Aremania, Biru Timur yang Bergelar Dua Juara tanpa Mahkota

oleh Wiwig Prayugi diperbarui 19 Okt 2015, 13:00 WIB
Bendera raksasa disulap jadi tempat berteduh sekelompok Aremania saat menyatroni Solo, Minggu (11/10/2015). Mereka datang untuk mendukung Arema yang menjajal Sriwijaya FC di semifinal kedua Piala Presiden 2015. (Bola.com/Nicklas Hanoatubun)

Bola.com, Malang - Final dua biru. Itulah yang diprediksikan oleh banyak pengamat sepak bola pada Piala Presiden 2015, yang tuntas digelar pada Minggu (18/10/2015) malam.

Persib Bandung dan Arema Cronus difavoritkan bertemu pada final karena berbagai alasan. Selain diperkuat banyak pemain bintang, Persib dan Arema merupakan klub yang memiliki nama besar plus basis pendukung kuat. Tentu jadi partai final yang sangat seksi. 

Advertisement

Akan tetapi, pertemuan dua biru itu gagal. Biru barat alias Persib yang sukses melaju ke final dan meraih juara setelah mengalahkan Sriwijaya FC 2-0 di Stadion Utama Gelora Bung Karno. Arema, alias Biru timur, berhasil mengobati kekecewaan dengan meraih tempat ketiga setelah menekuk Mitra Kukar 2-0. 

Kegagalan Arema ke final memutus dominasi Singo Edan pada turnamen. Seperti diketahui, Arema Cronus dapat julukan sebagai raja turnamen pada tahun 2013-2015. Dalam rentang waktu itu, Arema mengumpulkan delapan titel dari sembilan turnamen yang dihelat oleh berbagai pihak.

Kejayaan Arema pada turnamen dimulai saat mereka kampiun Piala Menpora 2013, lalu Piala Gubernur Jatim 2013, Inter Island Cup 2014, SCM Cup 2015, Trofeo Persija (2014 dan 2015), kemudian pada tahun 2015 mereka juara Bali Island Cup dan Sunrise of Java Cup. 

Terlepas dari kegagalan Arema ke partai puncak Piala Presiden, ada dua pihak yang memberi gelar khusus kepada Malang. Ya, suporter Arema, Aremania mendapat pujian dua kali dari orang yang berbeda. Hal itu terjadi setelah Aremania menggelar tur ke Solo, untuk mendukung Cristian Gonzales dkk. pada partai semifinal kedua melawan Sriwijaya FC.

Saat itu, Tim Singo Edan kalah 1-2 atas Sriwijaya, pada laga yang digelar di Stadion Manahan Solo, 11 Oktober 2015. Arema kalah sekaligus gagal ke final karena kalah agregat 2-3. Ribuan Aremania yang memenuhi Manahan kecewa, namun mereka tetap pulang dengan kepala tegak karena berlaku sopan dan tertib. Atas perilaku tersebut, Polresta Solo memberi pujian. Kepolisian menyatakan salut kepada Aremania yang pulang dengan tertib meski timnya kalah.

Bendera raksasa dan syal jadi senjata utama bagi Aremania untuk memberi dukungan ke Arema Cronus saat menjalani duel leg kedua semifinal Piala Presiden menghadapi Sriwijaya FC di Stadion Manahan, Solo, Minggu (11/10/2015).(Bola.com/Nicklas Hanoatubun)

Pujian kepada Aremania bertambah lagi. Setelah dari kepolisian, giliran penyelenggara turnamen, Mahaka Sports and Entertainment melempar sanjungan kepada Aremania. CEO Mahaka, Hasani Abdulgani, salut karena Aremania selalu membirukan stadion di mana pun Arema berlaga dan pulang dengan tertib.

"Sikap yang sportif seperti itu yang patut dicontoh. Sepak bola jadi begitu indah dan nikmat. Salut kepada Aremania," kata Hasani.

"Pada Piala Presiden, tak hanya Arema, tapi semua suporter dari klub peserta sangat menghibur dan memberi warna turnamen. Mereka juga tertib," ucapnya.

Aremania tak akan berhenti berkreasi. Mereka membuktikan diri tetap eksis meski kompetisi vakum, dengan cara yang lebih spektakuler, yakni mengibarkan bendera Merah-Putih terbesar di Indonesia dan di Dunia yang dibuat oleh suporter sepak bola. bola.com secara eksklusif mengikuti perjalanan Aremania menjahit bendera raksasa seluas lapangan sepak bola, yang sudah dikebut sejak akhir September 2015 di Tangerang.

"Ada pesan khusus dari ide membuat bendera raksasa. Kami ingin suporter di Indonesia tidak lagi terpecah," kata Sam Budi Semar, Aremania Tangerang yang menjadi penanggung jawab proyek bendera terbesar itu. 

Aremania mengusung semangat kesatuan suporter untuk sepakbola Indonesia merancang dan membuat bendera Merah-Putih terbesar di dunia bertempat di Lapangan Futsal Semeru, Tangerang, Selasa (13/10/2015). (Bola.com/Nicklas Hanoatubun)

Tak hanya itu. Aremania juga sukses menuntaskan pesta mereka di Bali, saat Arema melakoni partai perebutan peringkat ketiga Piala Presiden. Di Stadion I Wayan Dipta Gianyar, Aremania Bali dan Aremania dari Malang yang melakukan tur tetap bersorak mendukung klub kebanggaan. 

Mereka mematuhi imbauan dari para sesepuh Arema, seperti Anto Baret dan Harie Pandiono, untuk tidak ikut campur dalam partai final yang melibatkan Persib Bandung dan Sriwijaya FC di Jakarta. 

"Saya sangat bangga teman-teman Aremania menjaga perdamaian dan sportif selama penyelenggaraan Piala Presiden," kata Harie. 

Bagi Aremania, dua 'gelar' yang diberikan oleh Polda Jateng dan Mahaka tak menghasilkan materi. Namun, dua pujian itu adalah hadiah terindah untuk mengobati kekecewaan setelah memeras keringat di stadion dan menjalani perjalanan tandang melelahkan. 

Baca Juga: 

Aremania Kibarkan Bendera Merah-Putih Terbesar di Dunia

Nyanyian Aremania Terus Berkumandang di Stadion Dipta

Aremania: Kapan Saja, di Mana Saja, Mereka Hadir untuk Arema

Berita Terkait