Bola.com - Banyak orang menganggap, sepak bola bukanlah sekadar olahraga biasa. Banyak pula yang berpikir, sepak bola hanyalah hobi semata. Akan tetapi, tidak demikian dengan anggapan stiker Leicester City, Jamie Vardy. Bagi Vardy, sepak bola adalah kerja keras, memeras keringat setiap hari agar dapat mewujudkan mimpi.
Baca Juga
Tiga tahun lalu, nama Jamie Vardy masih asing di telinga pecinta sepak bola dunia. Maklum, setiap pekan, striker berusia 28 tahun itu hanya tampil di hadapan 789 penonton ketika membela klub amatir, Fleetwood Town F.C. Namun, kini Vardy menjelma bagai bintang setelah sukses mencetak sejarah di Premier League.
Gol ke gawang Manchester United (MU), di King Power Stadium, Sabtu (28/11/2015), membuat Vardy menjadi pemain pertama yang sukses mencetak 11 gol dalam 11 pertandingan berturut-turut. Ia mengalahkan rekor mantan bomber MU, Ruud van Nistelrooy, yang mencetak gol dalam 10 laga berturut-turut pada 2003.
Alhasil, torehan itu membuat nama Vardy melejit. Bahkan, ia sempat menjadi trending topic media sosial, ketika menceploskan bola ke gawang MU yang dikawal David De Gea pada menit ke-24. Meski hanya bermain 1-1, suporter Leicester bergembira karena salah satu pencetak sejarah dalam dunia sepak bola berasal dari klub mereka.
"Seluruh suporter dalam stadion berdiri, termasuk saya! Penyelesaian akhir dan mental yang sangat luar biasa. Seluruh orang bertanya apakah dia (Vardy) mampu mencatatkan rekor (saat melawan MU). Sekarang, dia berhasil membuktikannya. Sangat luar biasa," puji mantan kapten Leicester, Matt Elliot.
Amatir
Vardy tumbuh dewasa di daerah Hillsborough, Sheffield. Ayahnya pekerja industri, sementara ibunya bekerja sebagai staf di salah satu kantor pengacara. Pada usia 15 tahun, Vardy sempat masuk ke klub Sheffield Wednesday. Akan tetapi, ia dilepas karena dianggap terlalu pendek untuk menjadi pesepak bola.
Vardy tidak putus asa. Pada akhir 2003, ia akhirnya bergabung bersama Stocksbridge Park Steels setelah tampil gemilang pada kejuaraan sepak bola usia muda di Sheffield. Tujuh tahun berselang, ia memutuskan untuk melanjutkan karier bersama FC Halifax Town.
Vardy pun kembali menunjukkan taji. Ia sukses menjadi pencetak gol terbanyak klub dengan total torehan 29 gol dari 41 penampilan dan membawa Halifax meraih gelar juara Northern Premier League 2010. Alhasil, salah satu klub Conference Premier League, Fleetwood Town kepincut.
Pada 2011, Fleetwood resmi merekrut Vardy. Namun, ketika itu, beberapa pemain Fleetwood sempat meragukan kemampuan Vardy. Striker Gareth Seddon, misalnya, yang sempat mengaku, "Saya tidak pernah mendengar namanya (Vardy). Beberapa pemain juga sempat bertanya-tanya seperti 'Mengapa kami merekrut pemain ini? Berasal dari liga mana dia?"
Akan tetapi, Vardy menjawab semua keraguan lewat aksi di lapangan. Begitu memainkan beberapa laga bersama Fleetwood, Seddon pun terkesima. "Saya tidak pernah bermain bersama pemain secepat ini. Dia sangat agresif. Setiap menjalani latihan penuh, dia sangat luar biasa. Dia tidak pernah melewatkan satu peluang pun untuk mencetak gol," kenang Seddon.
Alhasil, Vardy menjadi andalan Fleetwood di Conference Premier League. Menurut catatan Transfermarkt, ia menorehkan total 34 gol dan 17 assist dalam 40 pertandingan selama semusim sebelum akhirnya naik kasta menjadi pemain profesional saat bergabung dengan Leicester pada 2012.
