Umuh Muchtar, Bobotoh Sejati Maung Bandung

oleh Tengku Sufiyanto diperbarui 09 Okt 2015, 17:00 WIB
Manajer Persib Bandung, Umuh Muchtar, memulai kariernya sebagai manajer Maung Bandung dari sebagai seorang bobotoh. (Bola.com/Arief Bagus)

Bola.com, Bandung - Nama Umuh Muchtar sudah tidak asing lagi bagi para pencinta Persib Bandung. Pria berumur 67 tahun sudah mendedikasikan hampir seluruh hidupnya hanya untuk Maung Bandung.

Pria kelahiran 2 Juni 1948 tersebut sejak masa kanak-kanak sudah mengidolakan tim Pangeran Biru. Mulai jadi pendukung setia Persib, bobotoh, hingga jadi sosok penting di manajemen tim Maung Bandung. Sebutan bobotoh sejati pantas disematkan buat pria yang kerap dipanggil Pak Haji itu.

Advertisement

Pada suatu kesempatan, Umuh bersedia berbagi cerita kepada bola.com, bagaimana suka duka mendedikasikan hidupnya sejak jdi bobotoh hingga kini menjabat manajer Persib Bandung. Berikut kutipan wawancara bola.com dengan Umuh Muchtar:

Bagaimana awal cerita Anda menyukai Persib Bandung?

Saya dari dulu memang menyukai sepak bola. Saya main sepak bola di sekolah dan di kampung. Saya waktu itu duduk di kelas 3 atau 4 Sekolah Dasar (SD) ikut anak-anak dewasa main bola. Kami mempunyai tim namanya Persibas (Persib Babakan Surabaya). Saya dari kecil suka dengan Persib Bandung. Ke manapun Persib main, saya tonton. Saat masih kanak-kanak, saya biasanya nonton (Persib) bersama keluarga.

Tahun 1970-1982, saya bekerja di satu perusahaan produksi lampu terkenal milik Belanda. Saat itulah saya mulai menjadi bobotoh yang bertualang mengikuti ke mana pun Persib bermain. Tahun 1980, saya sudah ikut Persib. Ketika itu main di Jakarta, tidak tanggung-tanggung kami berangkat menggunakan dua sampai tiga mobil. Saat zaman Perserikatan, biasanya satu minggu ada pertandingan terus. Pernah saya satu minggu tidak pulang bersama para bobotoh yang lain. Sampai akhirnya, saya meninggalkan pekerjaan dan memulai usaha sendiri agar bisa terus menyalurkan dedikasi untuk Persib.

Apa hal yang paling berkesan ketika jadi bobotoh?

Pada 1986 Persib berhasil menjadi juara Perserikatan. Persib berhak mengikuti ajang Piala Champions Asia. Saya ingat betul pergi ke Thailand untuk menonton Persib. Saya masih ingat di situ, saya mengumpulkan uang dari seluruh bobotoh untuk diberikan kepada pemain. 

Di Thailand, kendaraan seperti bus dan truk harus melintas di sisi sebelah kiri jalan. Kalau bergeser ke sisi kanan akan dikenai sanksi tilang. Saat itu saya bersama bobotoh lainnya terburu-buru ingin menonton Persib. Kami meminta supir untuk melintas ke sisi kanan jalan dan memacu kendaraan. Hasilnya, kami dikenai sanksi tilang oleh pihak kepolisian lalu lintas Thailand yang memberhentikan bus kami. Uang yang tadinya kami kumpulkan untuk diberikan ke pemain, digunakan untuk denda tilang. Saya mengambil tanggung jawab dengan mengganti uang itu sehingga kami tetap bisa memberikan uang yang dikumpulkan kepada pemain. Itulah hal yang paling sangat berkesan dan tak akan pernah saya lupakan.

Bagaimana awal cerita Anda masuk ke manajemen Persib?

Semenjak itu saya punya kedekatan dengan para pemain, seperti Robby Darwis, Yusuf Bachtiar dll. Saya akhirnya juga dekat dengan para pengurus, pelatih, dan manajemen Persib. Saya mulai mendedikasikan apa yang saya punya untuk Persib. Saat itu, Persib main di Jakarta pada pertandingan final Perserikatan 1994. Saya dan teman-teman manajemen menyiapkan akomodasi dan konsumsi bagi para pemain. Ketika itu saya belum masuk kepengurusan Persib, tapi saya hobi mengikuti tim.

Pada 2008-2009, Dada Rosada (Wali Kota Bandung ketika itu) meminta saya untuk jadi manajer Persib. Namun, saya belum siap menerima tawaran tersebut dan menolaknya. Saya belum punya pengalaman apa-apa, saya menerima tawaran seandainya hanya jadi asisten manajer. Akhirnya, Jaja Sukarya menjadi manajer dan saya asistennya. Tahun 2010, saya merangkap jabatan ditunjuk sebagai salah satu Direktur Utama PT Persib Bandung Bermartabat (PBB), yang jadi pengelola Persib.

Ada kenangan soal masa awal duduk di manajemen Persib?

Tahun 2010 merupakan tantangan pertama saya menjadi asisten manajer dan salah satu dirut PT PBB. ketika itu klub tidak boleh menggunakan Anggaran Pemerintah Belanja Daerah (APBD). Padahal, saat itu Persib harus mendaftarkan diri ke PSSI untuk gelaran ISL 2010. Kalau terlambat, Persib akan didegradasi.

