Bola.com, Surabaya - Kasus dualisme Persebaya ternyata mendapat sorotan dari sejumlah tokoh sepak bola Surabaya. Mereka pun mengaku prihatin dengan terus bergejolaknya sengketa pengelolaan Persebaya ini.
Mantan Ketua Umum Persebaya Arif Afandi mengaku sedih melihat konflik berkepanjangan tersebut. Pasalnya, Persebaya secara moral milik masyarakat Surabaya dan tak seharusnya ada pihak-pihak yang merasa lebih berhak atas Persebaya.
Menurut Arif, sebaiknya pemerintah Surabaya bisa memediasi dua pihak yang berseteru, PT Persebaya Indonesia (PT PI) dan PT Mitra Muda Inti Berlian (PT PI) untuk mencari jalan keluar yang terbaik.
Pemerintah dalam hal ini Walikota Surabaya Tri Rismaharini. Sebab, sebenarnya sebagai representasi masyarakat Surabaya, Pemkot Surabaya, adalah pemilik Persebaya yang sebenarnya. “Supaya konflik seperti ini tidak terus terjadi,” katanya.
Arif sendiri mengaku tertarik dengan ide Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok saat hendak memasukkan Persija ke salah satu sub dari BUMD milik Pemprov DKI dalam menyelesaikan masalah Persebaya ini.
“Jadi Persebaya itu menjadi semacam sub unit usaha BUMD Surabaya. Karena secara value, Persebaya ini sangat tinggi. Kalau dikelola dengan baik, Persebaya bisa menjadi usaha yang untung, bukan merugi seperti sekarang,” tutur mantan wakil walikota Surabaya itu.
Ia yakin, jika Persebaya dipegang langsung oleh Pemkot Surabaya, dualisme Persebaya bisa diakhiri. “Bukan seperti sekarang, semua pihak mengklaim sebagai pihak yang lebih berhak atas Persebaya. Dengan cara tersebut, semua pihak bisa legawa, perpecahan bisa disatukan kembali karena Pemkot Surabaya adalah representasi masyarakat Surabaya,” tutur Arif.
Hal yang sama diutarakan Edi Yuwono Slamet. Mantan Sekretaris Persebaya di era 90-an itu meminta semua pihak agar tak merasa sebagai pihak yang paling benar. Edi pun menyayangkan ada pihak yang mendaftarkan logo dan nama Persebaya ke Dirjen HKI.
“Karena logo dan merek Persebaya itu milik masyarakat Surabaya. Jangan sampai hanya demi kepetingan kelompoknya, lantas merugikan masyarakat Surabaya,” tutur Edi.
Ia juga meminta semua pihak menahan diri dan mencoba menyelesaikan masalah ini dengan cara-cara yang bijak. Bukan dengan menganggap dirinya benar, dan yang lain salah.
“Setahu saya Persebaya ini milik masyarakat Surabaya. Representasinya adalah klub internal dan Pemkot Surabaya, bukan perorangan seperti sekarang. Tapi karena klub internal juga terpecah, sebaiknya Pemkot Surabaya yang mengambil inisiatif untuk menyelesaikan masalah ini, jangan dibiarkan menggelinding liar seperti sekarang,” keluhnya.
Baca juga :
Dualisme Persebaya: Bonek FC dan Persebaya 1927 Sulit Berdamai
Saleh Mukadar Sudah Out, Tinggal Cholid dan Prastowo di Persebaya