Bola.com, Solo - Kerutan-kerutan muka tampak jelas di wajah Benny Dollo. Di usia yang sudah manula 65 tahun, pria berasal dari Manado tersebut masih tetap eksis di jajaran elite kancah sepak bola Tanah Air. Benny, yang punya panggilan akrab Bendol (singkatan nama), masih terlihat menikmati pekerjaan memberi instruksi dari pinggir lapangan.
Gayanya yang santai tapi tegas dalam mengasiteki anak asuhannya, membuat Benny Dollo menjadi sosok yang disegani lawan maupun kawan. Bendol dikenal sebagai figur pelatih yang tegas (terkadang galak) dan cerdik dalam berstrategi.
Jangan heran jika Bendol terhitung pelatih yang laku di pasaran. Di setiap tahunnya selalu dilirik klub-klub untuk menggunakan jasanya. Tercatat selama mengabdi 33 tahun di dunia sepak bola Indonesia mantan juru racik taktik Persma Manado itu telah melatih 10 klub nasional.
Klub pertama yang ia latih adalah klub UMS 80. Pada tahun perdananya membesut tim asal Kota Jakarta itu Bendol gagal mengangkat nama UMS 80. Mereka kalah bersaing dengan Yanita Utama yang menjadi juara Galatama (Liga Sepak Bola Utama) di tahun 1983.
Satu musim setelah itu Bendol memperbaiki skuatnya yang ada. Namun, lagi-lagi ia kalah bersaing dengan sang juara bertahan Yanita Utama. Setelah di partai puncak yang disaksikan ribuan pasang mata UMS 80 dikalahkan Yanita Utama dengan skor 0-2.
Setelah dua musim melatih UMS 80, pria kelahiran 22 September 1950 itu memutuskan berkelana ke klub-klub nasional. Seperti Pelita Jaya Jawa Barat, Persita Tangerang, Arema Malang, dan terakhir adalah Sriwijaya FC yang telah dibesutnya pada tahun 2015 ini.
"Gara-gara cedera lutut saya banting setir menekuni profesi melatih. Sebagai langkah awal saya melatih klub anggota Persija Jakarta, UMS 80. Hitungannya di saya mengabdi klub yang dididirikan almarhum drg. Endang Witarsa. Saat masih aktif bermain saya dibesarkan klub ini," kata Bendol saat berbincang dengan bola.com di Hotel Riyadi Palace, Solo, sehari setelah duel semifinal kedua Piala Presiden 2015 melawan Arema Cronus.
Pilihan Benny membesut tim kecil dengan pertimbangan ilmu melatihnya masih sedikit. "Saya sadar diri tidak mungkin saya langsung berkecimpung di klub nama besar. Belajar memenangi perkara kecil dulu baru kemudian menaklukan perkara besar," cerita Bendol yang dikenal sosok yang religius.
Pengalaman yang tak bisa dilupakan selama melatih
Dari sekian banyak klub yang telah dilatihnya, Bendol, mengatakan mempunyai kenangan indah masih saat membesut Persita Tangerang dan Arema Malang. Sebab bersama dua klub tersebut, pelatih bernama lengkap Benny Selvianus Dollo merasa "berhasil" sebagai arsitek di kedua klub tersebut.
Di Persita Bendol sukses mengecap posisi runner-up di Liga Indonesia pada 2002. Mereka kalah dari Petrokimia Putra 1-2 pada laga puncak yang digelar di Stadion Utama Gelora Bung Karno, Jakarta, pada Minggu, 7 Juli 2002. Pada duel final Persita sempat unggul lewat gol Ilham Jayakesuma, sebelum akhirnya kubu lawan mencetak gol sumbangsih Samuel Celbi dan Yao Eloi (perpanjangan waktu).
Walau gagal juara Bendol merasa puas. Persita bukan klub yang dihitung bisa berprestasi kala itu. Klub berjulukan Tim Cisadane tak pernah punya prestasi memesona di era kompetisi perserikatan. Mereka kalah menterang dibanding Persija Jakarta, PSMS Medan, Persebaya Surabaya, atau Persib Bandung.
Yang terasa istimewa bagi Bendol, Persita mengarungi kompetisi Liga Indonesia dengan banyak pemain muda. Ia mengorbitkan nama-nama bintang belia macam Firman Utina, Ilham Jayakesuma, Maman, dan Zaenal Arif.
