Bola.com, Malang - Sikap tegas dan cepat mengambil keputusan ternyata dianggap tak cukup bagi Prasetyo Hadi saat memimpin laga pembuka Piala Jenderal Sudirman antara Arema Cronus vs Gresik United, Selasa (10/11/2015) malam, di Stadion Kanjuruhan Kabupaten Malang.
Wasit yang juga anggota TNI AD aktif berpangkat Peltu di Minvet Kodam V/Brawijaya dinilai banyak kalangan melakukan kesalahan ketika mengganjar F.X. Yanuar dengan kartu merah karena dianggap melakukan handsball dan menghukum Gresik United dengan penalti pada menit 58.
Gol dari titik putih tersebut dianggap jadi penyebab mental pemain drop dan akhirnya GU dihajar Arema Cronus 1-4.
"Saya minta maaf kepada semua pihak, kalau kinerja saya dianggap kurang bagus. Saya sudah siapkan semuanya dengan baik untuk pimpin pertandingan kemarin. Baik fisik, mental, dan pengetahuan. Saya tetap manusia biasa yang tak luput dari kesalahan dan kelalaian," tutur Prasetyo Hadi, wasit final ISL 2014.
Baca Juga
Dia juga mengaku fokus seratus persen agar bisa bekerja maksimal. Namun kejadian di sepak bola selalu dinamis.
"Peristiwa di olahraga ini terjadi hanya sepersekian detik dan itu butuh konsentrasi total. Bagaimana pun saya harus mengambil keputusan. Waktu itu saya melihat bola mengenai pemain belakang Gresik United. Dari gerakannya, ada upaya menghalangi bola dengan lengan. Jadi saya putuskan itu pelanggaran," paparnya.
Prasetyo mengaku saat kejadian posisinya tepat untuk memutuskan sebuah insiden yang berbuah pelanggaran. "Kalau berikutnya dari tayangan televisi bola tak mengenai lengan atau tangan, itu merupakan perbedaan sudut pandang. Saya hormati rekaman itu. Saya hanya punya dua mata dengan pandangan terbatas. Sementara kamera ada di beberapa sudut. Tapi saya tak bisa menganulir keputusan. Inilah unik dan menariknya sepak bola. Di dalamnya tetap ada sisi manusiawi. Ini bukti manusia bukan makhluk yang sempurna. Kesempurnaan hanya milik Allah SWT," kata Prasetyo Hadi.
Laga perdana Piala Jenderal Sudirman tetap dijadikan pelajaran dan introspeksi bagi Prasetyo Hadi. "Biarlah orang lain yang menilai. Mereka punya hak. Saya juga punya hak untuk diri sendiri. Saya yakin semua orang pernah melakukan kesalahan. Meskipun itu wasit kaliber dunia. Saya tetap introspeksi agar tak bikin kesalahan lagi. Tapi saya minta jangan memvonis karena satu kelalaian jadi sarana untuk mencap saya sebagai sosok yang tak mampu," ujarnya.