Bola.com, - Kompleks Pelatnas Cipayung, Jakarta Timur, Senin (28/9/2015) pagi, cukup lengang. Tak semua lapangan bulutangkis di dalam kompleks pelatnas digunakan untuk berlatih. Sebagian besar atlet penghuni Pelatnas sedang mengikuti turnamen di Thailand Terbuka dan Vietnam Terbuka.
Pemain ganda putri Indonesia, Greysia Polii, salah satu yang tak terbang ke Thailand dan Vietnam. Dia tetap menjalani latihan di Pelatnas Cipayung. Mengenakan kaus berwarna merah muda, Greys -panggilan akrab Greysia- melakukan latihan-latihan ringan dibantu pelatih fisik di ruang fitnes.
Sesekali, ia terlihat mengatur napas. Ekspresi serius namun santai terpancar dari wajah Greys yang baru saja meraih gelar Super Series perdananya di Korea Terbuka 2015 bersama sang partner, Nitya Krishinda Maheswari, akhir pekan lalu.
Di sela-sela latihan, wanita kelahiran Jakarta, 11 Agustus 1987 itu antusias berbagi cerita kepada kepada Bola.com soal pengalamannya menonton konser band kenamaan Amerika Serikat, Maroon 5, di Bangkok, Thailand, Rabu (23/9/2015) lalu.
"Saya senang sekali akhirnya bisa nonton konser Maroon 5, tapi yang saya sedih lagu-lagu yang saya suka malah tidak dinyanyikan. Justru mereka nyanyinya pas hari kedua, karena konser di Bangkok memang dua hari," gerutu Greysia sambil tertawa.
Ya, Greys memang sempat refreshing ke Bangkok setelah berjibaku di dua turnamen level super series dalam kurun dua pekan. Tak cuma berbagi pengalaman menonton konser Maroon 5, Greys juga membeberkan cerita awal perkenalannya dengan dunia bulutangkis, persahabatannya dengan Agnes Monica, hingga suka dukanya berpasangan dengan Nitya.
Pilih Bulutangkis ketimbang Tenis
Terlahir dari keluarga yang menggemari olahraga, perkenalan Greys dengan bulutangkis terjadi ketika masih berusia tiga atau empat tahun. Saat itu dia tinggal di Manado, Sulawesi Utara. Banyak anak-anak yang bermain bulutangkis di lapangan terbuka dekat rumahnya. Greysia akhirnya tergoda menjajal olahraga tepok bulu tersebut pada usia lima tahun. Saat itu bakat alaminya sudah terlihat.
Awalnya, Greys kecil menggunakan raket yang terbuat dari kayu dan papan triplek. Anak bungsu dari tiga bersaudara ini akhirnya dibelikan sebuah raket bulutangkis sungguhan oleh ibunya, Evie Pakasi, agar dapat berlatih secara maksimal.
"Orang tua melihat kalau saya memiliki bakat. Jadi kenapa enggak diterusin main bulutangkis. Lalu waktu itu ada lomba bulutangkis seperti Porseni, saya jadi juara di kategori umur 10 tahun padahal saya baru berusia enam tahun," tutur Greys.
"Saya lebih serius bermain bulutangkis saat pindah ke Jakarta," lanjutnya.
Pilihan Greys untuk menjadi atlet tepok bulu nyatanya tepat. Masuk ke klub Jaya Raya Jakarta dan kemudian bergabung dengan pelatnas pada 2003, ia berkembang menjadi salah satu pebulutangkis andalan Merah Putih di berbagai turnamen bergengsi. Namun siapa sangka peraih medali emas ganda putri Asian Games 2015 itu nyaris memilih menekuni tenis lapangan.
Greys kecil mengenal tenis dari sang mama dan tantenya yang kebetulan gemar bermain olahraga tersebut. Namun gara-gara alasan yang sangat sepele, Greys akhirnya menjatuhkan pilihan untuk menekuni bulutangkis.
"Saya disuruh memilih main tenis atau bulutangkis. Tapi saya lebih pilih bulutangkis karena raket tenis lebih berat hahaha. Mungkin kalau raket tenis lebih enteng, saya pilih tenis. Saya juga memilih bulutangkis karena juga terinspirasi dari banyak pemain Indonesia yang jadi juara dunia, Ricky/Rexy dan Susi Susanti Jadi saya ingin seperti mereka," jawab Greysia sambil tertawa.
