Bola.com, Jakarta - Menjalani profesi sebagai pesepak bola profesional amat menggiurkan. Tak hanya mengantongi uang kontrak serta bonus dari klub, seorang pemain juga mendapat tambahan pemasukan dari iklan-iklan dan kegiatan komersial. Tengok saja tingginya rataan pemasukan pemain bintang dunia macam Lionel Messi, Cristiano Ronaldo, dan Wayne Roney.
Baca Juga
Di Indonesia, gaji pesepak bola juga terhitung wah. Jika berstatus sebagai pemain bintang, seorang pemain bisa mengantongi kontrak Rp 1 hingga 1,5 miliar per tahun. Nilai jual kian melambung saat dirinya bermain di luar negeri. Sejumlah pesepak bola Tanah Air bisa hidup mewah dengan mengandalkan bakat mengolah si kulit bundar.
Penghasilan mereka terasa 'selangit' jika dibandingkan rata-rata pendapatan masyarakat Indonesia. Badan Statistik Nasional (BPS) baru-baru ini merilis bahwa pendapatan rata-rata penduduk Indonesia pada 2014 mencapai Rp 41,81 juta per tahun.
Gara-gara konflik PSSI dengan Menpora yang diikuti macetnya penyelenggaraan Indonesia Super League 2015 dan kompetisi turunannya penghasilan mayoritas pesepak bola nasional merosot draktis. Tidak ada cerita pemain dikontrak jangka panjang dengan nominal wah.
Rata-rata di antara mereka mengandalkan pemasukan dari honor match fee tampil di ajang turnamen yang diikuti klub-klub profesional. Di masa susah masih ada pesepak bola Indonesia yang berpenghasilan besar. Mereka beruntung karena berkiprah di luar negeri.
Siapa-siapa saja pesepak bola Indonesia yang memiliki penghasilan tinggi di atas rata-rata rekan-rekannya? Berikut bola.com menempatkan empat nama di antaranya:
1. Andik Vermansah
Andik Vermansah jadi pesepak bola Indonesia dengan nominal pendapatan tertinggi saat ini. Dua tahun lalu sang pemain meninggalkan Persebaya 1927, yang mengalami krisis keuangan di masa konflik dualisme kompetisi.
Andik sempat menjalani trial di klub asal Jepang, Ventforet Kofu pada pengujung 2013. Hanya, ia memilih menampik tawaran dari tim kontestan J-League 1 tersebut, karena menilai nilai kontrak dari klub tersebut terlalu kecil.
Andik dihargai Rp 800 juta per tahun. Nominal yang sebenarnya terhitung terlalu tinggi, namun dinilai sang pemain tidak sebanding dengan tingginya pengeluaran saat hidup di Jepang. Andik memilih mengiyakan tawaran dari klub Malaysia, Selangor FA, yang angkanya lebih menggiurkan.
Ia dibanderol Rp 1,6 miliar setahun oleh The Red Giants pada Malaysia Super League 2014. Manajemen Selangor menaikkan nilai kontrak pemain asal Jember tersebut menjadi Rp 2 miliar karena menganggap Andik sukses jadi magnet suporter dan tampil brilian.
Andik sukses mengantarkan Selangor jadi runner-up Malaysia Super League dan finalis Piala Malaysia 2015. Andik menandatangani kontrak baru bernilai wah pada medio November 2015. Bocorannya, Andik dibayar Rp 3 miliar per musim, dengan durasi kontrak dua tahun ke depan.
Andik di Negeri Jiran hidup serba mewah, ia tinggal di apartemen dan mengendarai mobil mahal yang disediakan klubnya.
Selain mendapat penghasilan dari kontrak bermain, Andik mendapat banyak pemasukan dengan bermain di sejumlah iklan. Ia juga sering mengantongi bayaran jadi bintang cover media ternama di Malaysia. Sumber bola.com menyebut, rata-rata pendapatan Andik dari bermain iklan menembus angka Rp 500 juta hingga 1 miliar.
Belum lagi ditambah kontrak eksklusifnya dengan perusahaan apparel Nike Malaysia. Pemain berusia 24 tahun itu juga bermitra dengan salah satu pengusaha lokal dengan membuka lapangan futsal di sejumlah daerah dengan label Andik Futsal. Sang pemain mendapat hak komersial pemakaian namanya.
Bicara soal pendapatan di luar lapangan, Andik kerap disamakan dengan seniornya Bambang Pamungkas yang dikenal pintar mengelola aspek komersial kebintangannya sebagai pesepak bola profesional. Keduanya pun dimanajeri Muli Munial, yang dikenal jago bernegosiasi dengan perusahaan-perusahaan kakap yang ingin mengontrak pesepak bola sebagai duta produknya.
Selanjutnya
2. Sergio van Dijk
Menghabiskan sebagian besar karier di Australia, pemain naturalisasi berdarah Belanda, Sergio van Dijk, jadi satu-satunya pesepak bola Indonesia yang punya daya jual di pasar bursa sepak bola dunia. Menurut data transfermarkt, penyerang berkepala pelontos tersebut memiliki nilai jual 350 ribu euro (Rp 5,4 miliar).
