Bola.com, Jayapura- Pertandingan babak kualifikasi PON di seluruh wilayah Indonesia dihentikan oleh Tim Transisi. Namun, ada satu daerah yang tetap menjalankan pertandingan dengan tajuk berbeda, yakni Papua. Di zona itu diikuti empat tim, Papua, Papua Barat, Maluku, dan Maluku Utara. Tim Maluku memilih mundur saat akan menjalani pertandingan kedua melawan Papua. Seperti apa ceritanya?
Memasuki laga hari kedua, Selasa (6/10/2015), babak kualifikasi PON Zona Papua diwarnai kegaduhan. Tiba-tiba, Polda Papua mencabut izin keramaian dari panpel setempat karena ada instruksi dari Mabes Polri agar pertandingan di Stadion Mandala, Jayapura, dihentikan. Kebijakan ini merunut SK yang dikeluarkan Tim Transisi yang mengharuskan Asprov PSSI yang menggelar Pra PON berkordinasi dengan lembaga itu.
Tim Maluku pun terpaksa mematuhi kebijakan itu dengan memilih tak mau bertanding saat menghadapi tuan rumah, Papua. Berikut wawancara bola.com dengan pelatih Maluku, Aji Lestaluhu, soal alasan mogok bertanding malam itu dan situasi sebenarnya yang terjadi di lapangan saat itu.
Apa pertimbangan Anda tak mau bertanding melawan Papua?
Saya hanya mengikuti aturan. Jika izin pertandingan dicabut pihak kepolisian, otomatis statusnya ilegal. Apalagi keberadaan pihak keamanan jadi salah satu syarat penyelenggaraan pertandingan sepak bola.
Jika kami mau main, dan Maluku menang, risikonya sangat besar karena tak ada keamanan di lapangan. Siapa yang bisa menjamin para pemain Maluku tak mendapat tindakan anarkis dari penonton tuan rumah bila tim Papua kalah? Siapa yang melindungi pemain saya?
Apa Anda yang memutuskan mogok main?
Oh, tidak. Saya punya atasan yaitu Ketua Asprov PSSI Maluku dan Manajer Tim Robert Sitorus. Saya harus kordinasi dengan mereka. Setelah mendapat perintah tak usah main, baru saya komunikasikan kepada panpel dan tim Papua.
Sebenarnya apa yang terjadi di lapangan?
Tim Maluku sudah datang di Stadion Mandala dan siap dengan kostum pemanasan. Secara teknis dan mental, kami siap menghadapi tuan rumah. Tiba-tiba kami disodori panpel secarik kertas berisi surat pernyataan yang harus saya tanda tangani. Salah satu isinya pergantian nama Pra PON ini menjadi Piala Gubernur Papua.
Tiga manajer tim Papua, Papua Barat, dan Maluku Utara sudah menekennya. Tapi saya tak mau, karena pergantian nama ajang ini sudah menyalahi aturan. Kami hanya mau main di Pra PON, bukan Piala Gubernur Papua. Kata panpel, surat pernyataan itu untuk menyiasati agar izin dari Polda Papua tetap berlaku dan semua pertandingan selesai sesuai jadwal.
Tak hanya itu, ada keanehan lain soal tulisan Panpel Pra PON di kaos panpel pun ditutup lakban. Papan skor juga diubah. Bila pada hari pertama masih memakai nama Pra PON, malam itu diganti Piala Gubernur Papua. Sebenarnya niat teman-teman panpel Papua baik. Mereka ingin menghargai semua peserta yang telah datang ke Jayapura. Tapi secara aturan, langkah itu tetap salah.
Tapi panpel menganggap keputusan Maluku, bila sesuai aturan dinyatakan kalah WO. Bagaimana komentar Anda?
Saya hormati aturan itu karena di belahan dunia mana pun, aturannya sama. Kalau tim tak mau bertanding dinyatakan kalah WO. Tapi, mari berpikir bijak dan dewasa. Seharusnya dirunut lebih dahulu, kenapa kami tak mau bertanding. Apa penyebabnya dan sebagainya.
Tapi ada rumor dari pihak lain, alasan Maluku tak bertanding karena sebelumnya pernah dikalahkan Papua Barat. Jadi peluang Anda lolos sangat kecil.
Kami tak takut dengan tim mana pun. Soal kalah atau menang, itu wajar dalam olahraga. Kami siap menghadapi Papua. Saya juga sudah bikin pola dan strategi untuk mengalahkan mereka. Meski sudah kalah dari Papua Barat, kami masih punya peluang lolos bila dua partai tersisa bisa menang.
Pertandingan terakhir digelar Kamis (8/10/2015). Apakah Maluku tetap tak mau bertanding?
Ini sudah jadi keputusan bersama dari elemen tim. Mulai Asprov PSSI Maluku hingga manajer tim. Kami tetap tak mau bertanding. Meskipun di partai terakhir nanti, saat kami melawan Maluku Utara masih dinyatakan kalah WO. Proses babak kualifikasi ini sudah menyalahi aturan main.
Kami tak punya niat sabotase atau lainnya. Kalau situasi normal, kami akan bertanding hingga Pra PON ini selesai. Kami datang jauh dari Maluku dengan biaya besar dan siap bertanding. Kami bukan piknik atau jalan di Jayapura ini. Kami mengemban amanat warga Maluku.
Baca Juga:
Siasati Izin Polisi, Kualifikasi PON Zona Papua Ganti Nama
Hasil Laga Pra PON Zona Papua Terancam Tak Diakui
"Kalau Tim Transisi Mau Ganti Rugi, Bayar Kami Rp 1 Triliun!"