Bola.com, Jakarta - Cristian Gonzales telah memasuki dua dekade berkarier sebagai pesepak bola profesional. Di usia 40 tahun, ia masih diandalkan sebagai ujung tombak andal dalam urusan mencetak gol. Terakhir pada Minggu (27/9/2015) malam di Stadion I Wayan Dipta, Gianyar, Bali, El Loco mencetak hattrick sekaligus meloloskan Arema ke semifinal Piala Presiden 2015. Siapa yang bisa menyaingi kehebatan El Loco?
Kiprah El Loco Gonzales sebagai bomber maut di Indonesia tak terbantahkan. Ia meraih gelar pencetak gol terbanyak, empat kali beruntun sejak Liga Indonesia 2005 hingga edisi pertama ISL. Meski selalu merajai dalam setiap musim, ada banyak pesaing El Loco dalam perebutan gelar top scorer.
Baca Juga
Pesaing pertama Cristian Gonzales di Indonesia adalah rekan setimnya di PSM Makassar, yakni Oscar Aravena. Pada Liga Indonesia 2003, Pemain asal Cile itu membukukan 31 gol dan menempati peringkat pertama pencetak gol terbanyak. Pesaing kedua adalah striker Persik Kediri asal Nigeria, Bamidele Frank Bob Manuel. Gonzales menempati posisi ketiga dengan 27 gol, disusul Bambang Pamungkas dengan 24 gol.
Pada Liga Indonesia 2005, 2006, dan 2007, Gonzales memenangkan gengsi sebagai bomber paling maut di kompetisi Indonesia. Pada LI 2005 ia mencetak 25 gol, musim berikutnya 27 gol, dan 32 gol pada LI 2007. Gelar top scorer ISL 2008-2009 terpaksa ia bagi dua bersama Boaz Solossa dengan torehan 28 gol.
Gonzales bersaing sangat ketat dengan beberapa penyerang di ISL 2009-2010. Top scorer di musim itu diraih Aldo Baretto (PKT Bontang) dengan 19 gol. Gonzales di posisi kedua dengan 18 gol. Jumlah yang sama dibukukan Alberto Goncalves (Persipura Jayapura). Musim berikutnya, giliran Boaz Solossa yang menjadi raja gol dengan mengemas 21 gol. Gonzales berada di posisi ke-15 (9 gol) karena baru bergabung dengan Persib Bandung di putaran kedua.
Pada ISL 2011-2012 merupakan musim yang paling ketat bagi Gonzales. Di musim itu, banyak klub memiliki striker maut. Di posisi pertama ada Alberto Goncalves (Persipura Jayapura-25 gol), disusul Mario Costas (Persela Lamongan-22 gol), Keith Kayamba Gumbs (Sriwijaya FC-20 gol), dan Safee Sali (Pelita Jaya-20 gol), Greg Nwokolo (Pelita Jaya-20 gol), Eddie Foday Boakay (Persiwa Wamena-19 gol), dan Osas Saha (PSMS-19 gol).
Musim berikutnya, Boaz Solossa kembali mengambil tempat sebagai raja gol. Ia membukukan 25 gol, disusul Djibril Coulibaly (Barito Putera-21 gol), dan Sergio van Dijk (Persib Bandung-21 gol). Gonzales menempati posisi keempat dengan 19 gol bersama Arema.
ISL 2014 kembali menjadi ajang pembuktian El Loco. Namun, ia kalah bersaing dengan rekan setim, Samsul Arif. Gonzales menempati posisi keempat pencetak gol terbanyak dengan 15 gol. Striker paling tajam di musim itu adalah Emanuel Kenmogne dari Persebaya (sekarang Bonek FC), dengan 25 gol. Kemudian Samsul Arif (16 gol), dan Greg Nwokolo (Persebaya-15 gol).
Di Indonesia Super League 2015, Gonzales mencetak satu gol dari dua pertandingan, sebelum kompetisi dihentikan menyusul konflik PSSI dengan Menpora.
Bila dilihat, produktivitas Gonzales menurun setiap musim sejak Liga Indonesia 2003. Tapi, satu catatan yang tidak dimiliki striker lain adalah, ia merupakan striker paling gaek yang masih aktif di klub saat ini. Para pesaing El Loco yang hampir seumuran adalah Keith Kayamba (43 tahun). Kayamba pensiun pada 2013.
Penyerang Indonesia yang mampu mengusik keberadaan Gonzales adalah Boaz Solossa, yakni pada ISL 2008/2009 dan ISL 2013, lalu Ilham Jayakesuma pada Liga Indonesia 2004.
Sumber: RSSSF