Trofeo Unik Pemain Tua PSIS-Persiku Kudus Bertajuk I Am Legend

oleh Wiwig Prayugi diperbarui 30 Nov 2015, 15:50 WIB
Eks pemain Persiku Kudus Alejandro Tobar (kanan) bermain dalam trofeo bertajuk I Am Legend bersama eks pemian PSIS Semarang dan SIWO PWI Jateng. (Istimewa)

Bola.com, Semarang - Pada Minggu (29/11/2015) sore di Stadion Citarum, mantan pemain PSIS Semarang dan Persiku Kudus beraksi pada turnamen segitiga bertajuk I Am Legend.

Selain eks pemain PSIS dan Persiku Kudus, satu peserta lain adalah tim sepak bola SIWO PWI Jateng. Uji coba ini digelar sebagai ajang silaturahmi sekaligus persiapan tim SIWO PWI Jateng menuju Porwanas di Bandung pada tahun 2016.

Legenda PSIS Semarang yang tampil pada ajang itu adalah Bambang Harsoyo, Tugiyo, Sudaryanto, Ahmad Muhariah, Eko Riyadi, Restu Kartiko, Basuki Setiabudi, Agus Murod, Firman Sukmono, Budi Wahyono, dan Idrus Gunawan. Mantan pemain Persiku Kudus asal Cile Alejandro Tobar jadi pemain pinjaman di skuat PSIS Legend. 

Sementara, Persiku Legend diperkuat pemain yang sudah pensiun dan kini bekerja kantoran di PDAM Kabupaten Kudus, di antaranya Agus Santiko dan Cuncun Sulistyono. Trofeo ini dijuarai oleh PSIS Legend setelah meraih dua kemenangan.

Advertisement

Trofeo ini tak sekadar ingin mencari keringat. Ada pesan yang disampaikan oleh para mantan pemain. Yang utama adalah sindiran halus kepada elite sepak bola Indonesia, yang saat ini masih berkonflik hingga menyebabkan liga profesional dan kompetisi usia muda vakum. Akibat vakumnya kompetisi, banyak pelatih dan pemain yang kehilangan pekerjaan.

“Saya termasuk salah satu dari sekian banyak pelatih yang akhirnya menganggur karena kompetisi bubar. Klub juga tidak bisa berbuat banyak karena mereka kehilangan sponsor dan aktivitas rutin,” kata Ahmad Muhariah, gelandang PSIS 1987 yang melatih PSCS Cilacap.

Sebagian besar eks pemain Persiku Kudus dan PSIS Semarang memang bekerja kantoran. Ada yang jadi pegawai bank, Pertamina, PDAM, dan Pemkot/Pemkab. Namun, mereka tetap berkiprah di sepak bola lokal dengan melatih klub amatir dan SSB.

“Banyak teman-teman pegiat sepak bola di Semarang yang mulai lelah dengan kondisi sepak bola Indonesia. Klub juga vakum, mau ikut turnamen juga tidak jelas karena sifatnya hanya sementara,” tutur M. Dofir, pelatih PSIS Semarang.

Berita Terkait