Wanita yang dikenal tomboi tersebut sulit membayangkan bakal menekuni profesi apa jika tak menggeluti dunia bulutangkis. "Kalau enggak di bulutangkis, mungkin saya sekarang menjadi petenis, atau entertainer atau mungkin business woman. Yang jelas bukan penyanyi karena suara saya enggak bagus," ungkap Greys sambil terkekeh-kekeh.
Selama 12 tahun berkarier sebagai pebulutangkis profesional, Greysia rajin memotivasi diri sendiri. Dia selalu mendorong diri sendiri supaya bermain lebih baik dan tak cepat puas. Ia mengaku terinspirasi dari dua legenda bulutangkis dunia, Zhang Ning dan Susi Susanti. Zhang Ning di matanya sangat istimewa karena punya motivasi bermain yang masih tinggi meski usianya sudah tak lagi muda. Walau sudah menikah, atlet asal Tiongkok itu masih berprestasi.
Alasan serupa diutarakan Greysia ketika memilih Susi Susanti sebagai panutan. Greys merasa takjub dengan kehebatan Susi pada eranya. Menurutnya Susi seorang pemain yang sangat ulet serta tekun sehingga bisa jadi pemain nomor satu dunia dan membuat sejarah.
Meski pemenang medali emas Olimpiade 1992 tersebut sudah lama pensiun dari dunia bulutangkis, Greys masih menaruh hormat tinggi kepada seniornya itu. Cara Susi menjalani kehidupannya setelah pensiun juga sangat inspiratif di mata Greysia. "Setelah mengenal lebih dekat Ci Susi, saya lebih respek. Sewaktu dia meninggalkan bulutangkis dan punya keluarga, bagaimana dia membesarkan anaknya dan menjalankan bisnisnya. Dia benar-benar menginspirasi saya," ujarnya.
Meneladani dan Memberikan Teladan
Selain meneladani orang lain, Greys sadar juga sering dijadikan "panutan" banyak orang. Seiring makin mengkilapnya prestasi Greysia/Nitya, fans mereka juga semakin bejibun. Fan base Greysia/Nitya dikenal cukup aktif, terutama di dunia maya. Awalnya, Greys kurang memedulikan kehadiran fans. Namun Greys akhirnya sadar setelah dikenal banyak orang, dia punya tanggung jawab untuk memberikan teladan yang baik.
"Saya menjadi lebih aware ketika semakin dikenal banyak orang, hidup saya harus dijadikan contoh yang baik. Saya ingin menginspirasi mereka lewat hidup saya, terlepas dari kelemahan dan kelebihan saya," aku Greysia.
Salah satu "fans" setia Greysia, adalah artis Agnes Monica. Namun penyanyi beken Tanah Air itu bukanlah fans biasa. Dia juga menjadi sahabat dekat Greysia. Perbedaan latar belakang profesi tak menjadi penghalang bagi mereka untuk membangun keakraban.
Hubungan keduanya terjalin sejak delapan tahun lalu. Saat itu mereka kali pertama bertemu di sebuah acara yang digelar Sutiyoso, yang masih menjabat sebagai Gubernur Jakarta. Keduanya kemudian berteman akrab. Agnes selalu berusaha mendukung langsung ketika Greys tampil di lapangan, terutama di Indonesia. Sebaliknya, Greys juga berusaha menemani Agnes saat konser dan sebagainya, asalkan tak bentrok dengan jadwal latihan maupun pertandingan.
"Saya tidak melihatnya sebagai superstar. Saya lihat Agnes dari kepribadiannya. Banyak hal yang kami obrolkan mulai dari kehidupan, karier, dan saling membangun satu sama lain. Kami selalu bertukar pikiran. Iya saya sering menemani saat ia konser atau syuting," ungkap Greys.
Partner Ideal
Agnes juga datang mendukung saat Greys tampil di Kejuaraan Dunia 2015 di Jakarta, awal Agustus lalu. Bersama Nitya, Greys memang gagal juara dan hanya merengkuh medali perunggu. Tapi, medali tersebut sangat fenomenal karena sudah lama sekali sektor ganda putri tak menyumbangkan medali untuk Indonesia di ajang Kejuaraan Dunia. Pujian banyak mengalir untuk Greysia/Nitya. Latihan keras, semangat tak kenal menyerah, rasa lapar meraih gelar, dan kekompakan jadi kunci meroketnya prestasi mereka.
