tampil di Liga Champios karena koefisiennya belum cukup. Beda dengan La Liga yang memiliki koefisien tertinggi di UEFA dan merupakan kompetisi nomor satu di Eropa saat ini.
Bermain di Liga Champions menjanjikan keuntungan amat besar bagi klub. 32 tim yang terlibat di babak penyisihan grup akan mendapatkan bayaran dasar 8,6 juta euro (sekitar Rp 132,931 miliar). Kemudian bonus penampilan, 1 juta euro (sekitar Rp 15,457 miliar) untuk sebuah kemenangan dan 500.000 euro (sekitar Rp 7,728 miliar) jika imbang di fase grup.
Selanjutnya, jika lolos ke babak 16 besar, maka masing-masing klub memperoleh 3,5 juta euro (sekitar Rp 54,103 miliar). Jika terus melangkah ke babak perempat final maka ada tambahan 3,9 juta euro (sekitar Rp 60,286 miliar) dan semifinal 4,9 juta euro (sekitar Rp 75,744 miliar). Juara Liga Champions akan menerima 10,5 juta euro (sekitar Rp 162,225 miliar) dan runner-up 6,5 juta euro (sekitar Rp 100,425 miliar).
Setiap klub juara domestik yang tidak lolos ke fase grup Liga Champions aka menerima 200.000 euro (sekitar Rp 3,089 miliar). Selain itu, setiap klub yang ambil bagian dalam putaran pertama kualifikasi akan menerima 150.000 euro (sekitar Rp 2,317 miliar) jika mereka tidak lolos ke fase grup, sedangkan yang ambil bagian dalam putaran kedua kualifikasi tetapi tak lolos ke fase grup masing-masing akan menerima 175.000 euro (sekitar Rp 2,704 miliar). Klub-klub yang tersingkir di putaran ketiga kualifikasi akan menerima 200.000 euro.
5. Tak Ada Lagi El Clasico
Kita tak bisa lepas dari Barcelona dan Real Madrid ketika membicarakan kompetisi La Liga. Alasannya, kedua klub itu merupakan yang tersukses di daratan Spanyol. Real Madrid mengoleksi 32 gelar, sedangkan Barcelona 22 gelar.
Meskipun masih kalah sepuluh trofi dari Real Madrid, tetapi penampilan Barcelona menanjak dalam waktu satu dekade terakhir. Mereka memenangi enam trofi, sedangkan El Real tiga trofi.
El Classico adalah hiburan dengan kemasan terbaik. Entah ada setan apa yang merasuki para pemain, tapi pertandingan ini biasanya menyajikan tensi yang begitu panas. Para penonton begitu mudah emosi jika pemain yang ia dukung dilanggar lawan. Mereka akan mudah mengeluarkan sumpah serapah jika wasit memberikan keuntungan bagi lawan.
Dalam El Classico, selain sepakbola, terkadang kita bisa menyaksikan adu tinju. Kita juga bisa menyaksikan bagaimana standar suatu pertandingan bisa disebut “keras”. El Classico juga memberikan sebuah pertunjukkan bagaimana gengsi sebuah wilayah dipertaruhkan. Barcelona mewakili Catalan, sedangkan El Real mewakili Kerajaan Spanyol.
Baca Juga:
Ronaldo Bangga Kalahkan Rekor Lionel Messi