"Saya merasa berhasil jadi pelatih karena bisa memunculkan nama-nama pemain muda potensial yang bisa diberdayakan membela Timnas Indonesia," ucap Benny yang didapuk jadi pelatih Timnas Indonesia pada 2000-2002.
Bendol mengaku punya banyak kenangan manis saat menahkodai Arema Indonesia. Saat menjadi arsitek klub asal Kota Malang itu Bendol sukses meraih juara Divisi Satu Liga Indonesia pada tahun 2004 dan menyabet trofi Copa Indonesia (Piala Indonesia) tahun 2005, 2006.
Benny Dollo merasakan masa-masa sulit pada awal menukangi Tim Singo Edan. Klub baru saja terdegradasi dari pentas Liga Indonesia. "Tidak mudah melatih tim yang mentalnya tengah terpuruk. Beruntung saya mendapat dukungan penuh dari pihak Bentoel, yang saat itu mengelola Arema, untuk membangun tim. Jadilah Arema tim yang solid di kompetisi kasta kedua musim 2004," cerita Bendol.
Sukses mempersembahkan gelar juara Divisi I, Arema menjelma jadi kekuatan yang menakutkan di musim berikutnya. Arema juara Copa Indonesia setelah menaklukkan tim bertabur bintang Persija dengan skor 4-3 di Stadion Utama Gelora Bung Karno, Senayan. Hebatnya musim 2006 pasukan Kera-kera Ngalam mengulangi pencapaian juara. Kali ini mereka menang 2-0 kontra Persipura Jayapura di Stadion Gelora Delta, Sidoarjo.
"Saya sangat menikmati masa-masa melatih Arema. Tim amat solid luar dan dalam. Kebersamaan antaranggota tim amat erat," ujar pelatih kelahiran Manado, 22 September 1950 itu.
Bendol bercerita, selama menjalani profesi melatih tak selamanya terasa indah. Ada juga momen-momen tak mengenakan juga sempat ia rasakan. Ia memberi contoh ketika menukangi Persija Jakarta pada musim lalu. Macan Kemayoran yang difavoritkan juara di pentas tertinggi kompetisi Indonesia itu tak bisa berbuat banyak. Persija gagal lolos ke babak 8 besar Indonesia Super League 2014. Mereka kalah bersaing dengan tim kuda hitam Pelita Bandung Raya di fase babak reguler.
"Banyak masalah internal terjadi di Persija kala itu, sehingga tim meraih kurang maksimal. Mungkin waktu itu juga tim berada pada posisi kurang menguntungkan,
seperti saat saya di Persija kemarin, memang banyak permasalahan internal yang terjadi," tuturnya.
Sejatinya Benny Dollo tak bisa dibilang gagal di Macan Kemayoran. Di ISL 2013, ia jadi juru selamat Persija. Sang mentor yang masuk di pertengahan musim membantu Tim Macan Kemayoran keluar dari lubang zona degradasi. Persija pada musim ini tengah terpuruk karena problem krisis keuangan yang terbilang akut.
"Sehingga kami tidak dapat mengangkat Persija masuk ke jenjang lima besar pada waktu itu. Itu merupakan suatu pengalaman yang saya lewati," imbuh Bendol.
Pengabungan melatih dengan catur
Menurut Bendol hobinya adalah bermain catur. Olahraga yang lebih menggunakan otak dalam setiap langkah itu sedikit banyak membantunya dalam meracik strategi untuk tim yang dibelanya.
Sebab, Bendol menilai kedua bidang olahraga yang bertolak belakang itu sebenarnya mempunyai kaitan erat. Sehingga ada faktor-faktor yang dikombinasikannya saat meracik strategi dalam melatih.
Alhasil, ia kerap kali mengeluarkan strategi-strategi hasil dia bermain catur. Yang menurutnya pas sekali untuk diterapkan dalam mematangkan strategi yang ia gunakan selama ini.
"Ya dulunya saya bermain catur, tapi sekarang sudah tidak ada lawan, jadi tidak bermain lagi. Itu memang merupakan suatu bagian dari strategi dalam suatu pertandingan."
"Jadi itu mempunyai kaitan erat olahraga catur denga sepak bola, karena di situ ada pematangan strategi dan taktik bermain," tutup Bendol meyudahi perbincangan dengan bola.com.
Baca Juga:
Presenter Cantik Ini Dukung Sriwijaya FC Juara Piala Presiden