Angka tersebut masuk akal mengingat Persib Bandung kabarnya perlu merogoh kocek Rp 5 miliar untuk menebus pemain berusia 31 tahun tersebut dari Aidelaide United musim 2013. Di Tim Maung Bandung, bocorannya, Van Dijk dibanderol kisaran Rp 1,5 miliar semusim.
Karena merasa kontrak yang diterima terlalu kecil (saat bermain di Austria Sergio dibayar 5-8 miliar), sang pemain memilih hengkang ke klub asal Iran, Sepahan pada musim 2014.
Di Sepahan, Van Dijk dibayar kisaran Rp 5 miliar. Gagal bersinar di Iran, pesepak bola kelahiran Assen, 6 Agustus 1982, hengkang ke Thailand. Walau pendapatannya di Suphanburi FC sedikit berkurang, gaji SvD tetap relatif lebih tinggi dibanding kebanyakan pemain-pemain asal Indonesia.
Selain menikmati kontrak dari klubnya, Sergio juga mendapat tambahan penghasilan dari kontrak eksklusif perusahaan apparel asal Jerman, Puma. Di Thailand ia terlibat aktif dalam banyak acara selebrasi produk tersebut.
Selanjutnya
3. Irfan Bachdim
Irfan Bachdim, pemain jebolan akademi Ajax Amsterdam jadi pemain yang tinggi nilai komersialnya di Indonesia. Saat mudik ke Tanah Air pada 2010-2013, Irfan mendapat pemasukan dari bermain iklan yang jauh lebih besar dibanding peghasilan kontraknya dengan klub Persema Malang.
Rataan per tahun pendapatan Irfan sebagai bintang iklan menembus 2 miliar rupiah. Ia sempat disebut sebagai David Beckham Indonesia, karena wajahnya lebih sering terlihat di acara-acara berita selebritas dibanding lapangan hijau.
Sempat berkelana Ke Thailand dengan bermain di Sriracha FC, Irfan mencoba peruntungan ke kompetisi elite J-League dengan bergabung Ventforet Kofu pada 2014. Ia jadi pemain rekrutan alternatif Kofu, setelah klub tersebut gagal menggaet Andik Vermansah.
Irfan Bachdim yang di data transfermarkt bernilai 100 ribu euro dimahar Rp 1,2 miliar oleh Ventforet Kofu. Gagal bersaing mendapatkan posisi inti, penyerang kelahiran Amsterdam, 11 Agustus 1988 itu memilih pindah ke Consadole Sapporo dengan nilai kontrak kurang lebih sama. Ironisnya, di klub kontestan kasta kedua Liga Jepang tersebut, Irfan juga jarang bermain.
Consadole Sapporo berniat memperpanjang kontrak pemain yang pernah memperkuat tim junior Utrecht FC tersebut pada 2016. Hanya sang pemain belum membubuhkan tanda tangan. Ia agaknya, ingin mencari klub baru yang memberinya kesempatan bermain lebih banyak.
4. Greg Nwokolo
Jika kondisi sepak bola Tanah Air stabil, maka Greg Nwokolo jadi pemain paling mahal di Indonesia Super League 2015. Menurut informasi yang didapatkan bola.com dari agennya, Eddy Syahputra, striker berdarah Nigeria itu dibayar Rp 1,6 miliar setahun.
Menariknya, Greg sebenarnya juga mendapat tawaran dari klub Malaysia, Perak FA, dengan angka lebih menggiurkan, yakni Rp 2,5 miliar. Bujuk rayu Presiden Persija, Ferry Paulus, membuat Greg akhirnya memilih merapat ke ibu kota pada awal Januari.
Apesnya, kompetisi ISL terhenti pada bulan April, imbas konflik memanas PSSI dengan Kemenpora. Kontrak Greg di Tim Macan Kemayoran menggantung. Greg hanya sempat mendapat gaji penuh dua bulan awal bergabung dengan Persija. Selebihnya, ia harus menerima kenyataan kalau Persija hanya mau membayar 25 persen dari kewajiban gaji per bulan.
Pada bulan Juni, Greg memutuskan hengkang ke klub Thailand, BEC Tero Sasana. Penyerang kelahiran 3 Januari 1986 itu dibayar Rp 1 miliar selama setengah musim. Opsi perpanjangan kontrak dilakukan setelah melihat prestasi BEC Tero Thai Premier League 2015 ini.
Berkiprah di kompetisi elite Negeri Gajah Putih sejatinya bukan hal yang baru bagi Greg. Pada tahun 2012, saat dirinya berstatus sebagai pemain Pelita Jaya, ia sempat dipinjamkan ke Chiangrai United. Dengan modal skill di atas rata-rata, sosok Greg Nwokolo mengundang ketertarikan klub-klub negara tetangga.