Bola.com, Makassar - Sejak tampil apik bersama Timnas Indonesia U-19 di Piala AFF U-19 2013 silam nama Evan Dimas Darmono melambung tinggi. Dengan bekal skill individu di atas rata-rata pesepak bola Indonesia, wajar jika pemain muda asal Surabaya ini digadang-gadang menjadi salah satu bintang masa depan sepak bola Indonesia.
Namun, seiring vakumnya kompetisi Indonesia Super League 2015, nasib pemain jebolan SSB Mitra Surabaya ini terlihat tak menentu. Ia seperti turun kelas bermain dalam sejumlah turnamen antar kampung (tarkam) di berbagai daerah. Klub yang dibelanya Surabaya United memilih membiarkan pemain andalannya mencari peruntungan di turnamen-turnamen amatir.
Hal yang wajar mengingat Surabaya United kering pendanaan karena kompetisi ISL mati suri.
Apa alasan gelandang serang yang sempat mengikuti sesi trial di klub Divisi II Spanyol, Llagostera, memilih sering main di Tarkam? Padahal risiko cedera sangat tinggi.
Berikut petikan wawancara bola.com dengan Evan Dimas Darmono di Makassar, di sela-sela aktivitas pemain membela Persipare Parepare di turnamen Habibie Cup:
Apa alasan Anda memilih sering main tarkam belakangan ini?
Daripada menganggur di rumah, mending main tarkam. Gak betah terlalu lama menganggur. Saya bisa stres kalau tidak main bola. Selain untuk mengisi kekosongan, lumayan bisa dapat penghasilan untuk menutupi kebutuhan.
Memang sampai seberapa besar kebutuhan ekonomi yang harus Anda penuhi sehingga memutuskan sering bermain tarkam?
Adik-adik butuh biaya untuk sekolah. Meski orang tua tidak pernah menuntut agar saya bantu biayai adik, saya ini anak tertua, ingin bantu meringankan beban mereka. Bayaran tampil di tarkam lumayan membantu. Saat kompetisi berhenti bisa dibilang penghasilan saya berkurang draktis, karena klub memangkas besar-besaran gaji bulanan.
Sejak kompetisi vakum sampai saat ini sudah berapa kali main tarkam dan di mana saja?
Sekitar lima kali saya ikut bermain tarkam. Di Surabaya dan beberapa daerah lain macam Pasuruan, Brebes, hingga Parepare.
Dibayar berapa untuk sekali tampil? Atau langsung dibayar sampai turnamen selesai?
Enggak tentu, tergantung besar kecilnya kelas turnamennya. Kalau besar, dapatnya juga lumayan, kalau kecil ya menyesuaikan. Soal berapa besarannya, saya tidak bisa sebutkan. Karena itu rahasia saya dengan tim yang menggunakan jasa saya.
Baca Juga
Apakah Anda tidak khawatir cedera karena kualitas pertandingan amatir berbeda dengan profesional. Belum lagi lapangan yang dipakai rata-rata tidak bagus?
Kekhawatiran pasti ada, tapi saya selalu mawas diri. Saya juga pasrahkan sama Allah SWT supaya dilindungi dan dijaga. Alhamdulillah, sejauh ini tidak pernah kena. Baik karena kondisi lapangan, maupun kontak fisik dengan pemain lawan. Kalau pun cedera tidak sampai parah.
Apakah klub tahu kalau Anda main tarkam. Anda meminta izin ke manajemen?
Klub pasti tahu saya main tarkam. Soal izin, saya tidak minta izin klub. Tidak enak juga kalau mereka tahu saya main tarkam.
Bukankah klub melarang pemain Surabaya United untuk tampil di Tarkam, kecuali minta izin lebih dulu?
Iya saya tahu, karena itu saya tidak pamit ke klub jika main tarkam, karena klub pasti khawatir, bahkan bisa jadi saya dilarang. Saya tahu ini salah, tapi saya tidak betah terlalu lama menganggur. Kaki ini rasanya gatal kalau tidak main bola.
Kenapa tidak dikomunikasikan dulu, padahal Surabaya United belum tentu melarang aktivitas sampingan Anda?
Iya benar, saya sendiri yang khawatir. Seharusnya saya komunikasi dulu dengan klub sebelum ambil tawaran main tarkam.
"Semoga kompetisi profesional di Indonesia bisa kembali berputar, agar kami para pemain bisa kembali mendapat penghasilan yang layak."
Apakah tidak berniat bermain di kompetisi luar negeri?
Ada keinginan main di luar negeri. Tapi sejauh ini belum ada yang menyodorkan kontrak permanen, hanya semacam trial. Kalau cuma menjalani tes, saya kurang berminat. Karena lelah di perjalanan, tapi hasilnya belum tentu sesuai dengan harapan.
Setelah UE Llagostera, adakah tawaran trial atau kontrak permanen dari klub lain?
Ada, dari Espanyol. Saya diberi tahu orang kepercayaan Pak Gede Widiade (CEO Surabaya United) yang punya hubungan baik dengan klub asal Spanyol itu. Tapi lagi-lagi hanya trial.
Kabarnya pertengahan November ini saya diminta ke sana. Tapi belum tahu, saya berangkat atau tidak. Saya pilih menunggu perintah dari Pak Gede saja.
Seandainya diminta untuk kembali menjalani trial di klub luar negeri oleh petinggi klub, Anda bersedia?
Saya tidak bisa menolak. Karena saya masih terikat kontrak dengan klub. Apalagi klub pasti tahu yang terbaik buat saya.