Greys mengaku telah menemukan apa yang dicarinya dalam diri Nitya. Sebagai pemain ganda putri, Greys sudah beberapa kali 'gonta-ganti pasangan'. Pemain bertinggi 162 cm itu pernah dipasangkan dengan Vita Marissa, Meiliana Jauhari, dan Jo Novita sebelum 'dikawinkan' dengan Nitya yang sekarang menjadi partnernya.
Setiap partner pasti punya kelemahan dan kelebihan. Greys mengaku mendapat banyak pelajaran dari seluruh mantan partnernya. Setelah bertemu Nitya, dia merasa menemukan pasangan ideal. "Saya sebenarnya tak pernah membeda-bedakan pasangan. Tapi kalau sama sama Nitya kami kan seumuran, jadi tidak canggung dan bisa lebih banyak bertukar pikiran. Berbincang bagusnya gimana," beber Greysia.
"Karena terbiasa curhat, saya bisa lebih akrab dengan partner sekarang," imbuhnya.
Mereka juga saling melengkapi di lapangan. Greysia yang ekspresif berpadu manis dengan Nitya yang kalem. Saat emosinya tinggi atau terlalu meledak-ledak, kehadiran Nitya bisa menenangkan dan menjadi kontrol. Begitu juga sebaliknya. Nitya yang tenang kadang butuh sedikit "api" dari Nitya. Perbedaan karakter malah membuat mereka semakin kompak. "Kuncinya ada komunikasi baik di antara kami. Semuanya bisa berjalan baik," kata dia.
Selama kurang lebih tujuh tahun mengenal Nitya, Greys paham betul kebiasaan rekannya itu. Salah satunya tentang ketidaksukaan Nitya terhadap stroberi. Sang partner sangat antipati terhadap semua hal yang "berbau" stroberi. Alhasil, Greysia harus meninggalkan semua barang yang berkaitan dengan stroberi saat sedang bersama Nitya.
"Nitya tuh sensitif banget, sampai urusan makan stroberi. Hal-hal yang berbentuk stroberi harus dihindarkan kalau mau dekat sama Nitya. Padahal saya suka stroberi. Bukan hanya buahnya, tapi sampo dan sabun beraroma stroberi juga tidak boleh dibawa kalau pengin pergi sama dia atau tidur sekamar dengan Nitya," ujarnya sambil tertawa.
Urusan beda selera tentang stroberi tak mengurangi kekompakan keduanya. Mereka tetap tangguh di lapangan. Tak heran, pasangan Greysia/Nitya telah menjelma menjadi ganda putri yang disegani. Keduanya berada di peringkat kelima dunia. Berbagai gelar sudah berhasil mereka persembahkan untuk Tim Merah Putih di antaranya di turnamen SGC Thailand Terbuka GPG 2013, Taipei Terbuka GPG 2014 dan 2015, Asian Games 2014, dan yang teranyar, Korea Terbuka SS 2015. Mereka juga berhasil meraih medali perunggu di Kejuaraan Dunia 2015.
Kendati demikian, Greys mengaku punya banyak pekerjaan rumah yang ingin diselesaikan. Masih banyak gelar yang ingin direngkuh Greys bersama Nitya.
"Dibanding sektor lainnya, masih banyak yang belum saya capai seperti medali Olimpiade dan jadi juara dunia serta kejuaraan-kejuaraan penting lainnya. Tapi justru itu membuat saya termotivasi," ucapnya.
"Pada akhirnya selalu ada semangat untuk mengejar target itu dan saya tak pernah melihat umur. Ketika PBSI masih mempercayai saya untuk bermain, maka saya akan terus bermain," lanjut Greys.
Greys sadar rentang karier seorang pebulutangkis sangat terbatas. Umur tak bisa dibohongi. Suatu saat nanti, dia harus meninggalkan dunia yang sudah membesarkan namanya tersebut. Namun, saat ini dia mengaku belum memikirkan untuk menggantung raketnya. Namun bila saat itu tiba, Greys sudah memiliki rencana tersendiri. "Target untuk pensiun ada, tapi saya tidak bisa bilang sekarang. Jika itu terjadi, mungkin saya akan membuka peluang bisnis baru di Indonesia. Saya berharap itu," kata Greysia Polii menutup perbincangan.
Baca Juga:
Couple: Nitya Buka-bukaan Tentang Dirinya dan Greysia (II)
Ihsan Antisipasi Serangan Tajam Tanongsak
Thailand Terbuka Jadi Arena Angga / Ricky Dulang Poin Olimpiade