Bola.com, - Ketika perkembangan seni beladiri tradisional pencak silat di Indonesia terlihat stagnan, di Austria justru sebaliknya. Di negara yang sangat jauh dan mungkin kurang begitu populer bagi masyarakat umum Indonesia, pencak silat mulai digemari.
Pencak Silat Verband Oesterreich (PSVOe) atau Persatuan Pencak Silat Austria memiliki 10 perguruan pencak silat, yakni Silat Akademie, Pencak Silat Tapak Suci, Seni Gayung Fatani Austria, Seni Gayung Fatani Perchtoldsdorf, Seni Gayung Fatani Baden, Silat Harimurti, Pencak Silat Panglipur, Pencak Silat Perpi Mataram, Aliran Bersatu, dan Pencak Silat Anak Harimau. Semua perguruan ini terdaftar resmi di bawah federasi.
Baca Juga
Di antara 10 sekolah silat tersebut, Pencak Silat Anak Harimau yang cukup aktif mempromosikan kesenian beladiri Indonesia ini. Perguruan yang didirikan Stefan Taibl ini tidak hanya aktif mengajarkan jurus-jurus silat asal Sumatra Barat ke masyarakat Austria, tapi juga sering membantu Kedutaan RI dan masyarakat Indonesia saat menggelar pagelaran budaya.
Bola.com belum lama ini mengunjungi markas Anak Harimau yang terletak di Kota Ladendorf, Provinsi Lower Austria. Di kota kecil yang berjarak sekitar 75 kilometer dari ibu kota Austria itu, Stefan Taibl bersama Martin Jagoditsch, melatih beberapa muridnya di sebuah hall olahraga Volksschule atau sekolah negeri setempat. ’’Selamat datang di Ladendorf. Selamat datang di sekolah kami,’’ucap Stefan Taibl menyambut kedatangan Bola.com.
Penduduk Lokal
Di hall basket dan atletik milik sekolah negeri itu, Anak Harimau menjalankan latihan rutin. Guru dan murid Anak Harimau semuanya penduduk lokal. Tidak ada warga Indonesia atau keturunan dari Tanah Air yang menjadi tenaga pendidiknya. Nuansa Indonesia hanya hadir dalam pakaian tradisional kesenian pencak silat Sumatra Barat yang dikenakan guru dan sebagian besar muridnya.
Sesekali saat latihan Stefan Taibl mengeluarkan instruksi dalam bahasa Indonesia kepada murid-muridnya. ’’Pelan-pelan,’’ begitu ucap Stefan saat memulai memeragakan gerakan silat khas Minang ini.
Stefan Taibl adalah sosok di balik terciptanya padepokan pencak silat yang mengadopsi seni beladiri asal Sumbar itu. Pria kelahiran Wina, 2 April 1966 ini mengatakan perguruan Anak Harimau yang digagasnya berdiri sejak 2001. ’’(Anak Harimau) Berdiri sekitar 14 tahun lalu. Sebelum berdiri, saya sudah lebih dahulu belajar pencak silat,’’ terang Stefan membuka kisah awal pendirian seni beladiri Indonesia tersebut.
Ketertarikan Stefan terhadap pencak silat berawal pada 1991. Saat duduk di bangku sekolah kejuruan, dia mencari kegiatan olahraga untuk melengkapi kurikulum pendidikannya. Pilihannya ada dua, akrobatik atau silat. ’’Pilihan saya jatuh ke pencak silat. Guru yang mengajar saat itu dari Indonesia . Namanya Mihar. Lewat dia saya mengenal silat, khususnya pencak silat Sumatra Barat,’’ kenang Stefan.
Tiga bulan menekuni dasar silat di sekolah kejuruan rupanya tak membuat Stefan puas diri. Selepas lulus dari bangku sekolah, Stefan terus memperdalam ilmu silatnya. ’’Saya tidak berhenti sampai di situ saja. Setelah di sekolah, saya lanjut belajar silat hingga saat ini,’’ terang Stefan.
Beladiri Paling Komplet
Untuk memperdalam kemampuannya, Stefan berkunjung ke Indonesia pada 1992. Di Tanah Air, dia berlatih pencak silat di sejumlah daerah di Sumatra Barat. Bahkan saat itu Stefan menguji kemampuannya dengan terjun ke kompetisi pencak silat di Jakarta. Stefan mengakui berlatih dan mengikuti kejuaraan silat di Indonesia merupakan pengalaman yang tidak akan dilupakannya.
’’Saya memang tidak menang dalam kejuaraan, tapi selama di Indonesia, saya belajar banyak. Bisa berlatih di Sumatra Barat merupakan sesuatu yang membanggakan,’’ tuturnya.
Menurut Stefan, pencak silat merupakan seni beladiri paling komplet. Di pencak silat, semua gerakan ada. Mulai dari teknik membanting, pukulan, tendangan, kuncian, dan juga gerakan seperti akrobatik. Silat merupakan gabungan dari seluruh seni beladiri dan akrobatik. Filosofi silat juga menambah keragaman seni beladiri.’’Saya tidak menemukan seni beladiri yang paling sempurna selain pencak silat,’’ kata bapak tiga anak ini.
Pernyataan yang serupa juga diutarakan Martin Jagoditsch. Pria yang juga sudah belasan tahun menekuni pencak silat ini mengakui kesempurnaan seni beladiri Indonesia ini. ‘‘Sebelum menekuni silat, saya sempat belajar jijutsu dan seni beladiri lainnya. Tapi, hanya di silat saya merasakan kecocokan, ’’ucapnya. ’’Silat itu tidak ada batasnya. Selalu berkembang dan tidak pernah habis. Saya masih terus belajar dan belajar, ’’tambahnya.
Pemilihan Nama Anak Harimau
Penjelasan dua guru di atas juga senada dengan muridnya. Susanne Kummer, yang sudah lebih dari 8 tahun berlatih pencak silat ini mengatakan, pencak silat sangat berbeda dengan seni beladiri lainnya.
’’Sebelum saya belajar silat, saya sempat satu tahun berlatih Capoeira (seni beladiri asal Brasil). Saya merasakan sesuatu yang sangat berbeda. Banyak hal yang positif yang saya dapati dari silat. Salah satu yang paling saya rasakan berkembang adalah reaksi saya,’’ ungkap wanita yang sering tampil memeragakan pencak silat di pentas budaya ini.
Perihal pemilihan Anak Harimau sebagai nama padepokan pencak silatnya, Stefan menerangkan kata Harimau diambil dari gaya pencak silat Sumatra Barat yang telah diperlajarinya selama puluhan tahun, yakni Silek Harimau. Sedangkan kata ‘’Anak’’ menurut Stefan merupakan filosifi para guru dan murid di padepokannya.
’’Seperti anak harimau saja, masih suka bermain, belajar, dan terus berimprovisasi. Kalau saya namakan ‘Harimau Perkasa’, nanti kalau ada guru dan murid yang sakit apakah tetap perkasa? Ini makna dari nama perguruan kami,’’ tegas Stefan.
Niat Stefan mendirikan perguruan Anak Harimau memang bukan untuk gagah-gagahan. Fokus utama dari perguruan ini adalah olahraga, kesehatan, dan berkawan. Kepada setiap calon murid yang ingin belajar di padepokannya, Stefan selalu bertanya tujuan utama mereka belajar silat. Jawaban para calon murid selalu sama. ’’Mereka mencari kesehatan dan memperbanyak teman,’’ kata pria yang menggemari sambal Indonesia ini.