Bola.com, Jakarta - Keputusan manajemen Surabaya United untuk memecat asisten pelatih tim Tony Ho, terasa mengagetkan banyak pihak. Sebab ia adalah orang yang berjasa membawa klub itu ke Indonesia Super League pada tahun 2013.
Kala itu Tony Ho menggantikan sosok Miroslav Janu, pelatih asal Ceska, yang meninggal dunia karena serangan jantung. Namun kemesraan Surabaya United dengan pelatih asal Makassar berakhir sudah.
Baca Juga
Tony menepi dari posisi asisten pelatih secara mendadak menjelang perhelatan babak 8 besar Piala Jenderal Sudirman. Kabarnya keputusan mendepak sang arsitek karena ia terlalu vokal dalam meminta pelunasan gajinnya di musim kompetisi 2014. Manajemen Tim Bajul Ijo masih berutang Rp 30 juta ke Tony (total kontrak Rp 230 juta).
Surat pemutusan kerja sama antara PT Mitra Muda Inti Berlian (MMIB) dengan Tony Ho itu ditandatangani Direktur Utama, Melia Suteja per 5 Desember 2015. Manajemen Surabaya United menolak disebut memecat mantan asisten pelatih PSM Makassar itu. Mereka mengklaim pemutusan hubungan kerja sama atas kesepakatan dua belah pihak.
Benarkah demikian? Tony Ho yang dikontak bola.com lewat jaringan telepon pada Senin (7/12/2015) bercerita panjang lebar soal kasusnya dengan Surabaya United. Berikut petikannya:
Berapa gaji bulanan yang Anda terima di Surabaya United selama ini?
Saya mendapatkan gaji Rp 30 juta setiap bulannya. Tapi nilai itu berkurang setelah kompetisi ISL 2015 berhenti karena memanasnya konflik Kemenpora dengan PSSI. Saya hanya menerima uang 25 persen gaji saya dari kesepakatan awal.
Sejak kapan pembayaran gaji Anda tersendat. Kenapa Anda mau bertahan di klub?
Terakhir saya menerima gaji itu pada bulan Desember 2014. Setelah itu saya tidak menerima gaji lagi hingga sekarang.
Alasan saya bertahan di sana karena saya sudah tiga musim berada di klub ini. Saya mempunyai keterikatan batin dengan klub dan para pemain-pemain yang ada di sana.
Apa alasan Anda akhirnya buka kartu soal tunggakan gaji ke media?
Saya sudah terlalu lama menunggu pembayaran gaji saya yang ditunggak Surabaya United. Saya sudah tidak tahan dengan keadaan ini, dan menceritakan hal ini kepada teman saya yang bekerja di media.
Saya ingin masyarakat tahu kondisi yang saya alami, dengan harapan pihak Surabaya United akhirnya mau menyelesaikan kewajibannya.
Setelah diberhentikan, apakah kasus ini akan Anda bawa ke jalur hukum menyangkut utang gaji?
Saya rasa tidak perlu sampai ke kepolisian. Karena saya yakin manajemen Surabaya United pasti melunasi utang mereka. Persoalan ini bisa diselesaikan secara kekeluargaan.
Melihat kasus-kasus tunggakan gaji berulangkali terjadi di Indonesia, Anda merasa frustrasi terus berkarier sebagai pelatih?
Saya rasa tidak mungkin bisa berhenti dari sepak bola. Karena cuma itu keahlian yang saya punya. Mungkin kasus ini sebagai pelajaran bagi kami semua untuk memperbaiki sistem tata kelola klub-klub profesional di Indonesia.