Dualisme Persebaya: Bonek FC dan Persebaya 1927 Sulit Berdamai

oleh Zaidan Nazarul diperbarui 05 Okt 2015, 20:45 WIB
Mat Halil, salah satu pemain pilar Persebaya 1927 yang kini memegang hak penggunaan merek dan logo Persebaya. (Bola.com/Zaidan Nazarul)

Bola.com, Surabaya - Kasus dualisme Persebaya Surabaya belakangan kembali memanas. Kubu Persebaya 1927 dengan Bonek FC sama-sama berkeras merasa paling berhak mendapat pengakuan sebagai klub asli kebanggaan masyarakat Surabaya. Sejumlah tokoh sepak bola Surabaya berharap keduanya bisa islah alias berdamai.

Manajemen Persebaya 1927 yang mengantungi sertifikat penggunaan hak merek dan logo sejatinya tidak punya dana untuk mengelola klub. Sementara itu kubu Bonek FC yang digawangi Gede Widiade memiliki uang berlimpah.

Advertisement

Hanya saja klub yang mengklaim sebagai Persebaya di ISL dua musim terakhir kini tidak bisa menggunakan nama dan logo Persebaya karena hak paten Tim Bajul Ijo kini dikuasai PT Persebaya Indonesia yang mengelola Persebaya 1927.  

Banyak pihak mendorong agar keduanya bersatu agar Persebaya bisa kembali solid. Perdamaian terasa realistis mengingat CEO Persebaya “Bonek FC” United Gede Widiade pernah menangani Persebaya 1927 di era Indonesia Primer League dua tahun silam.

Gede yang sejatinya orang netral di luar kubu Saleh Mukadar dan La Nyalla Mattalitti juga relatif bisa diterima oleh semua pihak.

Sayang jalan menuju perdamaian terasa sulit. Gede Widiade menyebut utang PT Persebaya Indonesia terlalu besar untuk ia tanggung sendirian. Apalagi bersatunya kedua Persebaya itu melibatkan dua perseroan yang berbeda.

“Kami tidak mungkin membayar utang mereka. Merger dua PT juga tidak mungkin terjadi, karena prosesnya sangat rumit,” tutur Gede.

Pembagian posisi di jajaran direksi diyakini mustahil bisa terjadi. Hal itu pula yang sempat diungkapkan Direktur Utama PT Persebaya Indonesia, Cholid Ghoromah dalam beberapa kesempatan ketika didesak sejumlah pihak untuk melebur klub binaannya dengan kubu seteru.

“Itu tidak bisa terjadi. Kalau bisa, sudah dari awal-awal dulu dilebur. Pasti ada yang merasa tidak adil dalam pembagian posisi. Ini berpotensi memunculkan perpecahan di internal dan membuat kacau,” ujar Cholid.

Pernyataan dua petinggi klub dengan nama sama Persebaya menguatkan sinyal konflik dualisme sulit diakhiri dengan jalan damai. keduanya sama-sama bersikeras untuk menyelesaikan masalah ini melalui meja hijau.

Baca Juga:

Saleh Mukadar Sudah Out, Tinggal Cholid dan Prastowo di Persebaya

Mundur dari Persebaya, Saleh Mukadar Dibela Simpatisan

PSM Ingin Gelar Turnamen Undang Persib, Persebaya, dan PSMS