Bola.com, Sorong- Pelaksanaan Pra PON Zona Papua telah berakhir pada Kamis (8/10/2015). Namun ajang perebutan tiket cabor sepak bola ke PON Jabar 2016 itu tak berakhir manis. Pada perhelatan itu terjadi dua kali Walk Out (WO) yang dilakukan tim Maluku (Selasa, 6/10/2015) dan tim Papua Barat pada (Kamis, 8/10/2015).
Menurut pelatih PON Papua Barat Hanafi, ada beberapa pelaksanaan yang tak sesuai aturan dan terdapat unsur rekayasa untuk meloloskan tuan rumah Papua sebagai juara zona serta Maluku Utara (Malut) jadi runner-up untuk play-off dengan peringkat kedua Zona Sulawesi.
Berikut wawancara bola.com dengan Hanafi soal keganjilan selama penyelenggaraan Pra PON di Stadion Mandala Jayapura lalu.
Tim Pabar sempat bertanding pada hari pertama saat mengalahkan Maluku 2-0 dan hari kedua dikalahkan Maluku Utara 0-1. Tapi mengapa hari terakhir mogok main?
Hari pertama (Minggu, 4/10/2015), pelaksanaan Pra PON berjalan lancar dan sesuai aturan. Tapi hari kedua mulai terjadi keganjilan dan rekayasa. Saat kami main sore melawan Maluku Utara, sebenarnya saya sudah curiga. Saya dapat kabar kalau izin keramaian sudah dicabut Polda Papua berdasar surat dari Tim Transisi ke Mabes Polri.
Sebelum main, kami disodori panpel kertas berisi pernyataan kalau Pra PON ini berganti nama jadi Piala Gubernur Papua untuk menyiasati agar izin tetap berlaku dan pertandingan berjalan seperti biasa. Karena berniat baik demi kelancaran, kami menandatangani surat itu.
Tapi saat pelaksanaan, kecurigaan kami muncul. Saat pemain masuk lapangan tak terdengar FIFA Anthem dan tak ada bendera Fair Play seperti di hari pertama. Saya makin penasaran lagi karena tulisan Panpel Pra PON di kaus panpel ditutup lakban, serta papan skor pun tak tertulis Pra PON.
Selain keganjilan itu, apa ada keanehan lainnya?
Banyak. Ketika undian jadwal, Sabtu (3/10/2015) malam, wakil Papua tak hadir. Tapi hasilnya tampaknya sudah diatur kalau tuan rumah selalu main malam hari. Ini cara-cara rekayasa yang telah bertahun-tahun terjadi di sepak bola kita bila tuan rumah selalu diuntungkan jadwal.
Kenapa Pabar mulai mogok main di laga terakhir, setelah kalah dari Malut. Tampaknya Anda hanya ikut-ikutan apa yang dilakukan Maluku. Analisisnya, tim Anda akan sulit lolos ke PON karena lawan terakhir tuan rumah. Bagaimana pendapat Anda?
Saya sudah lama berkecimpung di sepak bola, mulai jadi pemain hingga pelatih. Saya selalu menekankan sportivitas kepada pemain saya. Soal kalah menang sudah biasa di olahraga. Ketika dikalahkan Maluku Utara 1-0, saya akui anak-anak bermain bagus. Saat menang atas Maluku main jelek tapi menang. Artinya, saya akui penampilan tim saya tak stabil.
Soal mogok main, kami lakukan murni karena akumulasi kekecewaan akibat rekayasa di Pra PON ini. Bukan takut dengan tuan rumah. Saya juga yakin tim saya bisa menandingi Papua. Tapi saya memang setuju dengan pendapat teman-teman Maluku ajang ini jadi pertandingan ilegal karena tak ada izin kepolisian setelah Tim Transisi mengeluarkan surat larangan itu. Saya akui, kami ikut arahan Tim Transisi saja.
Selama tiga kali penyelenggaraan Pra PON, Papua selalu jadi tuan rumah dan diuntungkan. Kenapa zona ini tidak pernah digelar di Ambon (Maluku) atau Ternate (Malut)? Mereka kan juga punya stadion bagus.
Anda pernah memberitahu kalau Direktur Kompetisi PSSI Tommy Welly (Towel) hadir di Jayapura. Apa pengaruhnya terhadap penyelenggaraan pertandingan terakhir?
Saya sempat diundang Towel ke hotelnya dan diminta untuk tetap bertanding melawan Papua. Tapi saya tolak karena pelaksanaan Pra PON sudah melenceng dari aturan. Seperti administrasi pemain Malut yang hanya menyetor KTP sebagai bukti keabsahan pemain. Padahal tim lain lengkap dengan ijazah dan akte kelahiran. Seperti Pra PON zona lain yang batal karena izin dicabut, maka saya anggap kasus di sini juga seperti itu.
Saya menilai sebagai Direktur Kompetisi PSSI, Towel tak tahu aturan pertandingan sepak bola. Mau jadi apa sepak bola Indonesia? Setelah Towel datang, saya dengar info prosesi pertandingan memakai FIFA Anthem dan bendera Fair Play. Saya anggap ini akal-akalan, karena mereka tahu kami tak main. Analisis saya, prosesi resmi itu sebagai cara legalisasi dan bukti dalam laporan pertandingan kalau semua telah berjalan sesuai aturan. Itu cara mengesahkan kalau kami kalah WO.
Baca Juga:
Siasati Izin Polisi, Kualifikasi PON Zona Papua Ganti Nama
Hasil Laga Pra PON Zona Papua Terancam Tak Diakui
Panpel Pra PON Papua Tak Mau Disupervisi Tim Transisi
Baca Juga
Kepada Media Italia, Erick Thohir Berjanji Akan Terus Menaturalisasi Pemain Sambil Pembinaan Pemain Muda
Erick Thohir Blak-blakan ke Media Italia: Timnas Indonesia Raksasa Tertidur, Bakal Luar Biasa jika Lolos ke Piala Dunia 2026
Erick Thohir soal Kemungkinan Emil Audero Dinaturalisasi untuk Timnas Indonesia: Jika Dia Percaya Proyek Ini, Kita Bisa Bicara Lebih Lanjut