Saya tidak sanggup mencari puluhan miliar. Akhirnya banyak kalangan yang meyakinkan saya agar bekerja sama dengan sebuah perusahaan. Ada satu pemilik perusahaan yang bersedia bekerja sama. Saya lantas mengambil tawaran tersebut. 

Kemudian saya berpikir bagaimana mendanai operasional tim secara mandiri. Saya mempunyai ide untuk membuat Persib Card sebanyak 15 ribu dan dijual ke beberapa kalangan yang bisa menyumbangkan dana buat Persib. Saya jual ke pemilik pabrik-pabrik di Bandung. Banyak yang membelinya dari harga 2 sampai 5 juta rupiah.

Waktu itu saya serahkan semua dana untuk dipegang ke salah satu ketua bobotoh. Suatu ketika kami di manajemen butuh uang untuk membiayai operasional dari Persib Card. Namun, pengelolaan uang yang ada di ketua bobotoh tersebut tidak maksimal.

Saya sudah hitung, ada 13 ribu Persib Card yang terjual. Tapi, uang yang kami dapatkan hanya setengahnya, sisanya tidak ada. Saya sempat tanyakan di mana sisa uang itu, tetapi tidak ada kejelasan.

Saya lantas mengmpulkan para sesepuh bobotoh seperti, (Alm). Ayi Beutik dan Yana Umar. Mereka memberikan pendapat untuk menghentikan produksi Persib Card, kalau hasilnya disalahgunakan. Hingga akhirnya saya meminjam uang sebanyak 5 miliar rupiah untuk menutupi pendanaan klub. Akhirnya, saya dapat menutupi uang muka pemain, saya pun lega. 

Bagaimana awal cerita dan tantangan jadi manajer Persib?

Ada seorang pengusaha perusahaan masuk menjadi pemilik modal secara keseluruhan PT PBB. Saya tak lagi menjabat sebagai salah satu direksi di PT PBB dan menjabat sebagai manajer hingga sekarang. 

Soal tantangan, kala ISL 2015 terhenti saya mendapat tantangan yang sangat besar membuat Persib tetap eksis. Saya harus membiayai beberapa gaji pemain dengan uang pribadi. Sampai akhirnya ada gelaran Piala Presiden, saya harus membentuk sebuah tim. Saya datangkan lagi Makan Konate dan Vladimir Vujovic, termasuk Zulham Zamrun dengan biaya pribadi dibantu pula oleh asisten manajer, H. Mulyana.

Seperti apa Anda memandang bobotoh?

Bagi saya bobotoh adalah suplemen semangat Persib. Mereka yang memberikan semangat, motivasi bagi para pemain Persib. Hambar rasanya ketika Persib bermain tidak ada bobotoh. Dari dulu bobotoh tidak henti-hentinya memberikan dukungan kepada Persib.

Tidak bisa dimungkiri, seorang yang baru lahir di Jawa Barat sudah jadi bobotoh. Persib memang klub yang berasal dari kota Bandung, tapi saya yakin seantero Jawa Barat pasti mendukung Persib.

Seperti apa Anda memandang para pemain?

Pemain Persib sudah saya anggap sebagai anak dan keluarga. Saya yakin tidak semua klub merasakan kenyamanan dan keharmonisan seperti di Persib. Pemain dengan istri beserta keluarganya saling akrab. Istri-istri pemain mengadakan arisan yang dipimpin oleh istri saya dan istri wakil asisten manajer.

Saat bulan puasa, saya selalu menggelar acara buka puasa dan sahur bersama dengan para pemain, ofisial, pelatih beserta keluarga mereka masing-masing di villa pribadi saya. Semuanya menyatu, tidak ada anak emas dan anak tiri. Para pemain cadangan dan pemain inti sama pentingnya bagi Persib. Tidak ada pengelompokan antarpemain yang berasal dari Bandung dan luar Bandung. Semuanya sama di mata saya.

Berapa bonus yang Anda janjikan untuk pemain bila berhasil jadi juara Piala Presiden?

Saya sudah pasti akan memberikan bonus kepada pemain, pelatih, dan ofisial tim. Mulai babak penyisihan hingga semifinal saya sudah memberikan bonus. Apalagi, kalau Persib juara Piala Presiden. Hadiah Piala Presiden mencapai 3 miliar rupiah, saya akan berikan 70 persen untuk pemain, pelatih, dan ofisial. Sisanya, untuk biaya operasional. Saya pastikan keluarkan bonus dengan cepat, untuk pemain bila mampu jadi juara.

Siapa pemain idaman yang ingin Anda rekrut ke Persib?

Saya ingin merekrut Boaz Solossa. Wacana itu muncul dari pribadi saya sendiri. Saya suka dengan Boaz, kinerjanya bagus dan pemain profesional. Saya melihat Boaz sosok pemain yang bagus, tidak memberikan pelanggaran fatal terhadap lawan. Saya suka dengan Boaz, kapan Boaz mendapat kartu merah? tidak pernah.

Apa pesan Anda untuk Persib?

Saya ingin Persib tetap jaya, juara, tren, dan Persib selalu akan didoakan masyarakat Jawa Barat.

 

Baca Juga :

Ini yang Diwaspadai Persib dari Mitra Kukar di Leg 2

Taufiq Optimistis Antarkan Persib ke Final Piala Presiden

Lagi, Umuh Muchtar Janjikan Bonus Besar bila Persib Tembus Final