Bola.com, Solo - Kedatangan Simone Quintieri sudah dinanti Sriwijaya FC. Penantian itu tak sia-sia karena pemain asal Solo itu membuktikan itu memang layak dinanti.
Simone memikat Pelatih Sriwijaya FC, Benny Dollo, saat Laskar Wong Kito menggelar partai uji coba coba kontra AT Farmasi di Stadion Manahan, Solo (15/11/2015).
Keberadaan pemain yang mengaku sepupu Gennaro Gattuso itu diharapkan mampu jadi kekuatan yang signifikan untuk Sriwijaya FC di Piala Jenderal Sudirman.
Bendol, sapaan Benny Dollo, mengakui sengaja merekrut Simone sebagai penyerang yang bermain di tiga per empat lapangan atau penyerang lubang. Bendol berujar jelang ISL 2015 lalu sebenarnya SFC sudah bersiap merekrut pemain berusia 33 tahun itu, tetapi Simone mengalami cedera sehingga batal.
Pelatih kawakan Indonesia itu juga menyebut Simone mengingatkannya pada sosok Rodrigo Araya, playmaker asal Cile yang pernah memperkuat Arema pada akhir 90-an.
Lantas siapakah Simone Quintieri sebenarnya? Berikut wawancara bola.com dengan pemain bernama lengkap Raffaele Simone Quintieri itu di Solo, Senin (16/11/2015).
Bisa diceritakan bagaimana bisa sampai bergabung dengan Sriwijaya FC?
Saya sebenarnya sudah tak begitu asing dengan sepak bola Indonesia karena pernah memperkuat Semarang United pada IPL lalu.
Jelang ISL 2015 saya juga ikut seleksi dan nyaris bergabung dengan Sriwijaya FC. Tapi, saat itu saya mengalami cedera dan manajemen sudah menyiapkan pemain lain.
Namun, komunikasi dengan coach Bendol tidak terputus dan beliau meminta saya agar kembali ke Indonesia di lain waktu. Hasilnya sekarang saya menjadi bagian dari tim ini.
Baca Juga
Ada alasan khusus mengapa ingin bermain di Sriwijaya FC?
Sosok pelatih Benny Dollo jadi salah satu alasan saya. Dia merupakan salah satu pelatih terbaik di Indonesia dan saya sudah banyak mendengar hal positif tentangnya. Ditambah materi pemain seperti Tibo, Patrich, Osas atau Ferdinand, semuanya akan berjalan sangat menyenangkan nantinya.
Selain itu, saya ingin mencari kenyamanan dalam bermain. Dari sisi atmosfer pertandingan, suporter Indonesia dapat disamakan dengan Italia soal fanatismenya dan itu alasan saya lebih memilih SFC. Meski, sebenarnya sebelum bergabung dengan SFC saya menerima tawaran dari klub Malaysia. Jika ingin mencari bayaran yang lebih besar, tentu saya akan memilih Malaysia.
Dengan semua itu saya menganggap berjodoh dengan Sriwijaya. Dulu, istilahnya jodoh yang tertunda, tapi sekarang sudah benar-benar berjodoh.
Anda tidak khawatir bermain di Indonesia yang sedang disanksi FIFA?
Saat saya memutuskan menerima tawaran dari SFC, saya sudah diberi penjelasan bahwa Indonesia saat ini masih terkena hukuman FIFA dan tidak ada liga yang digulirkan, hanya berupa turnamen.
Tapi, saya juga diberi penjelasan bahwa pada Februari 2016 bakal ada kompetisi yang akan digelar oleh PSSI. Itulah mengapa saya tetap menerima untuk bermain di sini.
Bagaimana Anda membandingkan sepak bola Indonesia dengan di negara ASEAN lain?
perkembangan sepak bola di kawasan Asia Tenggara saat ini berkembang pesat dan dibuktikan dengan keberhasilan klub asal Malaysia, Johor Darul Ta'zim, menjuarai Piala AFC 2015.
Hal itu sangat positif dan dalam pandangan saya pemain lokal Indonesia lebih baik dari Malaysia. Jadi, ke depan SFC juga harus berbicara banyak di level Asia seperti JDT yang berhasil mengalahkan klub asal Kuwait di final Piala AFC lalu.
Ada kendala beradaptasi dengan tim sekarang?
Semuanya berjalan lancar tanpa hambatan. Indonesia punya banyak kesamaan dengan Italia, mulai makanan atau masyarakatnya yang gila sepak bola.
Saya pernah tinggal di Semarang, jadi saya tidak kaget saat harus ke Solo atau besok ke Malang. Masyarakatnya juga menerima saya dengan baik. Satu kata yang selalu saya ingat, yaitu matur nuwun...
Apa ambisi bersama Sriwijaya FC?
Saya hanya ingin memberikan penampilan yang terbaik. Saya tahu peluang Sriwijaya FC menjuarai Piala Jenderal Sudirman terbuka lebar. Saya juga akan memprioritaskan kepentingan tim. Sebagai pemain nomor 10, membuat assist atau membuka ruang jauh lebih penting, soal gol biarlah diselesaikan pemain lain.