Sama seperti tahun-tahun sebelumnya, Vardy terus bekerja keras dalam setiap latihan agar tidak membuat klubnya kecewa. Setelah Leicester promosi ke Premier League pada 2013-14, ia pun sukses mencetak gol perdana di kompetisi tertinggi Inggris itu saat Leicester menang 5-3 atas MU pada 21 September 2014.
Setelah gol tersebut, karier Vardy terus meningkat. Sepanjang musim 2014-15, Vardy tampil sebanyak 34 pertandingan dan mengemas lima gol serta 15 assist bersama Leicester. Selama pramusim, Vardy pun dikabarkan selalu menyempatkan diri untuk menjalani sesi latihan tambahan.
"Dia memang memiliki sesuatu yang spesial. Hal itulah yang membuat kami (Stocksbridge) tertarik merekrutnya. Tidak ada yang berubah dari permainannya. Dia selalu tampil maksimal di setiap pertandingan dan hal itulah yang membuatnya sukses hingga seperti saat ini," ujar Allen Bethel, pemilik Stocksbridge, menanggapi performa menawan Vardy bersama Leicester.
Rekor
Sabtu, 28 November 2015, Vardy kembali membuktikan kualitasnya. Usai menyamai rekor Van Nistelrooy, Vardy pun mendapat pujian dari berbagai pesepak bola dunia. Bahkan, klub-klub besar Eropa seperti Real Madrid, MU, dan Setan Merah dikabarkan tertarik memboyong pemain kelahiran 11 Januari 1987 itu.
Menurut Mirror, Rabu (18/11/2015), MU disebut telah menyiapkan dana sebesar 15 juta pounds untuk memboyong Vardy ke Old Trafford. Jumlah itu 15 kali lipat lebih mahal ketika Leicester memboyong Vardy dari Fleetwood pada 2012 dengan harga hanya 1 juta pounds.
Namun, Leicester langsung bergerak cepat menanggapi berbagai ketertarikan sejumlah klub besar tersebut. Manajer Leicester, Claudio Ranieri, mengatakan, pemain terbaik Premier League Oktober 2015 itu tidak akan dijual ke klub manapun karena merupakan aset skuat The Fox.
Apalagi, Vardy kini berkesempatan tampil rutin bersama skuat tim nasional Inggris jika terus tampil konsisten. Hal itu pun ditengarai bakal semakin melambungkan harga bomber yang memulai debutnya bersama timnas Inggris pada 5 September lalu itu, di pasar transfer pemain.
"Jika Real Madrid atau beberapa klub besar ingin membelinya, mereka punya uang untuk membelinya. Akan tetapi, tidak banyak tim yang bisa membelinya saat ini. Dia sangat bahagia di sini. Kami tidak ingin menjualnya. Itu sudah pasti," ujar Ranieri beberapa waktu lalu.
Pernyataan Ranieri itu bukah isapan jempol belaka. Lihat saja tepukan tangan suporter Leicester ketika Vardy sukses membobol gawang MU, atau saat berjalan ke arah ruang ganti seusai pertandingan. Padahal hasil 1-1 membuat Leicester harus rela kehilangan posisi di puncak klasemen karena diambil alih Manchester City.
"Ketika saya kembali ke ruang ganti, reaksi para pemain luar biasa. Mereka semua bertepuk tangan. Saya tidak pernah merasa sangat bahagia seperti ini. Tiga tahun lalu saya hanyalah pemain amatir dan hampir berhenti bermain sepak bola karena sering mengalami cedera. Semuanya seperti roda berputar," ungkap Vardy.
Vadry kini memang tidak memiliki gaji besar, antensi publik, medali dan berbagai trofi bergengsi seperti bintang sepak bola, termasuk Van Nistelrooy. Namun, setidaknya Vardy telah memperlihatkan, sepak bola tak hanya dapat diukur dengan kemenangan, tetapi juga dengan pengorbanan, memeras keringat, dan kerja keras.
Statistik Vardy saat memecahkan rekor Van Nistelrooy