Bola.com, Surabaya - Kokohnya pertahanan Surabaya United di dua turnamen yang diikuti, Piala Presiden 2015 dan Piala Jenderal Sudirman, tidak lepas dari ketangguhan pemain asingnya asal Brasil, Otavio Dutra.
Bek berusia 32 tahun itu tak hanya memiliki kemampuan individu di atas rata-rata, tapi juga jiwa kepemimpinan di lapangan. Tidak heran, ia tak hanya disegani kawan, tetapi juga lawan.
Akan tetapi, kemampuan dan kecakapannya seakan tak dimanfaatkan untuk hal yang lebih besar. Dutra lebih memilih tetap bertahan di Indonesia dengan bermain turnamen antarkampung (tarkam) dan membela Surabaya United di turnamen yang tak jelas muaranya.
Di saat bersamaan, beberapa pemain asing yang selama ini mencari nafkah di Indonesia memutuskan keluar dari negeri ini menuju Malaysia. Bagaimana Dutra menanggapi hal itu? Berikut wawancara bola.com dengan Otavio Dutra di Surabaya.
Apa yang membuat Anda betah bermain di Indonesia?
Di sini saya merasa di rumah sendiri karena saya memiliki banyak teman. Saya juga tetap mendapatkan penghasilan yang cukup. Anak saya juga sekolah di sini. Mereka juga sudah betah dengan lingkungan di Indonesia.
Apakah Anda masih menerima gaji dari Surabaya United?
Bukan gaji, tapi uang pemberian dari CEO (Gede Widiade). Manajemen juga memenuhi kebutuhan saya. Saya tidak bisa sebutkan berapa besarannya karena tidak etis. Yang jelas apa yang saya dapatkan sudah cukup untuk kebutuhan hidup saya dan keluarga selama setahun ini.
Baca Juga
Apakah sudah pernah mendapatkan tawaran dari klub Malaysia?
Iya, tapi itu sebelum bermain di Gresik United. Saat itu saya batal bermain di Malaysia karena suatu ada masalah.
Seandainya ada tawaran bermain di Malaysia, apakah Anda tertarik?
Saya tertarik saja, siapa sih yang tidak ingin bermain di negara yang kompetisinya berputar dengan baik. Tapi saya tegaskan, asal klubnya serius karena saya punya pengalaman pahit pada 2013. Saya kecewa berat dengan salah satu klub di Malaysia. Tidak usah saya sebutkan karena saya sakit hati kalau mengingatnya. Lebih baik dipendam dalam-dalam dan tidak perlu diingat-ingat lagi.
Apa yang menyebabkan Anda kecewa?
Saya merasa dibohongi, padahal saya sudah terlanjur membatalkan kesepakatan dengan Mitra Kukar. Saya sakit hati karena tidak sesuai dengan kesepakatan awal.
Mereka bilang hendak memberi kontrak Rp 4 miliar atau dua kali lipat dari tawaran Mitra Kukar. Paginya saya bertemu dengan presiden klub itu dan kami sudah deal soal harga. Tapi, sorenya berubah lagi, mereka bilang saya harus seleksi dulu. Langsung saja saya batalkan, saya kembali ke Indonesia, tapi klub-klub yang menginginkan saya sudah menutup rekruitmen.
Setahun di Gresik United saya memendam sakit hati, sangat sakit hati. Karena selain Mitra Kukar, saya juga ditawar Persebaya dan Persib, dengan gaji yang lumayan besar.
Keseriusan seperti apa yang Anda inginkan?
Kalau mereka serius, mereka sodorkan kontrak yang pasti dan semuanya harus jelas di depan. Tidak ada seleksi karena saya datang ke sana untuk main, bukan seleksi.
Bagaimana bila sekarang ada klub Malaysia yang ingin merekrut Anda?
Saya terbuka untuk tawaran yang masuk, dengan catatan tidak ada lagi kasus seperti dulu. Selain itu, harus saya bicarakan lagi dengan klub, agen, dan istri. Tidak akan butuh waktu lama asal semua jelas.