Bola.com, Karanganyar - Bagi pencinta sepak bola di Jateng, khususnya Kota Solo dan sekitarnya, Stadion Mini Plumbon masih terdengar asing di telinga, apalagi di kalangan penggemar olahraga bal-balan nasional.
Masyarakat luas bisa jadi lebih mengenal kemegahan Stadion Manahan Solo maupun Sriwedari yang jadi venue Pekan Olahraga Nasional (PON) I 1948. Maklum, Stadion Mini Plumbon terletak di kaki Gunung Lawu, tepatnya di Kecamatan Tawangmangu, Karangnyar. Butuh waktu sekitar satu jam perjalanan dari Kota Solo menuju ke lokasi.
Walau masih asing, stadion itu diprediksi bakal dijejali ribuan penonton saat gelaran Piala Bupati Karanganyar, 31 Oktober-15 November. Salah satu penyebabnya, delapan tim Divisi Utama bakal beradu performa di sana.
"Stadion ini baru berdiri sekitar 2,5 tahun karena dulunya area persawahan. Karena pimpinan desa hobi sepak bola, akhirnya dibangun Stadion Mini Plumbon," ungkap Ketua Lembaga Pemberdayaan Masyarakat Desa (LPMD) Plumbon, Suhardi, saat berbincang dengan bola.com, Kamis (23/10/2015).
Berdirinya stadion itu merupakan peran besar Kepala Desa setempat, Suwaji. Berawal dari areal persawahan luas, lokasi itu disulap sang kades jadi arena sepak bola. Lokasinya yang berada di dataran tinggi membuat suhu di sekitar stadion cukup sejuk.
Selain pesona alam khas pegunungan, kualitas lapangan layak mendapat acungan jempol. Perawatan rutin rumput terlihat saat menginjakkan kaki di lapangan.
"Memang perawatan rutin dilakukan dengan penyiraman air setiap hari. Lalu pemupukan dua pekan sekali serta pemotongan rumput sebulan sekali," kata Suhardi.
Saat ini Stadion Mini Plumbon terus bersolek. Usai penambahan tribun penonton, perangkat desa juga menambah kursi untuk pemain cadangan, serta beberapa fasilitas lain seperti kamar kecil untuk penonton.
Informasi yang didapat dari panitia, delapan klub Divisi Utama yang berpartisipasi dalam turnamen Piala Bupati Karanganyar adalah Persis Solo, Madiun Putra, PSIR Rembang, Persiba Bantul, Persipur Purwodadi, PSBK Kota Blitar, PPSM Magelang, dan Persijap Jepara.
Di saat vakumnya kompetisi seperti sekarang, turnamen sekecil apapun sangat berarti tak hanya bagi pelaku sepak bola melainkan juga mereka yang menggemari si kulit bundar. Pencinta sepak bola negeri ini juga sudah rindu melihat tontonan olahraga bal-balan. Maka tak heran bila stadion 'sekelas' mini plumbon ini akan penuh dihadiri warga yang antusias dan rindu dengan aksi dari lapangan hijau.
Baca Juga :
Feature: Suara Hati Ibu Penjual Telur di Stadion H. Agus Salim
Feature: Penantian Panjang Jakmania Menyaksikan Kejayaan Persija
Feature: Like Father Like Son, Frans Sinatra dengan Gideon Marcel