Bola.com, Taipeh - Kegagalan pebulutangkis tunggal putra Indonesia, Ihsan Maulana Mustofa, menjejak final turnamen China Taipeh Terbuka Grand Prix (GP) 2015 memang terbilang cukup menyakitkan. Apalagi, Ihsan sejatinya sempat membuka peluang menang setelah memenangi gim kedua dan memaksakan duel kontra wakil tuan rumah, Wang Tzu-wei, berlanjut rubber.
Sayang, kerja keras Ihsan tersebut jadi sia-sia manakala banyak keputusan hakim garis yang merugikan dirinya. Terutama di gim ketiga, yang menjadi penentu.
Saat kedudukan 8-13 di gim ketiga, Ihsan melayangkan protes keras atas keputusan hakim garis, yang menyatakan bola pengembalian Wang di sudut belakang lapangan masuk. Sebaliknya, menurut pemain pemusatan latihan nasional (pelatnas) ini, bola tersebut jatuh jauh di luar garis lapangan.
Setelah itu, Ihsan mulai kehilangan fokus bertanding, dan banyak melakukan kesalahan sendiri sehingga memberi poin gratis kepada lawannya. Padahal, menurut pelatih tunggal putra, Marlev Mainaky, kekalahan Ihsan ini bisa tidak terjadi jika dia bermain lebih santai. Di akhir laga yang berlangsung di Hsing Chuang Gymnasium, Sabtu (17/10/2015), Ihsan tumbang 10-21, 21-8, dan 15-21.
"Ihsan banyak mendapat pelajaran dari pertandingan ini. Kalau saja dia bisa menjaga emosi saat gim ketiga, mungkin ada peluang ke final," tutur Marlev, dilansir situs resmi PBSI.
"Namun sebagai pemain muda, Ihsan masih belum bisa mengontrol emosi saat merasa dicurangi hakim garis. Padahal sebelumnya, dia bisa meraih berapa poin sekaligus,” lanjutnya.
Di atas kertas, kekuatan Ihsan dan Wang sebetulnya berimbang. Malah, kalau melihat dari sisi peringkat dunia, posisi Ihsan justru lebih baik. Pemain kelahiran Tasikmalaya, Jawa Barat, itu, kini menempati peringkat 43 dunia. Unggul enam setrip dari Wang, yang berada di peringkat 49 dunia.
"Saya kecewa sekali dengan keputusan hakim garis, yang terjadi beberapa kali di pertandingan ini. Namun, yang paling parah terjadi di gim ketiga," ujar Ihsan.
"Sejak saat itu saya merasa kesal dan kehilangan fokus," sesalnya.
Meski Ihsan gagal menembus partai puncak, Indonesia tetap berpeluang membawa pulang gelar juara. Pada laga semifinal di pool atas, dua pemain senior Tanah Air, Sony Dwi Kuncoro dan Simon Santoso, akan saling bertarung guna memperebutkan tiket final.
Sejarah mencatat, duel 'perang saudara' ini bakal menjadi pertemuan ketiga buat keduanya setelah terakhir berjumpa di Jepang Terbuka Super Series 2009.
Baca Juga:
Tontowi / Liliyana Segel Tiket Semifinal
Ahsan / Hendra Terhenti, Indonesia Sisakan 2 Wakil di Denmark SSP